Sore itu Rei baru pulang check up. Ia menghembuskan nafas, tapi sudah bulat dengan tekadnya.
"Yakin mau turun disini?"
"Iya ayah, Rei udah minta Junhyeok datang kok. Pasti dia datang," Rei berbicara dengan nada riang mengenai Junhyeok, seperti biasa.
Ayahnya tersenyum kecil, memberi lambaian pada sang anak gadis lewat jendela disamping kursi kemudi. Mobil itu kembali melaju d jalanan.
Rei ditinggal sendirian di pinggir jalan yang dekat sebuah taman hiburan. Katanya, dia mau pergi jalan sama Junhyeok.
Tapi meski memohon-mohon sambil menangis pun, Rei tahu Junhyeok gak akan datang.
"Gue tau," Rei mengusap air matanya, tak kuasa menahan diri. Ia menatap layar ponsel yang menunjukkan chatroom-nya dengan Junhyeok. Gadis itu kembali menangis."Gue mungkin harus berhenti."
Ia mengusap air matanya lalu menarik nafas dalam. Sekarang, hanya perlu memikirkan bagaimana cara untuknya pulang jika sudah sore begini.
"Rei..?"
Dan tiba-tiba, suara itu menghentikan Rei yang sedang celingukan. Si gadis menoleh dan mendapati seseorang yang sangat ia kenali tak jauh di depannya.
Rei kembali mengusap air matanya tanpa sisa."Hai...Euhm, Yeonkyu," sapanya kikuk.
Yeonkyu sedikit berlari demi menghampiri Rei. Pemuda itu menatapnya penuh kebingungan. Apalagi melihat sisa-sisa air matanya.
"Lo gak papa? Kok lo sendirian disini sih?" tanya Yeonkyu, terdengar khawatir.
Samar-samar, membuat Rei sedikit terhibur.
"Gue mau kesana," Rei menunjuk taman hiburan yang semakin ramai di belakang mereka,"Tapi gak ada temen, hehe."
Yeonkyu tertawa kecil mendengarnya."Mau kesana sama gue?"
"Lo—emang sendirian?" tanya Rei, hati-hati.
"Enggak sih, gue sama kakak gue. Tapi sekarang dia sama pacarnya, jadi gue tinggal." endik Yeonkyu.
Kini, giliran Rei yang tertawa. Ia menyeka sisa air matanya dan membersit ingus pelan, berharap Yeonkyu tidak memperhatikan. Rei malu.
Gadis itu mengeratkan genggaman tangannya pada tas kecil yang ia pakai.
Rei menarik nafas dalam dan mengangguk kecil. Tanpa aba, langsung pergi ke samping Yeonkyu dan meraih tangan kiri pemuda itu. Menggenggamnya erat.
"Ayo."
Junhyeok❤️
Jun |
send picture |
Kesini yuk sekarang, kita jalan |
gue udh disini
readJunhyeok hanya membaca pesan Rei, sama sekali tidak ada balasan setelahnya.
"Semalem lo kemana?"
Ini masih pagi—namun kemunculan Rei dan Junhyeok dilapangan sudah membuat semuanya heboh. Kali ini, apalagi yang terjadi pada mereka.
"Ke taman hiburan, lo tau kan. Gue kirim fotonya ke elo."
Junhyeok mengerutkan keningnya dalam, ia menatap Rei dengan pandangan aneh. Gadis itu gak kayak biasanya.
Genggaman tangan Junhyeok pada pergelangan tangan Rei menguat."Jujur, Naoi Rei. Gue gak suka dibohongin." tukas Junhyeok sengit.
"Apa sih?" Rei meringis dan berusaha menghempas tangan lelaki itu.
"Bukannya lo gak peduli sama sekali ya—sshs—Junhyeok, ini sakit."
"Jawab aja pertanyaan gue, APA SUSAHNYA SIH!!?!"
Rei menciut mendengar bentakan Junhyeok. Tak cuma Rei, anak-anak lain yang sedang menonton juga.
