100

42 3 0
                                    

Akashi tidak dapat mengatakan sepatah katapun, ia hanya tertegun tanpa bisa bersuara dan perlahan-lahan kedua matanya mulai meneteskan air mata yang selama ini dianggap tabu olehnya. Tak pernah sekalipun seorang Akashi Seijuro menangis didepan orang lain. Dan rasanya situasi saat ini adalah momen paling memalukan bagi Akashi.

Ia benar-benar tak kuasa untuk menahan air mata yang terus menetes di kedua pipinya, seolah-olah air mata itu ingin menyampaikan bahwa Akashi sudah tak sanggup lagi untuk berpura-pura kuat dengan semua beban dan kegelisahan yang selama ini dirasakan oleh Akashi.

Ushijima yang melihat Akashi menangis, ia langsung sigap memeluk adiknya itu dan membenamkan wajah Akashi di dadanya. Ia mengusap-usap pundaknya Akashi. Entah mengapa kebencian yang tersimpan didalam hatinya mulai tersapu oleh perasaan simpati saat ini. Apalagi Ushijima sudah mengenal cukup jauh mengenai latar belakang dari keluarganya Akashi, terutama Ayahnya Akashi.

"Tenanglah, Seijuro. Semua pasti baik-baik saja. Kau tidak perlu marah lagi." Ushijima mencoba menenangkan adiknya. Namun sayangnya rasa simpati dari Ushijima dibalas dengan tawa ledekan dari Akashi, seolah-olah kemarahan dan kebencian yang menumpuk didalam diri Akashi terlalu cukup kuat untuk mengambil alih tubuhnya dan menenggelamkan Akashi yang asli kedalam lumpur yang gelap tanpa harapan.

"Kau bahkan lebih menyedihkan daripada aku, Wakatoshi. Jadi, kau tidak perlu repot-repot menasehatiku seolah hidupmu sudah beres saja." Akashi langsung mundur dari Ushijima dengan ekspresi merendahkan diwajahnya. Tampaknya kesadaran Akashi telah sepenuhnya berganti menjadi sosok kepribadian Akashi yang lain kembali.

"Hidupmu jauh lebih berantakan daripada aku, Seijuro." Ushijima tidak ambil pusing dengan perubahan kepribadian adiknya itu. Meski ia sedikit kecewa bahwa kehadirannya tidak terlalu kuat untuk menyadarkan Akashi kembali.

"Hidupku? Oh tidak, kau salah besar. Justru ini adalah awal dari kebangkitan seorang Akashi Seijuro. Akashi yang selalu menjadi seorang pemenang dalam bidang apapun dan bisa meraih apapun yang diinginkannya, tanpa butuh teman, keluarga, kasih sayang ataupun Tim. Bahkan aku rasa Akashi juga tidak membutuhkan seorang sampah sepertimu yang hanya mengandalkan tangan kiri dalam permainan volinya. Kau sama saja pengecutnya seperti Ayahmu yang dipenuhi kegagalan dalam hidupnya." Akashi berbicara masih dengan seringai mengejek diwajahnya dan penuh oleh kepercayaan diri berbalut keangkuhan yang besar.

"Kurang ajar, sialan kau! Beraninya kau menghina Ayahku dan tangan kiriku!" bentak Ushijima yang langsung dipenuhi kemarahan saat mendengarkan Akashi menghina Ayahnya. Dan spontan Ushijima yang biasanya dikenal sebagai orang yang tenang dalam berbagai situasi mendadak langsung refleks mengepalkan tangan kirinya yang langsung mendarat ke batang hidungnya Akashi.

Seketika darah menetes dari hidungnya Akashi perlahan-lahan akibat pukulan dari Ushijima barusan.

Dan jelas saja ini membuat harga dirinya Akashi menjadi terluka saat itu juga. Dengan penuh kemarahan, Akashi langsung berhenti menyeringai dan menatap serius kepada Ushijima dengan berbisik pelan, "Kupatahkan tangan kiri sialanmu itu! Dasar sampah!"

"Kau -" belum sempat Ushijima menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba tangan kirinya langsung terpelintir sendiri usai mendengarkan bisikannya Akashi, seolah-olah ini benar-benar diluar kendalinya. Jelas saja Ushijima berusaha mengontrol tangan kirinya tersebut, tapi sayangnya ia masih kesulitan dan belum terbiasanya dengan kekuatan Akashi yang dipenuhi kemarahan ini. Alhasil, Ushijima terduduk lemas di lantai bandara dengan bagian tangannya yang benar-benar terpelintir sampai mengalami cedera patah tulang terbuka pada bagian tulang di area sikunya yang langsung terbelah menjadi dua.

Seketika seluruh perhatian masyarakat yang ada di Bandara tertuju pada teriakan kesakitan dari Ushijima yang benar-benar luar biasa. Bahkan para tenaga medis di bandara segera menolong dan mengevakuasi Ushijima saat itu juga. Sedangkan Akashi hanya berjalan pergi meninggalkan bandara dengan seringai di sudut bibirnya. Sekilas ia mendongak kearah Ushijima yang dibawa kedalam ambulance, tampaknya Ushijima hanya memberikan tatapan kekecewaan kepada Akashi sebelum akhirnya pintu Ambulance itu tertutup.

"Tatapan yang menjijikkan sekali," gumam Akashi yang langsung berjalan kedalam mobilnya dan duduk di bangku penumpang seraya membersihkan darah di hidungnya dengan tisu.

"Antarkan saya ke rumah!" perintah Akashi kepada Supir pribadinya. Lalu, ia mengenakan earphone ditelinga dan menonton pertandingan shogi dari handphone.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STEPBROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang