Sekarang Bayu bisa melihat hilir- mudik makhluk halus yang ada sekitar rumah dan kebon. Mereka seperti manusia juga berinteraksi dan tertawa- tawa dengan yang lain. Masalahnya lelembut itu ada dimana- mana seperti tidak ada benda yang membatasi gerakan mereka. Bayu hanya terlihat dan bisa melihat ke sesama lelembut kecuali Lintang dan Putri . Hal itulah yang membuat berita heboh di kampung bila Bayu telah mati.
Tetapi bagi Lintang dan Putri Pingitan, Bayu tetap hidup dan sangat sayang kepada anak dan istrinya. Bahkan Bayu sekarang tidak pernah keluar untuk berjudi atau selingkuh karena tidak lagi ada Gendruwo yang meniduri istrinya. Malah sekarang keluarga Bayu bisa berdagang di pasar dengan senang karena sangat laris dibantu teman baru Bayu para lelembut di rumah maupun di pasar.
***
Pak Kades sudah berupaya mengumpulkan warga untuk tadarusan atau mengaji di balai desa setiap malam Jum'at, tetapi putrinya tetap tidak sembuh suka kesurupan dan bicara sendiri. Linggar sangat senang jika ia berada di rumah sendirian selalu ditemani Rangga yang tampak sangat tampan. Rangga ternyata sangat membantu sekolah gadis itu sehingga tidak perlu takut bila pulang tengah malam dari praktikum di sekolah atau Pramuka. Rangga senantiasa berada di sisi gadis itu dimanapun berada. Linggar jadi sangat cerdas sehingga saat ujian akhir sekolah dapat peringkat satu nilai Eptanas Murninya. Pak Kades pun bangga dan tak pikirkan kata Bu kades jika putrinya kesurupan.
"Berterima kasihlah bu, Putri kita itu indigo."
Tentu saja Bu kades bingung suaminya menyebut Putri Pingitan itu indigo. Bu kades gak paham apa itu "indigo" tahunya indomi.
"Indigo itu apa sih ?"
"Indigo itu kekuatan supranatural yg dimiliki oleh manusia. Indera keenam anak kita sangat kuat. Putri itu bisa bicara dan melihat dengan setan." kata pak kades.
"Ooh.. pantas sekolahnya pinter. Soalnya ia bisa melihat contekan yg dibawa Bu guru." jawab Bu kades.
"Bukan gitu Bu. setidaknya kalau anak kita dalam bahaya pulang malam selalu ditemani jin"
Linggar juga tidak pernah minta uang dari papa dan mamanya karena ia selalu diberi uang oleh Rangga bila minta. Rangga kalau kasih uang tidak sedikit. Bisa untuk beli matic dua biji. Di sekolah Linggar tidak bermasalah dengan teman-temannya, malah kalau ada kawannya yang kesurupan karena diganggu setan penunggu bangunan sekitar, Linggar bisa menolong mengatasi. Ternyata Linggar bisa melihat setan jika Rangga berada di dekatnya. Itulah yang membuat teman cowoknya segan kepada Linggar yang dianggap anak kuntilanak.
Gugun dan Farid yang malam pentas seni di sekolah itu sudah bersiap menjemput Linggar dengan sebuah mobil mewah sabar menunggu saat acara habis. Linggar malam itu tampak seperti bidadari walau hanya bergaun merah tua bersulam sutra. Kulitnya yang putih itu membuat penampilannya sangat anggun Dimata para lelaki di sekolah. Gugun dan pak Hendro yang sangat kagum kepada gadis itu berdecak ketika Linggar ikut menyanyi.
Pak Hendro yang guru olah raga itu memang sering menggoda Linggar bila sedang olah raga karate. Pak Hendro yang masih bujangan itu bersaing keras dengan muridnya yang bernama Gugun dan Farid untuk mendapat tempat di hati Linggar. Tapi sering kandas karena Linggar sama sekali tidak memberi hati atau perhatian. Gugun yang tajir di sekolah itu tidak kalah akal untuk menjerat hati Linggar dengan memberikan perhargaan dan menyanjung suara Linggar yang sangat merdu padahal boong. Linggar yang sudah keluar dari gedung sekolah berjalan keluar dengan dituntun kekasihnya Rangga. Tetapi Gugun atau siapapun itu tidak pernah bisa melihat bahwa Linggar sedang berdua dengan sosok lelaki lain.
"Gue antar ya Nggar?"
Gugun membuka pintu samping kiri mobilnya, sedang Farid menyetir di depan. Linggar akhirnya masuk juga ke dalam mobil bersama Rangga di bagian jok tengah. Tapi di mata Gugun atau Farid yang masuk hanya gadis cantik itu. Bahagianya Gugun lantas masuk ke dalam mobil duduk disebelah gadis itu. Mobilpun melaju dengan kecepatan tidak normal, yaitu spido meter menunjuk angka 200 Mph. Tentu saja Farid sangat kaget dan berusaha menginjak rem. Tetapi mobil itu melaju seperti jet yang luar biasa tanpa peduli jalanan ramai dan macet sehingga menabrak semua yang menghalangi termasuk bangunan tembok di tikungan juga ditembus.
Hingga tak terasa mobil sudah berhenti sendiri ketika tiba di depan rumah pak kades. Linggar pun bergegas turun tanpa Gugun membukakan pintu.
"Rid.. Linggar tadi kemana?"
"Bukannya eloe yang duduk disebelahnya?"
"Gue gak ngrasa ada Linggar tadi, habis gue tegang liat loe ngebut gitu"
"Ngebut pale loe. Gue udah ngerem berkali- kali mobil jalan sangat cepat kek rem blong aja. Loe keluar lihat ada yang lecet gak ?" tanya Farid yang masih tegang dan merinding.
Gugun akhirnya membuka pintu dan keluar mengecek body mobil karena sejak dari sekolah sudah menabrak puluhan mobil dan rumah. Betapa terkejut Gugun melihat mobil sudah ringsek banyak penyok dan luka gores hingga nyaris seperti mobil rongsok.
"Ampuun Mak, gue mau bilang apa sama bokap kalau mobil jadi begini?" keluh Gugun setelah melihat sendiri kondisi mobilnya yang ringsek.
Farid penasaran dan ikut keluar melihat apa yang terjadi. Benar- benar mengejutkan kedua remaja itu. Sedang rumah Linggar tidak tampak membuka pintu, dan terlihat tutupan sepi seolah tak peduli pada apa yang terjadi diluar.
"Kita masuk rumah Linggar saja. Siapa tahu dia sendirian di rumah dan takut kalau kita ikut masuk." kata Gugun sambil nekat masuk halaman rumah gadis itu. Farid mengikuti saja arah langkah temannya.