Akashi menoleh kepada Ushijima, "Pasti rasanya menyenangkan sekali, saat ada seseorang yang menunggu kita dirumah."
Namun sebelum sempat Ushijima memberikan reaksi apapun, Akashi langsung mengalihkan topik pembicaraannya saat itu juga. Ia teringat pada perkataannya yang tidak akan bersikap lemah lagi, makanya ia langsung mengalihkan topik pembicaraan tersebut sebelum Ushijima kembali mengasihaninya.
"Jadi, apa aku harus mengenakan Kostum Karakter di pertandinganmu? Dimana rupanya pertandingan itu diselenggarakan?" tanya Akashi.
"Ya, kau harus mengikuti aturan yang sudah berlaku. Setidaknya lakukanlah secara bertahap kalau memang terlalu sulit, aku tidak akan memaksamu sama sekali." Ushijima merogoh kantung seragamnya dan menyerahkan sebuah kertas kepada Akashi.
"Lokasi pertandingan di Karasuno. Dan ini adalah nomor handphone Tendou, kau bisa menghubunginya kalau perlu sesuatu. Dia bilang bersedia membantumu," jawab Ushijima yang seolah telah merencanakan segalanya. Dia sampai meminta bantuan Tendou, kebetulan Tendou bukanlah pemain Starter yang bisa saja sedikit membantu Akashi nantinya.
"Sepertinya aku harus bersiap-siap untuk ditertawakan besok," keluh Akashi yang sudah bisa membayangkan penampilannya besok, tapi hal seperti itulah yang sangat ditunggu-tunggu oleh Ushijima. Dia ingin melihat versi Akashi yang berbeda dari kata menyeramkan.
"Ushijima-san!" panggil Akashi seraya menunjuk sebuah Toko yang ada diseberang jalan.
"Lihatlah, aku rasa toko itu cukup unik." Perhatian Akashi tampak terpusat pada Toko tersebut, ia sampai tidak memperhatikan langkahnya yang bisa saja menabrak Batu bila tidak disingkirkan buruan oleh Ushijima.
"Toko? Itu bukan Toko, tapi Rumah Zombie." Ushijima ingat betul kalau dulunya ia pernah diajak sang Ayah ke tempat seperti itu, baginya terasa tidak menarik dan membosankan. Tapi tidak bagi Akashi, ia terlihat berbinar-binar melihat beberapa orang yang tengah mengantri untuk masuk kedalam gedung berlantai tiga dengan memasang dua ruko yang sengaja disewa untuk memperlebar ukuran gedungnya.
"Rumah Zombie? Apa itu menarik? Dan apa yang nantinya bakal kita lakukan disana? Soalnya aku melihat ramai sekali, pasti sangat menyenangkan berada didalamnya." Akashi masih saja tertegun, matanya tak lepas untuk menatap Gedung tersebut.
"Biasanya setiap peraturan itu berbeda-beda, kau mau coba?" tanya Ushijima tanpa berniat memberitahu Akashi bahwa tempat tersebut benar-benar tidak menyenangkan. Mana mungkin juga Ushijima menolak keinginan Akashi, malahan ia merasa miris bila melihat Akashi yang sepertinya tidak pernah diajak ke tempat seperti itu sejak kecil. Dan mungkin saja, memang sebenarnya Akashi tidak pernah sekalipun melakukan tamasya Keluarga sebelumnya.
"Boleh." Akashi mengangguk, ia berjalan duluan ke tempat tersebut. Ushijima cuman bisa mengalah saja, rasanya sulit menolak permintaan sang adik akhir-akhir ini.
"Permisi, kami mau daftar buat masuk kedalam." Ushijima langsung mendaftarkan Akashi dan dirinya saat tiba disana, baginya ini bukanlah hal yang baru untuk dimintai informasi mengenai permainan. Kalaupun nanti ada perubahan, pasti staf Game yang akan memberitahu Ushijima sendiri.
"Berapa tiket ya dek?" tanya Staf penjaga yang kebetulan mejanya berada didepan pintu masuk gedung, tampak jelas dari luar betapa ramainya lantai satu yang menjadi ruang tunggu bagi para peserta berbagai kalangan usia. Dan beberapa diantaranya lagi memilih menunggu diluar, karena tidak dapat bangku untuk duduk.
Jelas saja Akashi yang melihat situasi saat ini sudah paham betul bahwa gilirannya akan terasa lama, antriannya juga pasti sangat panjang dan buang waktu saja. Hingga akhirnya, ia memilih jalur pintas untuk menggunakan kekuasaannya dalam memenangkan giliran bermain.
Akashi langsung memberikan beberapa lembar uang yang memiliki jumlah paling tinggi kepada Staf penjual tiket.
"Kami mau tiket VIP supaya tidak perlu mengantri," ucap Akashi. Akan tetapi, Ushijima cuman bisa geleng-geleng kepala saja melihatnya yang memang tidak sabaran.
