Suara Peluit ditiup kencang oleh Wasit yang menandakan permainan basket telah berakhir. Skor saat itu dimenangkan secara selisih tipis oleh Rakuzan yang berhasil lebih unggul 1 angka dibandingkan Shutoku.
Kemenangan tersebut jelas menimbulkan sorakan bahagia dari tim Rakuzan, terutama Akashi yang tak bisa berhenti tersenyum saat melirik papan skornya. Dan rasanya ini adalah kali pertama tim Rakuzan bermain basket dengan kemenangan tanpa sekalipun ada perasaan tertekan seperti dahulu, ia bisa merasakan kalau para seniornya juga tampak menikmati latih tanding tersebut.
"Sayang sekali, kali ini kita belum bisa mengalahkan mereka. Benarkan, Shin-chan?" tanya Takao yang hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan tersenyum kecut, ia sebenarnya sedikit kesal karena belum bisa mengalahkan Rakuza. Akan tetapi, ia juga merasa Senang kalau akhirnya Rakuzan bisa menang taruhan saat ini karena ia tak akan sudi melihat mantan kapten Kiseki no sedai itu bakal dipermalukan oleh tim Voli seperti Ushijima.
"Diamlah, Takao. Lain kali, kupastikan aku akan mengalahkan Akashi." Midorima memperbaiki kacamatanya, lalu ia mendekati Akashi dan memberikan uluran tangan sebagai tanda selamat kepada temannya itu.
Akashi membalas uluran tangan Midorima tanpa ragu, bahkan ia juga tak lupa memperlihatkan senyumannya kepada Midorima.
"Aku akan memastikan untuk mengalahkanmu sebelum musim panas ini berakhir, Akashi. Dan kupastikan kalau kalungmu ini akan segera kukembalikan," ucap Midorima sambil menggenggam liontin yang tengah dikenakannya itu.
"Aku tunggu janjimu, Midorima." Akashi berhenti tersenyum, ia langsung berjalan pergi menghampiri timnya dengan langkah yang penuh percaya diri. Midorima hanya bisa tersenyum saja menatap punggung sang kapten yang rasanya terlalu sulit untuk digapai entah mengapa baginya Akashi adalah satu-satunya teman yang sangat ia hormati selama ini, walaupun sekarang posisi Akashi sedikit tergeser oleh kehadiran Takao dan Tim Shutoku lainnya. Namun tetap saja, satu-satunya impian Midorima sejak dahulu ialah menepati janjinya kepada Akashi dan membuktikan kalau Ia bisa memperoleh pujian dari sang Kapten.
Sementara itu, Akashi mengucapkan permintaan terimakasih tulusnya kepada anggota Tim Rakuzan. Matanya tak bergeming memberikan tatapan hangat secara bergantian kepada Mibuchi, Hayama, Nebuya dan Mayuzumi.
"Kau tak perlu berterimakasih seperti ini, Akashi." Hayama sedikit terganggu oleh sikap lembut Akashi.
"Walau bagaimanapun kalian ada rekan sekaligus seniorku, jadi tak ada salahnya kalau sesekali aku bersikap hormat kepada kalian kan?" tanya Akashi.
"Terserah Sei-Chan sajalah," jawab Mibuchi sambil tersenyum, berbeda pula dengan Mayuzumi yang langsung berjalan pergi dari sana seraya menggenggam Novel di tangan kirinya.
Ia tampak tidak terlalu tertarik dengan drama berlebihan seperti ini, apalagi sikap tidak terlalu perduli Mayuzumi yang kerap membuat dirinya tidak pernah dianggap ada oleh sebagian orang sama sekali tidak berubah. Sampai langkahnya dihentikan oleh panggilan Akashi yang secara lengkap memanggil namanya. Dengan perasaan enggan, Mayuzumi menoleh kebelakang.
"Ada apa? Bukannya pertandingan sudah selesai, lagian aku juga tidak banyak membantu kalian pas pertandingan tadi." Mayuzumi sama sekali tidak tertarik untuk memperoleh permintaan terimakasih dari sang kapten.
"Aku perlu berbicara denganmu, Senpai. Apa kau punya waktu?" tanya Akashi yang jelas membuat Mayuzumi cuman bisa menghela nafas saja.
"Memangnya kau mau ngomong apa, Akashi?"
Akashi tak langsung menjawab, ia seperti memberikan perintah terlebih dahulu kepada ketiga senpainya. Begitu ketiga seniornya itu berjalan pergi, barulah ia menghampiri Mayuzumi yang tidak terlalu jauh dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEPBROTHER
Teen FictionSemua ini berawal dari tragedi yang terjadi dalam program kamp pelatihan musim panas yang diselenggarakan oleh Akashi Masaomi untuk Tim Volly dan Basket kepada Akashi Seijuro yang merupakan putra kandungnya dan Ushijima Wakatoshi yang telah menjadi...