Hati Nurul sudah tertutup untuk menerima cinta siapapun, termasuk Hamdan yang sudah berterus terang ingin menjadikannya sebagai calon istri. Pak Pur sudah berdoa dan wiridan agar putrinya bisa membuka hati menerima lamaran Hamdan. Bagaimana menjawab lamaran Hamdan jika Nurul sudah memiliki kekasih yg bernama Masdar, padahal pak Pur belum melihat seperti apa orangnya. Pak Pur penasaran ketika mendengar bisik2 di dalam kamar Nurul dengan seseorang lelaki yg diduga pak Pur adalah Masdar. Pak Pur mengintip lewat celah kurtain jendela kamar putrinya.
Saat itulah jiwa pak Pur yg kosong dimasuki roh demit yg jahat. Hasratnya mendidih kalau melihat putrinya terlihat tanpa busana terlentang dengan dua paha mulusnya dan dada montok terbuka. Indahnya tubuh Nurul yg menggeliat seperti sedang melayani orang yg mesum meraba teteknya, pahanya yg putih mulus terbuka. Pak Pur mendadak sange. Pastilah putrinya sangat ingin segera dinikahkan itu, kata pak Pur dalam hati.
"Permisiii..." pak Pur sangat kaget ketika mendengar ada suara tamu yg mendadak datang ke rumahnya. Pakpur bergegas bangkit dan membenarkan letak sarungnya menyambut tamu.
" Oh iyaa.. Monggo.." sambut pak Pur sesampai di depan pintu.
"Kami adalah keluarga dari Masdar hendak melamar putri bapak yg bernama Nurul. Ini kamu sudah bawa mahar dan perabot untuk keperluan pernikahan." ucap seorang laki2 berpeci hitam yg berdiri mengapit pemuda tampan bernama Masdar.
"Oh..ah..bentar, kok mendadak banget tidak kasih kabar dari kemarin" kata pak Pur gugup.
"Sudah saya kasih tahu Nurul pak kemarin ." potong Masdar.
"Silahkan masuk dulu.."
Rombongan pelamar itupun masuk dan duduk di ruang tamu sambil nunggu Nurul dan ayahnya menjamu untuk segera menikahkan kedua mempelai. Keluarga Masdar sudah menyiapkan penghulu dan saksi untuk mensahkan keduanya menikah hari itu.
Pak Pur dan istri belum bersiap dengan ritual nikah ala kampung, semua sudah dibawa keluarga Masdar termasuk tamu yang datang hingga ratusan dibawa mobil bus. Hingar bingar pak Pur akhirnya digapai telah selenggarakan ritual mantu dengan jumlah tamu sangat banyak. Bahkan pak Pur tidak pernah menyebar undangan,tetapi acara itu mendadak didatangi banyak tamu dan disiapkan hidangan yg sangat mewah.
"Kami sudah siapkan dari rumah semuanya pak" kata Masdar yg sudah berdandan dengan pakaian adat Jawa seperti dari salon yg dipesan.
Sungguh pak Pur dan istri sangat bahagia saat gamelan kebogiro kumandang dan suara MC terdengar mengiring pengantin saling bersalaman, berpelukan dan terdengar tepuk tangan meriah. Tidak lagi terpikir Hamdan. Alangkah bahagia pak Pur ternyata ia jadi bisa merayakan acara mantu putrinya yg cantik Nurul Hasanah.
Tapi pak Pur sangat kaget saat adzan magrib terdengar, seluruh tamunya lenyap. Halaman yg sudah didekor dengan lampu terang benderang lenyap jadi gelap seperti semula menyisakan sampah bungkusan makanan dari daun pisang dan plastik. Begitu pula Nurul tidak lagi memakai kebaya dan konde pengantin duduk sendirian diatas kursi.
"Astagfirullah aladziim.." ucap pak Pur seperti terbangun dari mimpi indah di siang bolong.
"Aku akan tetap setia menunggu kedatanganmu mas" kata Nurul seolah sedang bicara dengan suami yg duduk disebelahnya.
"Kamu ngomong sama siapa nduk?" tanya pak Pur yg masih terheran- heran dengan apa yg terjadi.
.. "Masdar berpamitan pulang pak. Kan mereka sudah selesai nikahkan aku" kata Nurul dengan wajah berseri. Sedang pak Pur menarik nafas dalam2 prihatin mendengar ucapan putrinya.
***
Tentu saja pak Pur bingung melihat sikap Nurul yg berubah drastis sejak peristiwa yang tidak dapat dilupakan malam Jum'at kemarin. Pak Pur tak bisa menjawab pertanyaan Hamdan yg ingin segera melamar gadis cantik pujaan hatinya Nurul. Sedang orang tua Hamdan sudah terlanjur membeli mas kawin sebagai mahar mempelai pria kepada pak Pur selaku wali nikah putrinya.
"Assalamualaikum" kata Hamdan yg datang bersama orang tuanya.
"Walaikum salam.. silahkan masuk..Nurul sedang ke pasar" jawab pak Pur.
"Mau melanjutkan rencana kami kemarin pak"
"Iya.. nanti kita bicarakan kalau Nurul datang " kata pak Pur yang masih ragu.
Saat Nurul pulang dari pasar tampak pasang muka kesal melihat Hamdan.
"Uuhh sudah saya bilang gak mau dinikahkan dengan siapapun selain Masdar" kata Nurul tiba2.
"Ini nak Hamdan serius mau melamar kamu nduk" potong pak Pur.
"Kan bapak sudah ijinin saya nikah dengan Masdar kemaren.. saya sudah nikah pak" kata Nurul bersikeras mengatakan jika sudah nikah dengan Masdar. Tentu saja keluarga Hamdan juga heran karena tidak pernah mendapat undangan, padahal mereka bertetangga.
"Maaf ya pak kalau Nurul tidak sopan bohong kepada bapak" ucap pak Pur yg merasa tidak enak. Hamdan terkejut ketika melihat Nurul buka daster didepan matanya hingga terlihat dua bukit venus di dada Nurul menggantung indah.
"Nurul..." pekik Hamdan yg langsung melangkah menuju posisi Nurul dibalik pintu kamarnya. Tapi Hamdan tak mengira jika langkahnya terhalang oleh pukulan Zaenal yg muncul dari bilik toilet. Zaenal adalah paman Nurul yang tubuhnya dirasuki roh Masdar pengawal gadis itu.
Kedatangan Zaenal bikin hati Nurul adem karena ia sangat mencintai pamannya yang berbahasa indah seperti kekasihnya Masdar.
"Eh kamu siapa?" tanya Hamdan yg kurang paham wajah Zaenal karena tidak serumah dengan pak Pur.
"Ini adalah suamiku" kata Nurul sambil memeluk Zaenal erat2.
"Suami? Kapan kalian menikah? Jangan ngaku2 suami ya.. akulah calon suami Nurul, karena aku sudah bicara dengan pak Pur." kata Hamdan ngeyel.
"Bukk"
"Aaaaachh.." Hamdan langsung terjungkal jatuh dengan mulut berdarah dipukul Zaenal dengan kekuatan gaib yg dahsyat.
Nurul bergegas menutup pintu kamar dari dalam usai mengusir Hamdan keluar dan pergi dari rumahnya. Senangnya Nurul yang setiap hari bisa bercinta dengan Zaenal dan diberi nafkah lahir batin. Uang nafkah 20 juta tiap bercinta dengan Zaenal atau Masdar lebih dari cukup bagi Nurul.
Pakpur tidak melarang hubungan adik sepupunya dengan Nurul, toh dia juga jadi guru ngaji yg bisa jadi imam bagi putrinya.
