Suasana di bekas alun2 itu tetap sepi dan lengang pada siang hari. Karena disana ada pohon besar yg tumbuh sangat rindang membuat kebun kosong dibawahnya teduh. Banyak warga kampung itu senang beristirahat melepas lelah dan penat. Tapi yg membuat Gendon dan perangkat desa bingung adalah setiap pagi hari Jum'at selalu ditemukan sampah yg berserakan di areal kebun kosong itu. Sampah bungkus makanan dari kertas dan plastik. Karena itulah Gendon bersama Mardek mengintip lewat di area itu pada Kamis sore atau malem Jum'at. Mereka ingin tahu kegiatan orang yg berada di kebun kosong itu pada malam hari. Siapa tahu banyak anak muda yg sengaja datang untuk berpacaran.
Gendon sudah siap dengan lampu senter dan stik kayu untuk memukul orang yg berniat jahat. Mardek yg mendahului lewat tembok pagar kebun itu mendengar suara berisik di dalam kebun. Seperti suara manusia yg sedang tertawa, ada yg sedang tawar menawar harga.
"Suara apa itu bro?"
"Sssssssttt" jawab Mardek sambil tempelkan jari ke bibirnya."jangan berisik"
Tiba2 seorang gadis cantik lewat disisi Gendon yg sedang mengendap- endap di bawah pagar tembok.
"Misi pak." kata gadis itu. Tentu saja Mardek makin yakin bila yg baru saja datang adalah ABG yg mau pacaran. Tapi Gendon tidak melihatnya. Jadi ia tenang2 saja walau bulu kuduknya berdiri karena ada energi panas lewat.
"Hiiiii...kok aku seperti ketakutan." kata Gendon.
"Lo tahu gak yg barusan lewat?" tanya Mardek.
"Apaan?"
"Cewek yg baru masuk tadi?" tanya Mardek lagi.
"Cewek? yg mana? Aku gak lihat apa2 kok. Duuh nyamuknya banyak dek"
Tiba2 dari dalam kebon kosong terdengar ada suara cewek memanggil mereka.
*Baaang.. sini dong."
Mardek dan Gendon yg mendengar suara itu langsung memandang ke arah rimbunan semak dalam kebun yg tampak terang karena cahaya bulan. Gendon yg melihat ada sosok gadis cantik berdiri di sana tentu tidak buang waktu langsung melompat menyerbu tuh cewek. Mendadak suasana jadi hingar bingar di dalam kebun kosong. Gadis yg memanggil itu ternyata ada tiga orang sambil memegang gelas miras. Gendon yg tadinya ragu, malah berani mendekat dan menyalami gadis itu.
"Ayoh bang.. minum." ajak gadis itu sambil menyodorkan gelas yg berisi minuman keras kayaknya. Tapi Gendon seperti mencium bau aneh pada miras yg ditawarkan. Mardek senang mendengar ada musik dangdut koplo di pasar malem. Mata Mardek dan Gendon sudah disulap jadi bersukaria karena suasana hingar bingar banyak yg joget mengiringi lagu yg dilantunkan seorang penyanyi cewek dengan rambut panjang tetapi wajahnya putih kek kertas. Mungkin terlalu tebal pakai bedak jadi wajahnya putih.
Cewek2 cantik itu bergoyang menggandeng tangan Mardek dan Gendon. Asiknya mereka berjoget sampai lupa pada niatnya yg sesungguhnya ingin tahu apa yg terjadi di kebun kosong keramat itu. Bagaimana mungkin kebun kosong telah berubah menjadi arena joget dengan alunan musik dangdut. Sinar bulan yg tak seberapa terangpun berubah jadi lampu disko yg remang2 syahdu.
Mardek dan Gendon terlena ketika tenggorokan sudah dibasahi oleh air merah yg dirasakan sebagai minuman keras, padahal baunya saja anyir seperti darah. Ternyata mereka berdua diajak jalan berjejal dengan pantat para penonton konser dangdut. Penonton yg campur baur laki2 dan perempuan berjoget ria sambil melirik ke arah Mardek yg jadi cupu.
"Wah ada makanan baru nih.. kita bakal bisa nyate" kata seorang penonton yg melirik ke arah Gendon. Suasana mendadak berubah menjadi lengang karena sinar bulan pudar. Tinggal sinar obor yg menyala di sudut panggung, perlihatkan wajah- wajah penonton berpaling ke arah Mardek dan Gendon.
Mardek jadi merasa tidak enak ketika mendengar sorakan penonton yg tidak dikenal sebagai warga kampung Beteng.
"Neng.. aku mau pulang saja.. jalannya mana ya?" kata Mardek yg mulai takut tersesat.
"Pulang? Ha ha ha ha.. pulang ke akhirat?" kata salah seorang penonton tak jauh dari Mardek. Lantas Gendon takbir karena ketakutan.
"Allahu Akbar ! Astagfirullah aladziim.."
Seketika suasana jadi lengang. Mardek tak dapat melihat apapun selain gelap gulita dan sepi. Bahkan rumah dan panggung konser berubah jadi pohon tinggi dan daun yg rindang.
"Dek, kamu dimana dek?"
"Gendooon.. kita dimana nih?" jawab Mardek yg terdengar berada di tempat yg jauh. Gendon seperti tak kuat melangkahkan kaki di dalam kegelapan. Lampu senter yg dibawanya hanya menyala kecil tak mampu menembus gelapnya kebun kosong yg ditumbuhi pohon lebat.
***
Orang kampung yg gotong royong mau bersih2 desa, menemukan Mardek dan Gendon tertidur didalam pagar tembok kebun kosong itu. Seperti biasa orang sekitar kebun kosong itu bersih2 tiap hari Jum'at pagi karena selalu dipenuhi sampah dari kegiatan makhluk halus di malam Jum'at.Modin yg selalu diajak sebagai ustad yg ikut membacakan surat2 pengusir setan kini sangat terkejut melihat sahabatnya tertidur di lokasi.
"Inilah orang yg suka ngeyel kalau dibilangin " kata Modin menunjuk Gendon yg pakaiannya kotor berlumur debu dan daunan.
"Huk huk hik hik" tangis Gendon yg sulit berkata - kata karena mulutnya seperti terkunci.
"Udah bawa mereka ke baledesa. Kita singkirkan setan dari kebon kosong ini agar tidak lagi menakuti warga" kata Modin.
"Mana bisa kita mengusir setan, kan ini sudah jadi istananya. Yang penting kita tidak saling mengganggu." potong Japar.
Modin dan warga sudah bawa garam sekarung untuk disebar ke seluruh pojok yg dianggap angker oleh warga. Terutama tempat yg biasa jadi kegiatan setan di malam hari. Modin yg pernah mendapati istrinya digondol Wewe dan tertidur diatas tembok Beteng, tentu hafal cara yg akan dilakukan.
"Bawa pulang tuh setannya yg ketiduran." seloroh Gombloh tertawa. Gendon dan Mardek berjalan terseok- seok dirangkul Pardi yg bertubuh besar.
"Kamu semalam ngapain di kebun kosong ?" tanya Pardi meledek Mardek. Yang ditanya tidak bisa menjawab seperti orang bisu.
"Ak uk ak uk..uik uik"
"Udah gak usah diledek orang lagi kesambit"
"Ha ha ha ha"
Sampah yg menggunung di tengah kebun kosong itu ada botol miras dan plastik kopi sasetan dan ceceran darah yg sudah kering. Setan juga suka ngopi dan mabok terbukti banyak sampahnya.
"Ini mah kerjaan anak2 punk dan pemabok yg pesta di sini kalau malam" kata Modin. Karena anak punk sudah aneh sekarang tidak cuma suka nyedot uap lem karet, tetapi juga isep Pertamax. Mungkin mereka anggap sebagai kompensasi minum miras kelas kakap yg mahal. Apalagi nyabu itu lebih menakutkan.
"Bagaimana mungkin anak punk suka ngopi sasetan begini?"
"Trus maksud kamu setan yg suka ngopi?" sahut Pardi gombloh.
Akhirnya Mardek dan Gendon dibawa ke puskesmas untuk disugesti biar sadar dan cerita kronologinya.