➳ t h i r t y s i x ✧

28 8 2
                                    

"Beneran ini alamatnya?" gumam Rei.

Kini dia berdiri tepat di depan gerbang sebuah rumah besar yang megah dan luas.

Akhirnya, setelah mengumpulkan banyak keberanian hingga sampai seluas samudera, Rei pun datang ke rumah Yeonkyu.

Dengan berbekal alamat yang dikirimkan oleh Jungwon, tanpa memberitahu Haruto gadis itu nekat datang kesini sendiri.

Tapi tenang, ayahnya tentu mengetahui hal ini. Meski awalnya memang mendapat larangan keras, tapi entah cara apa yang digunakan Rei hingga sekarang dia berhasil sampai disana hanya dengan menaiki taksi.

Rei pun menekan bel yang ada di tiang gerbang, lalu setelah itu seorang pria tergopoh-gopoh mendatanginya.

"Cari siapa non?" tanya pria dengan seragam satpam yang khas.

Rei sempat mencuri pandang pada pintu rumah, lalu kembali menghadap pada pria itu."Cari Yeonkyu pak, saya temennya."

"Oh...Aden," sang satpam mengangguk-angguk.

"Adennya lagi gak ada non, tadi baru aja pergi sama tuan besar, sama nona." jelas satpam itu secara singkat.

Gadis itu sontak saja menghela nafas panjang. Dia sekali lagi menatap ke arah rumah besar Yeonkyu, lalu memilih untuk pergi dari sana.

Sebelumnya, dia berpamitan terlebih dulu.

"Makasih ya pak, kalo gitu saya pergi dulu."

"Iya non-eh iya,"

Rei berhenti melangkah lalu berbalik kecil,"Non mau saya sampein pesannya mungkin ke aden?" tanya satpam rumah Yeonkyu,"Takut ada yang penting."

Rei semula berpikir. Tapi kemudian dia menggeleng. Dia kembali melanjutkan langkahnya.








































Keesokan harinya, Rei datang lagi. Tak lupa sebelum kesana, gadis itu menghubungi Yeonkyu terlebih dulu. Tetapi sayang, nomor Yeonkyu tak aktif.

Entah ganti nomor atau justru nomornya yang di blokir.

Rei memegang handphonenya dengan kuat. Ia mendongak dan menatap penuh harap ke arah rumah besar Yeonkyu.

Satpam yang sama, yang masih berjaga seperti kemarin kembali menghampirinya.

"Non,"

"E-eh, iya?"

"Masih nyari aden?" tanyanya.

Rei tersenyum tipis dan mengangguk kecil."Non telat sih. Tadi, baru aja adennya keluar, sendirian sih. Tuan besar lagi gak ada di rumah juga. Biasanya kalo gitu, aden suka pulang malem." jelasnya lagi, tanpa diminta.

Satpam itu terlihat prihatin dengan sosok Rei.

"Non Chaewon sih masih ada tadi-non mau coba masuk aja?" tanya satpam tersebut. Namun Rei segera menggeleng.

"Gak usah pak-sa-saya permisi aja,"

Rei lagi-lagi pulang tanpa berhasil menemui Yeonkyu. Gadis itu pulang dengan kekecewaan. Seolah-olah, tidak diizinkan untuk menemui Yeonkyu dan berbicara banyak hal dengannya.

Padahal di jendela yang menghadap langsung ke gerbang, Chaewon sempat memperhatikan. Gadis itu mengerutkan keningnya melihat sosok Rei.

Tapi karena berpikir jika mungkin Rei hanyalah pejalan kaki biasa yang numpang lewat dan bertanya soal arah suatu tempat, dia tidak ambil pusing.

Dan selanjutnya, lagi, lagi, Rei berusaha untuk menemui Yeonkyu.

Hampir lima kali dan semuanya berujung kegagalan. Bahkan dia pernah mendapati sang satpam berkata jika selama sehari semalam Yeonkyu tidak pulang kerumahnya.

Hari ini dia gugup. Bingung harus pergi lagi atau justru diam dirumah dan pasrah pada keadaan.

Rei merasa akan sia-sia kalau pergi dan semuanya berakhir seperti hari-hari sebelumnya. Dia hanya akan buang-buang waktu.

"Gue harus gimana ya?" gumam Rei sambil menggigiti kuku jarinya.

Dia memandang ke sekitar kamarnya lalu menghela nafas panjang.

Saat mulai menjatuhkan kepalanya ke atas bantal, ponselnya berbunyi nyaring. Tanpa bangkit, Rei meraba-raba nakasnya dan berhasil mendapatkan ponselnya yang tersimpan di atas nakas.

Rei tersenyum kecil begitu melihat nama yang tertera di layar ponselnya itu.

Begitu panggilan video yang masuk ia terima, wajah Wonyoung muncul lebih dulu di tambah dengan jeritan supersonik milik gadis itu.

"REEIIII!!" teriak Wonyoung.

Rei menjauhkan ponselnya sebentar, kemudian mendekatkannya lagi sambil menarik nafas pelan.

"Jangan teriak-teriak, Won," katanya sambil tersenyum kecil.

"Maaf-maaf! Abisnya ya! Gue ada berita hot nih!"

Bin di belakang Wonyoung hanya memutar bola matanya malas. Yang punya handphone siapa, yang make siapa.

"Nih ya, lo tau Jun-"

"Haha, biasa Jun. Rei paling cuma tiduran kalo jam segini,"

Pintu kamar Rei terbuka dan menampakkan ayahnya serta Junhyeok. Rei menggeser handphone yang dipegangnya dari depan wajah, gadis itu mengerutkan keningnya.

Ayah Rei sendiri tersenyum, Rei pun bangkit dari posisi berbaringnya lalu menatap mereka dengan bingung.

"Rei, ada Junhyeok nih. Katanya mau ngajak kamu pergi."

Rei melongo, teriakan-teriakan Wonyoung dari layar ponselnya sama sekali tidak ia hiraukan atau pun ia dengar. Kepalanya hanya berpusat pada satu kenyataan yang ia hadapi sekarang.

Ini Rei yang salah dengar atau-memang Junhyeok yang lagi good mood?







































Karena sudah sampai dijemput, tidak ada alasan bagi Rei untuk menolak.

Bukan tidak ada alasan, lebih tepatnya tidak enak untuk melakukan hal itu. Junhyeok sudah datang, pasti beban untuknya melakukan ini.

Secara, dari dulu kan Junhyeok sangat tidak suka bersamanya, berada dekat dengan Rei. Tapi bukan berarti, Rei bisa tenang dan menikmati semuanya seperti yang selama ini ia inginkan.

Pikirannya terus tertuju pada alasan sebenarnya mengapa Junhyeok melakukan ini. Sepanjang perjalanan, keningnya berkerut dalam, berpikir keras.

"Lo tegang amat perasaan,"

Celetukan Junhyeok itu sontak membuat Rei berjengit di tempat.

Dengan wajah bodoh, gadis itu menoleh padanya,"H-ha..??"

Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Rei kembali melihat Junhyeok tertawa renyah. Nampak terlihat lain dari dirinya yang lain.

Rei seperti melihat Junhyeok yang dulu, yang selalu menghabiskan waktu dengan Bae. Junhyeok yang lembut dan baik.

Matanya langsung berkaca-kaca.





































Kalo ada yang liat, aku mau tanya,

Kalian mau happy end atau sad end?

Because of you[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang