"Gendruwo itu memang ada dimana-mana" kata pak kades memberi penjelasan kepada warganya yang menanyakan perihal kepergian Bayu dan Lintang bukan berarti Gendruwo ikut pergi. Gendruwo itu kan setan, jumlahnya gak cuma satu. Asal manusianya beriman dan jiwanya tidak kosong ya tidak mudah diganggu Gendruwo. Sebenarnya sih tidak ganggu, malah gadis yang digoda gendruwo itu banyak yang suka lho. Terbukti Lintang sampai sekarang tidak pernah merasa diganggu Gendruwo. Bahkan Bayu suaminya merasa senang karena mendapat keuntungan dari selibgkuhan istrinya dengan gendruwo. Kalau Bayu sih belum pernah melihat sendiri seperti apa wajah gendruwo yang diisukan main dengan istrinya selain "kata tetangga " dan halusinasi saja yang akhirnya muncul dalam mimpi buruknya.
Sampai sekarang pak kades belum bisa menyimpulkan bahwa gendruwo itu mengganggu manusia. Sampai putrinya yang masih SMA kepo mencari gendruwo yang katanya berwajah tampan. Akhirnya benar ia kenal dengan makhluk tampan itu, sampai pacaran dibawa ke sekolah, Linggar gak pernah sedih atau nangis karena diganggu Gendruwo.
"Nah..kalau Boneng dan Mardek itu bukan diganggu Gendruwo. Tapi digondol Wewe Gombel." kata pak kades bikin tertawa perangkatnya. Wewe Gombel itu setan perempuan, yang tidak bisa menjelma manusia cantik. Wewe wajahnya orisinil dari Sononya memang jelek. Wewe itu bahaya. Setan Wewe Gombel itu bukannya ganggu manusia, tetapi manusianya yang suka ganggu tempat dia. Misalnya kencing sembarangan, atau bersih bersih tempat yang dihuni Wewe Gombel. Itu bisa membuat dia emosi.
Linggar yang suka main ke rumah Lintang karena kenal anaknya si Puput, tentu membuat ibu muda itu senang pasalnya Linggar suka membantu berdagang di toko Lintang.
Linggar yang gegara kepo mengin lihat gendruwo di pohon beringin dekat rumah Lintang akhirnya kenal dengan gendruwo tampan itu. Sampai sekarang hubungan Linggar dengan gendruwo itu aman- aman saja.Ternyata Gendruwo itu bebas berpoligami. Disaat berada di tempat Lintang tidak terlihat Linggar, dan sebaliknya.Bayu yang jarang pulang lihat ada Linggar mau bantuin istrinya sambil nemeni anaknya kan senang.
"Kamu seharian disini gak dicari pak kades Nggar?"
"Emang anak kecil?"
"Soalnya pak kades lagi rapat nih masalah gendruwo yang suka ganggu warga sini" kata Bayu.
"Bodoamat. Yang penting aku gak keganggu"
"Ya sudah kalau gitu, om pergi dulu ya, loe main sama Puput " kata Bayu yang pergi entah kemana.
Tapi Linggar tidak pernah tahu jika di dalam rumah Bayu itu ada Puput intelnya papa gendruwo. Puput bukan cuma posesif terhadap papa dan mamanya tapi juga protek kalau kedua ortunya diganggu orang. Puput yang melihat jika Linggar sedang ada main dengan papanya langsung diusir."Kak Linggar dah punya pacar ya."
"Udah dong"
"Coba liat fotonya!"
"Gak punya sih."
"Pasti cowok kakak gak punya foto,hp kakak gak bisa fotoin dia?"
"Ah kenapa sih loe masih kecil nanyain pacar?"
"Emang tanya aja gak boleh?" tanya Linggar sambil masuk ke dalam kamar. Tentu saja Linggar jadi sewot kalau ditanyain soal pacar. Karena soal pacar itu bener- bener dirahasiakan.
Tapi apa yang terjadi jika tiba- tiba dari dalam kamar Puput muncul seorang cowok tampan yang ia kenal tersenyum menghampirinya.
"Rangga?!!"
"Yuk kita keluar aja" kata Rangga yang langsung mengajak Linggar beranjak berdiri. Linggar tak pamit lagi dengan Puput langsung ikut apa yang diinginkan cowoknya. Keluar dari rumah Lintang.
