Setelah hampir satu putaran Akashi bermain basket dengan Mayuzumi, akhirnya keduanya mengakhiri permainan tersebut. Lagipula, hari juga sudah terlalu larut untuk melanjutkan permainan basket.
Dengan pakaian yang dipenuhi keringat, Mayuzumi berpamitan kepada Akashi. Ia juga tampak menikmati permainan basket barusan sebab jarang sekali ia bermain basket tanpa harus terbebani oleh skor seperti ini.
"Kalau begitu, aku balik dulu. Dan kalau bisa, Tolong jangan menggangguku lagi untuk beberapa hari ini ya, aku harus menamatkan bacaan novel terbaruku." Mayuzumi langsung bergegas pergi usai mengatakannya, ia juga tak mempunyai kata-kata penyemangat apapun lagi untuk Akashi yang sudah membaik. Dan, ia juga terlalu malu untuk berterus-terang kalau dirinya bangga kepada sang junior tersebut selayaknya Nijimura yang tampak blak-blakan untuk berterus-terang.
Akashi juga tak berniat untuk mengatakan apapun lagi, ia masih sibuk merasa bangga kepada kekuatan barunya. Sepertinya senyumannya pada malam ini mampu membayar seluruh air matanya selama beberapa Minggu yang lalu.
Dan ditengah perasaan bangganya itu, lamunannya langsung membuyar saat tak sengaja beradu pandang oleh sosok Ushijima yang kebetulan baru saja kembali dari luar dengan wajah datar tanpa ekspresi.
"Kau sudah merasa baik-baik saja dengan matamu?" tanya Ushijima yang bisa melihat jelas mata kiri Akashi tanpa perban, bahkan ia mendapati secara nyata bahwa Akashi tengah memeluk bola basket.
"Tak ada alasan bagiku untuk berlama-lama dalam keputusasaan, lagian aku ini adalah Akashi Seijuro! Aku tak punya satupun alasan yang membuat nilai mutlakku menjadi Zero," tukas Akashi dengan tenang, walau sebenarnya ia merasa masih kesal terhadap perbuatan Ushijima waktu itu.
"Baguslah kalau kau memang sudah baik-baik saja, aku masuk duluan." Ushijima menyudahi pembicaraannya, ia langsung berjalan melewati Akashi.
"Apa kau memang tak berniat untuk meminta maaf padaku, Ushijima-san?" tanya Akashi, tapi sepertinya Ushijima benar-benar tak bisa diganggu saat ini dan ia juga tak punya alasan untuk merespon pertanyaan Akashi. Jadi, ia memilih mengacuhkan pertanyaan Akashi begitu saja disaat Akashi sedang bersikap baik padanya saat ini.
Jelas saja, sikap acuh Ushijima yang terlihat tanpa merasa bersalah itu membuat Akashi menjadi kesal. Namun, ia memutuskan untuk mengacuhkannya saja dan ikut masuk kedalam rumah.
Dengan langkah yang lebih ringan, ia memasukkan kamarnya dan membaluti mata kirinya kembali dengan balutan baru, agar tidak tampak menyeramkan bila besok dilihat oleh orang lain. Dan, tak lupa pula ia menyusun buku-buku pelajarannya kedalam tas sebelum akhirnya ia mulai berbaring di ranjang.
Tak butuh waktu lama, akhirnya Akashi bisa tertidur nyenyak akibat rasa letih yang baru saja diperolehnya malam ini. Hingga, ia tak menyadari kalau saat ini tampak seseorang tengah berjalan luwes memasuki kamarnya. Orang itu tampak tenang menghampiri ranjang Akashi dan mendekat tanpa takut kalau bisa saja Akashi terbangun secara tiba-tiba.
Cukup lama ia mengamati Akashi yang tertidur nyenyak, sebelum akhirnya ia menyentuh pelan kasa balutan yang menutupi mata kiri Akashi. Kini, wajahnya mulai terlihat jelas dari pantulan lampu tidur yang sengaja dinyalakan oleh Akashi setiap malam. Bahkan, siapapun pasti bisa melihat ada sejuta raut penyesalan yang terselip dari balik wajahnya. Entah berapa lama ia menanggung perasaan sesal terhadap Akashi akibat dari ketidaksengajaan beberapa waktu lalu.
"Syukurlah kalau kau sudah baik-baik saja, Akashi. Aku minta maaf ya tak sengaja mencelakaimu, rasanya sangat gila menanggung perasaan bersalah selama beberapa Minggu ini." Orang tersebut tersenyum, kini kita bisa menyadari dengan jelas kalau ternyata dirinya adalah Ushijima Wakatoshi.
Ushijima langsung pergi usai mengatakan permintaan maafnya kepada sang adik tiri, ia juga ingin segera berbaring karena memang hari sudah sangat larut dan sebentar lagi ada pertandingan persahabatan antara sekolahnya dan sekolah Hinata. Jadi, ia harus memastikan fisik dan mentalnya dalam keadaan optimal.
