Pohon beringin yang tumbuh hingga ratusan tahun di luar beteng bekas kerajaan Pajang itu dibiarkan dahannya menjulur hingga melindungi tanah dari sinar matahari. Namun sejak kejadian yang menimpa keluarga Lintang dan beberapa penduduk desa yang jadi korban digondol Wewe, semakin terkenal pohon besar itu.
Banyak perempuan yang penasaran dengan cerita yang berkembang di sekitar pohon itu sehingga ingin melihat seperti apa sih sosok gendruwo itu. Sedang kehidupan Bayu yang sekarang berubah menjadi kaya tentu tidak lepas dari peran Lintang Istrinya yang sering digauli gendruwo hingga mendapatkan uang banyak. Karena itulah kawan- kawan Bayu sangat senang bila bisa mengajaknya berjudi. Bayu tidak memasalahkan istrinya berselingkuh dengan gendruwo asalkan dapat kontribusi nafkah uang banyak. Kini Lintang telah membuka usaha membuka toko di pasar Tosuro. Dalam waktu kurang setahun dagangan laris manis karena dibantu makhluk halus Gendruwo. Lintang baru menutup tokonya sebelum magrib karena disaat terdengar adzan gendruwo tidak berani mendekati toko miliknya.
Walau Lintang orangnya dermawan dan suka membantu para preman di daerah itu, tetap saja ada orang yang tidak suka karena Lintang yang cantik itu sangat menggoda dengan pakaian yang ketat dan sexy. Lagi pula saat pulang ke rumah, tokonya tidak digembok hingga mengundang perhatian para penjahat untuk membongkar dan mencuri hartanya.
Seperti teman Boneng yang bekerja di daerah pasar itu mendengar kalau istri Bayu buka toko, bergegas mendatangi pada saat Lintang pulang. Bersama tiga orang temannya Boneng sudah siap menghadang Lintang melintasi koridor toko yang sudah sepi.
"Hehe he he baru pulang ya mbak." kata Boneng sambil mencolek lengan Lintang. Gadis itu terus melangkah sambil menarik tangan putrinya Puput yang ikut jaga toko.
"Masih ingat gak aku ini teman suamimu, Bayu" kata Boneng lagi sambil meraba bemper wanita cantik itu dengan kasar.
"Awas mah orang jahat tuh" sambung Putri yang mempercepat langkah kakinya keluar dari sergapan Boneng. Tapi preman itu seperti sudah kesurupan jadi tidak lagi punya perasaan, malah memeluk dan menyeret Lintang kearah tempat gelap.
Boneng yang nekat membawa Lintang tak peduli Putri Pingitan yang menangis sambil teriak minta tolong. Boneng baru sadar jika tubuh Lintang yang dibawanya telah menjelma seekor monyet yang sangat besar yang malah mencengkram lehernya sambil meringis.
"Ggeeerrrrkkk"
"Aaa..aampuunn"
Boneng memohon ampun tetapi tak digubris hingga tubuhnya yang kekar penuh tatto itu diangkat sangat tinggi. Kemudian dilempar ke tengah jalan raya yang sedang sepi karena sudah mulai gelap. Entah itu di jalan raya atau jalan mistis karena Boneng ketika membuka mata memandang sekitar sudah dikerumuni binatang mirip monyet sangat banyak. Mungkin saja mereka itu anak- anak Wewe Gombel yang pernah menyuapi mulutnya dengan kotoran ayam.
"Gggrrrrkkk!!"
"Hehh hehh hehhh"
Makhluk- makhluk seram itu terus melangkah menghampiri Boneng yang terkapar di jalan berumput basah. Kemudian Boneng diinjak- injak makhluk itu hingga tak sadarkan diri.
Sedang dua kawannya yang berhasil masuk ke dalam toko untuk mencuri harta Lintang tak bisa keluar dari toko yang berubah menjadi ruang gelap yang sangat luas tanpa kamar dan pintu. Dua preman itu tersesat di dalam toko Lintang yang selalu dijaga makhluk halus. Mereka hanya berputar- putar didalam ruang kosong itu hingga pagi hari Lintang menemukan meteka tertidur di emperan toko.