"Mohon maaf, kami hanya menyediakan tiket Reguler. Jadi, kalian bisa mengantri sesuai giliran yang telah berlaku dalam aturan." Staf penjual tiket tersenyum ramah, ia terlihat tidak tertarik pada tawaran Akashi yang meminta tiket VIP. Jelas saja hal ini membuat Ushijima ingin tertawa, pastinya ia bisa membayangkan wajah malu Akashi yang mendapatkan penolakan.
"Antrian sepanjang itu? Kalau gitu aku tidak jadi main," keluh Akashi yang sebenarnya sudah terlanjur malu, ia langsung berbalik badan dan pergi dari sana. Berbeda dengan Ushijima, ia langsung membayar dua buah tiket tersebut sebelum menghentikan langkah Akashi yang berniat meninggalkan tempat itu.
"Dasar egois! Kau malah lebih mementingkan egomu dibandingkan keinginanmu," keluh Ushijima yang langsung memberikan satu buah tiket kepada Akashi.
Akashi menghentikan langkahnya, ia melirik pada Staf penjual tiket yang tengah melayani pelanggan lain. Lalu, ia mengambil tiket dari tangan Ushijima.
"Terimakasih, tapi mengantri itu melelahkan. Kau tidak seharusnya bela-belain membeli tiket ini, aku juga tidak terlalu minat buat mencobanya."
Ushijima melingkarkan tangannya di pundak Akashi, "Kalau begitu temani aku bermain, anggap saja aku yang saat ini ingin nostalgia bermain wahana ini."
"Ayo kita mengantri!" ajak Ushijima yang membuat Akashi tidak dapat menolak, lagian ia sangat tahu betapa besarnya minat Akashi untuk mencoba Rumah Zombie tersebut. Dan sepertinya bujukan Ushijima berhasil, mau tak mau akhirnya Akashi bersedia mengantri untuk masuk kedalam Wahana. Sesekali mereka membeli beberapa makanan ringan untuk menunggu antrian. Mereka juga memilih tidak duduk dan menunggu dibarisan, katanya supaya tidak diserobot orang lain antriannya dan tidak kehilangan minat untuk bermain.
Hingga hampir setengah jam lamanya mereka mengantri, akhirnya mereka mendapatkan giliran juga. Tampak jelas raut raut wajah bahagia dari Akashi yang tidak sabaran untuk memasuki Wahana tersebut saat ini, sayangnya kebahagiaannya dirusak oleh pernyataan Staf penjaga Wahana yang menginformasikan bahwa jumlah orang yang bisa memasuki Wahana adalah 5 anggota perkelompok.
Sementara itu, mereka cuman berdua saja tatkala datang kesini. Jadi, mau tak mau mereka harus mencari tiga orang lagi untuk memasuki Wahana bersama-sama. Untungnya Ushijima tidak kehilangan akal untuk mewujudkan keinginan Akashi, ia langsung berlari menghampiri sepasang suami-istri dan putrinya yang berusia 7 tahun baru saja datang untuk mencoba Wahana tersebut.
Entah apa yang saat itu dikatakan oleh Ushijima, tapi sepertinya ia mampu menarik perhatian keluarga kecil itu untuk bersama-sama dengan mereka buat memasuki Wahana. Bahkan gadis kecil itu jauh lebih riang, karena tidak perlu mengantri terlalu lama.
Dan pada akhirnya, mereka berlima diperbolehkan memasuki ruangan wahana itu dengan mengenakan sebuah gelang lampu sebagai penerangan disana. Tentu saja Akashi adalah orang yang paling antusias disana, ia malah berjalan lebih dulu dibandingkan kelompoknya dan membuat pengunjung lainnya mengikuti langkah kaki Akashi.
Awalnya mereka melewati lorong yang memajang dengan penerangan sedikit redup, disusul oleh suara teriakan para Zombie yang terdengar haus dan kelaparan. Namun yang paling mencuri perhatian saat ini adalah sikap Akashi yang berubah jauh dari biasanya, ia malah tampak bersemangat dan tak berhenti memuji setiap hal yang dilewatinya. Disusul oleh gadis kecil itu yang juga tak kalah bersemangat, seolah-olah Akashi dan gadis kecil itu memiliki frekuensi yang sama.
Sementara diwaktu yang bersamaan, Ushijima hanya mengikuti langkah kakinya Akashi tanpa memberikan ekspresi apapun. Dari awal sih memang dirinya tidak tertarik memasuki Wahana ini, ia juga tidak menunjukkan perasaan takut dan malah merasa geli pada sikap pasangan suami-istri yang saling berpelukan karena ketakutan. Rasanya Ushijima ingin mentertawakan mereka saat ini, ia bisa melihat perbedaan kontras antara pasangan suami-istri yang penakut dan putrinya yang sangat pemberani dengan antusias yang tinggi.
***
Inilah kira-kira gambaran halu kalau Ushijima dan Akashi masuk Wahana rumah hantu/zombie 🤭
KAMU SEDANG MEMBACA
STEPBROTHER
Teen FictionSemua ini berawal dari tragedi yang terjadi dalam program kamp pelatihan musim panas yang diselenggarakan oleh Akashi Masaomi untuk Tim Volly dan Basket kepada Akashi Seijuro yang merupakan putra kandungnya dan Ushijima Wakatoshi yang telah menjadi...