Menurut mereka, Junhyeok-lah yang aneh disini. Bisa-bisanya sekarang dia sok peduli padahal biasanya, Rei yang selalu menanyakan segala hal tentang dirinya lebih dulu.
"Si Junhyeok itu kenapa sih?"
"Kak Junhyeok serem ya,"
"Tumben dia yang nahan Rei, gak kebalik nih?"
Junhyeok meradang mendengar bisikan-bisikan itu. Ia lantas menarik Rei pergi dari sana dengan paksa. Sepanjang jalannya, Rei tak berhenti meringis sama sekali.
Gadis itu memegang kepalanya, rasa sakit menyerang. Dia melemas meski masih ditarik paksa oleh Junhyeok untuk mengikutinya ke suatu tempat.
Tapi saat hendak melewati ruang guru, Jeongwoo muncul lalu mencegat keduanya.
"Rei," panggilnya pelan. Rei tersenyum kecil, namun bibirnya kembali meringis."Hai Jungwon."
"Ini gue Jeongwoo, ettdah." gemas Jeongwoo sambil memutar bola matanya. Kemudian ia melirik tangan Rei yang digenggam erat oleh Junhyeok.
Pemuda itu terlihat mencengkeramnya.
"Minggir lo." celetuk Junhyeok dingin.
Tapi Jeongwoo malah sengaja menghalangi jalan dengan tubuh bongsornya. Cowok itu menatap Junhyeok dengan wajah menantang.
"Kalo gue gak mau?" sahutnya.
Tapi kemudian Jeongwoo tertawa, tawanya dibuat-buat."Oh iya, emang gak mau deng." Jeongwoo menjilat bibirnya dan menatap Junhyeok tajam.
"Lo lepas tangan Rei, dan gue bakalan minggir dari jalan lo."
"Minggir bangsat!"
Buak!
Jeongwoo tidak tahu kenapa, namun tubuhnya reflek melayangkan tinju pada Junhyeok hingga si empu mundur beberapa langkah ke belakang.
Junhyeok menyeka darah yang mulai mengalir di sudut bibirnya. Matanya melirik sengit pada Jeongwoo.
Duak!
Junhyeok menerima tantangan itu, ia membalas dengan tendangan keras yang berhasil di hindari oleh Jeongwoo. Namun satu hal yang tidak bisa dihindari keduanya adalah pertarungan dan ruang BK.
"STOOOOPPPP!!!" Bu Eunseo berteriak keras, tak lupa setelahnya meniup peluit dengan kencang tepat ketika Junhyeok dan Jeongwoo hampir kembali melayangkan tinju ke arah wajah masing-masing.
Di belakang wanita itu, ada Rei yang bersembunyi dengan tubuh menggigil hebat.
Bu Eunseo kemudian mengarahkan dua pemuda tadi untuk ke ruangannya. Lalu menyuruh Rei agar pergi ke kelas.
Rei menghembuskan nafas. Ia bersandar pada tembok begitu tiga orang tadi pergi.
Junhyeok keluar ruang BK sambil membanting pintunya dengan keras.
"JUNHYEOK!" bahkan teriakan pemilik ruangan sampai tidak teredam.
Pemuda itu mengusap rambutnya dengan kesal. Ia harus menghadapi kemarahan orang tuanya lagi setelah ini. Dia di skors selama satu minggu.
"Junhyeok," dan kemunculan Rei di depannya sama sekali bukan hal bagus.
Junhyeok sangat kesal tiap melihat wajah pucat itu.
Semula, Junhyeok hanya akan pergi untuk meninggalkannya. Namun, Rei menarik tangannya, membawanya pergi ke arah ruang UKS.
Junhyeok sendiri tidak tahu kenapa, namun dia membiarkan apapun yang ingin Rei lakukan hari ini.
Entahlah...dia hanya...merasa sangat lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of you[✓]
Fanfiction❝Kayak yang orang bilang, apa peduli gue tentang rasa sakit saat gue punya elo?❞ starring with-Rei • Yeonkyu • Junhyeok 04gengz Update every saturday! August, 6th - 2022 March, 25th - 2023