***
Linggar anak pak kades yang masih duduk di SMA itu iseng- iseng liwat di bawah pohon beringin yang lagi viral di sosmed. Bahkan cerita Bayu yang dimadu dengan gendruwo mau difilmkan itu membuat anak gadis pak kades penasaran.
Pohon beringin yang bisu tak bisa bercerita apapun saat Linggar lewat sambil menengadah ke atas.
"Eh Nggar, mau kemana?"
Linggar menoleh ketika ada seorang cowok ganteng menegurnya. Sepertinya ia kenal, tapi lupa siapa ya. Linggarpun tersenyum menatap mata cowok itu.
"Eh..artis sinetron Angga ya? Tumben lewat sini?"
Seketika itu juga Linggar langsung kagum dan jatuh hati. Ingatan Linggar langsung ke film cerita yang sering ditonton lewat tv.
"Mampir dong" kata cowok itu.
"Rumahmu dimana sih?"
"Ini rumah omku" kata cowok yang mirip artis Angga itu sambil mengajak Linggar masuk rumahnya.
Gadis SMA anak pak kades itu seperti tersihir sehingga ikut melangkah masuk ke dalam rumah yang cukup mewah milik om Angga."Namaku bukan Angga, tapi Rangga" kata cowok ganteng itu. Linggar terkesima melihat wajah setampan Angga hingga lupa mau menjawab apa. Tiba- tiba Linggar mendengar suara memanggil namanya dari luar rumah.
"Nggar, ngapain kamu disitu ?"
Linggar menoleh ke arah luar pintu rumah itu, tapi tiba- tiba ia telah berada di kebun kosong yang tidak di kenalnya.
Kebun kosong itu seperti asing bagi Linggar dan tidak ada di kampung tempat ia main mau melihat pohon beringin.
"Ahh..dimana ini?" gumam Linggar dalam hati sambil mengawasi sudut lokasi yang penuh dengan pohon tinggi.
Linggar bingung dan mencari jalan keluar dari kebun kosong itu yang tidak terlihat. Tanah yang diinjak pun penuh dengan rumput. Linggar makin takut karena suasana seperti makin gelap seperti sore hari saja.
Setelah berjalan lebih lima menit Linggar baru menemukan rumah yang ada ditepi kebun kosong itu. Linggar pun mencoba bertanya kepada penghuni rumah yang ada di dalam. Namun tiba- tiba namanya dipanggil suara yang tadi didengar dari rumah Angga.
"Eh Linggar..mau kemana?"
"Eh Wulan. Ini kampung apa sih kok aku lupa" tanya Linggar.
"Kampung Barsah. Aku juga baru pindah kok"
Kampung Barsah? Rasanya baru kali ini Linggar mendengar sebutan kampung Barsah. Linggar jadi merinding memandang teman sekolahnya saat SD itu.
"Terus kalau aku mau pulang lewat mana?""Kamu lewat jalan setapak ini lurus jangan tengok ke belakang kalau belum sampai tugu batas desa." kata Wulan.
Akhirnya Linggar ikuti petunjuk sahabatnya berjalan melewati jalan setapak selama tiga menit, baru sampai di tugu batas desa. Ternyata tugu batas desa itu berubah menjadi gapura sebuah kuburan tua.
Linggar jadi makin merinding karena ia telah tersesat di dalam tanah pekuburan dan bertemu dengan teman sekolahnya yang tinggal di kampung Barsah. Seingat Linggar Barsah itu artinya liang kubur. Iya ya..bukannya tenannya yang bernama Wulan itu telah mati 5 tahun silam karena kecelakaan motor. Berarti yang memberi tahu jalan keluar kebon kosong itu arwah Wulan. Linggar makin merinding mengingat kejadian itu. Iapun bergegas meninggalkan kuburan itu dan pulang ke rumah Tapi ingatannya tidak pernah bisa melupakan perkenakannya dengan Angga. Cowok ganteng yang tinggal dekat dengan pohon beringin.
***
"Linggar! aku main ke rumahmu nih"
Gadis manis itu terbangun dari tidurnya usai solat isha' ketika mendengar sayup- sayup suara Angga di luar teras. Linggarpun bergegas melangkah ke jendela yang masih terbuka. Linggar menyingkap kurden dan melihat cowok ganteng yang tadi siang ia temui di bawah pohon beringin.
"Angga."