***
Kali ini Linggar baru kena batunya ketika tiba- tiba Rangga yang merangkul pundaknya telah berubah ujud menjadi makhluk dengan bulu lebat di sekujur tubuhnya dan wajah yang sangat seram menyeringai memperlihatkan gigi taringnya yang berbaris seperti pedang.
"Haahh? Ti Tidaaakk!!" kata Linggar sambil mendorong Rangga yang telah berubah menjadi makluk yang sangat seram dan buruk rupa. Bahkan Linggar merasa berada di tempat yang asing baginya. Bukan di dalam rumah Puput, kan tadi diajak keluar oleh Rangga.
"Ohh..tidaaakkk!!Toloooong!!" teriak Linggar makin keras agar didengar orang sekitar tempat itu. Tapi ia telah berada di kebun kosong yang gelap oleh banyaknya pohon. Mana sudah sore gak ada orang yang lewat di daerah itu. Rangga yang berwajah seram itu langsung lenyap ketika Linggar berteriak minta tolong. Rangga telah lenyap, tapi Linggar mau kemana sekarang sudah berada di tempat yang tidak dikenalnya. Selain banyak pohon, kebun kosong itu tidak terlihat batasnya agar Linggar bisa menemukan jalan untuk pulang. Linggar benar- benar ketakutan dengan situasi tempat itu. Linggar menyisir celah pohon yang gelap itu untuk mencari rumah atau jalan yang bisa ia lalui, tapi tidak terlihat ada rumah. Tubuh gadis itu mulai menggigil bukan karena dingin tetapi ketakutan. Ia ingin berlari secepatnya meninggalkan tenpat itu, tapi kakibys terasa berat diangkat.
"Kreeeeseksek"
Linggar sangat terkejut ketika mendengar ada daun kering yang seperti diinjak makhluk atau binatang malam.
"Duhhh..gue dimana ya"
Gumam Linggar tak henti- henti sambil menoleh kekiri dan ke kanan untuk mencari pertolongan.
"Heem..Hem."
Ada suara orang berdeham di kegelapan. Duhh siapa ya malem- malam gini ngerjain gue. Gumam Linggar dalam hati. Suasana makin seram saja karena makin gelap dan terdengar suara yang aneh bagi kuping gadis itu.
"Hehhh..hhhhh"
"Siapa yaa..duhhh" kata Linggar yang sedang merambati pepohonan mencari ujung pagar untuk menemukan jalan keluar.
"Nggar!"
"Hahh?"
Terkejut sekali Linggar mendengar namanya disebut seseorang yang ia kenal. Linggae menoleh ke arah sumber suara dan melihat wajah Sumi.
"Mbak Sumi?"
"Iya..aku tetanggamu"
"Aduh mbak..tolonglah aku mbak..aku ini ada dimana sih?"
"Oh ini di kampung baru. Mbak juga baru kok"
"Maksud mbak?"
"Aku baru pindah ke kampung ini setahun lalu"
"Dimana sih jalan menuju pasar Tosuro?"
"Mau ke pasar?"
"Maksudku mau pulang lewat mana?"
"Ini kamu jalan terus jangan menoleh kalau belum sampai pohon kemuning." kata mbak Sumi. Linggar senang sekali mendengar petunjuk dari tetangganya yang bernama mbak Sumi.
Akhirnya Linggar berjalan melewati gang kecil dicelah pohon dan terus melangkah ke depan seperti yang dipesan mbak Sumi. Jalan setapak itu ternyata melintasi sebuah kampung yang sepi. Ada banyak rumah yang pintunya tertutup dan tidak ada lampu listrik. Terlihat serem memang. Seperti jaman dulu saja tidak ada liatrik. Linggar terus berjalan melihat ada pohon kemuning di sebelah mana? Ah ia tidak boleh menoleh ke belakang emang ada apa ya. Linggar masih bingung kenapa gak boleh menengok ke belakang dan kenapa mbak Sumi tinggal di kampung itu sendirian, bukankah dia itu sudah punya suami dan anak? Gumam Linggar.
Ketika matanya tertumbuk daun kemuning yang menjuntai dari atas, legalah Linggar. Saat itu pula ia melihat jalan aspal menuju pasar. Lampu sore sudah terlihat menyala dimana- mana. Linggar baru sadar ketika menoleh ke belakang, ternyata ia sedang berada di tengah kuburan.