Namun, saat akan berjalan pergi dari sana tiba-tiba ia mendengarkan suara Akashi yang sedang mengigau, sepertinya rasa letih yang diperolehnya itu membuatnya tak sengaja mengigau malam ini.
"Ayam goreng, aku pengen makan Ayam Goreng. Apakah aku bisa mendapatkan Ayam goreng, bila memenangkan pertandingan ini?" tanya Akashi yang terus bergumam dalam mimpinya, sampai membuat Ushijima tak berhenti tersenyum karena merasa aneh bila melihat perbedaan antara Akashi yang sedang tertidur dengan Akashi yang selama ini ia lihat didepan mata.
Bagaimana mungkin seorang kapten yang terkenal jenius dan kejam itu bisa terlihat imut disaat begini, rasanya Akashi benar-benar terasa seperti seorang adik laki-laki dimata Ushijima saat ini. Ushijima sendiri saja hampir percaya kalau ternyata ia memang memiliki seorang adik tiri yang sangat menggemaskan seperti ini.
"Kau itu orang kaya, kenapa juga bermimpi untuk dibelikan Ayam goreng oleh pelatihmu?" tanya Ushijima yang tak berhenti tersenyum, lalu ia memperbaiki sejenak selimut Akashi sebelum akhirnya pergi dari kamar itu.
Dengan wajah yang masih terhibur oleh kejadian barusan, ia berjalan kearah kamar Chef Tsubasa dengan langkah yang ringan. Untungnya saat itu Chef Tsubasa belum tertidur dan masih sibuk membuat daftar menu untuk beberapa hari kedepan.
"Tuan Ushijima, ada yang bisa saya bantu?" tanya Chef Tsubasa begitu melihat Ushijima sudah berada didepan pintu kamarnya yang kebetulan saja masih terbuka lebar.
"Maaf sudah mengganggu waktu malam anda, Pak Tsubasa. Tapi saya ada sedikit keperluan dengan anda," ucap Ushijima.
"Tidak apa-apa, Tuan Ushijima. Kebetulan juga saya belum tidur kok, tapi kalau boleh tahu keperluan apa ya?" tanya Chef Tsubasa.
"Besok bisa kan masakin Ayam Goreng untuk menu sarapan, makan siang dan makan malam untuk kita, Pak Tsubasa?" tanya Ushijima secara to the point, tanpa sedikitpun ia menyelipkan kalimat basa-basi didalam perkataannya.
"Boleh banget, Tuan Ushijima. Cuman, apa tidak bosan kalau seharian makan Ayam terus?" tanya Chef Tsubasa, lagian ia juga cukup bingung dengan permintaan Ushijima karena setahu dia kalau penghuni di rumah ini tidak terlalu tertarik untuk makan Ayam Goreng. Dan Chef Tsubasa sendiri sangat yakin seratus persen kalau makanan kesukaan Ushijima ataupun Akashi sendiri bukanlah Ayam Goreng.
"Tidak apa-apa, besok masakan saja Ayam Goreng ya." Ushijima tetap bersikukuh dengan permintaannya tanpa memberikan alasan apapun sama sekali.
"Tapi, kalau nanti Tuan Muda Akashi tidak suka bagaimana? Soalnya Tuan muda Akashi kan sukanya sama Sup Tahu, Apalagi besok malam Tuan dan Nyonya sudah kembali dari luar kota, pasti mereka bakal ikut makan malam dengan tuan Ushijima dan Tuan Muda Akashi."
"Biar urusan semua itu saya yang akan pikirkan, pokoknya Pak Tsubasa buat saja makanan yang saya minta. Makanan buatan anda juga terlalu enak buat dibenci, jadi saya yakin semua orang gak akan mempermasalahkan menu makanan tersebut untuk besok." Ushijima mencoba meyakinkan Chef Tsubasa.
Untungnya Chef Tsubasa berhasil diyakinkan oleh Ushijima, jadi Ushijima tidak perlu berlama-lama disana dan bisa segera kembali kedalam kamar untuk beristirahat.
****
Hai guys, khusus part kali ini membahas tentang Ushijima ya. Dimana kalau dipikir-pikir Ushijima cukup Tsundere ya, apalagi Akashi yang tampak berbeda saat mengigau ditambah lagi sepertinya sudah ada tiga senior yang sangat perduli pada Akashi selain teman-temannya 🤣. Btw , tunggu part selanjutnya ya🙏🤭 Yuk, berikan tanggapan anda tentang Akashi dan Ushijima di part kali ini!🤭
KAMU SEDANG MEMBACA
STEPBROTHER
Teen FictionSemua ini berawal dari tragedi yang terjadi dalam program kamp pelatihan musim panas yang diselenggarakan oleh Akashi Masaomi untuk Tim Volly dan Basket kepada Akashi Seijuro yang merupakan putra kandungnya dan Ushijima Wakatoshi yang telah menjadi...