➳ f o u r t y s e v e n ✧

19 5 0
                                    

"Rei!" Yeonkyu yang tengah berjalan di koridor sekolah, awalnya, langsung berlari ke depan, menghampiri Rei yang hanya beberapa langkah tak jauh darinya."Pagi!" sapa Yeonkyu dengan senyuman manis.

Rei pun balas tersenyum. Kondisinya tidak terlihat baik pagi ini. Yeonkyu sadar akan hal itu. Tapi Yeonkyu mencoba untuk tidak khawatir.

"Udah sarapan belum?" tanya Yeonkyu, lalu meraih tangan Rei untuk digenggam.

"Udah. Kamu udah?"

Yeonkyu tersentak. Mendadak jadi kikuk karena tiba-tiba Rei jadi menggunakan bahasa 'aku-kamu'.

"A-aku juga udah sih," balas Yeonkyu, tanpa sadar tersipu.

Yeonkyu kemudian berhenti. Membuat Rei ikut berhenti. Gadis itu menatap Yeonkyu dengan wajah bingung.

"Kenapa Junkyu?"

Bentar-bentar... Yeonkyu salah dengar ya?

"Kamu panggil aku apa tadi?" tanya Yeonkyu. Pertanyaan itu membuat Rei jadi gugup."Bu-bukannya itu nama kamu ya, Ju-Junkyu...kan?"

Yeonkyu terdiam. Tangannya kemudian mengangkat pergelangan tangan Rei yang masih ia genggam. Tangan itu terasa lebih kecil dari terakhir kali ia menggenggamnya.

Oke, sekarang Yeonkyu jadi khawatir.

"Rei," Yeonkyu mengusap surai Rei yang juga terlihat menipis. Deg-degan, itu yang dia rasakan. Pancaran mata Rei nampak berbeda pula dari biasanya."Nama aku bukan Junkyu, tapi Yeonkyu." koreksi Yeonkyu dengan suara lembut.

Tapi, setelah itu, yang ia dapati adalah Rei yang langsung berkaca-kaca. Kedua tangan Rei terlepas dari Yeonkyu.

Gadis itu menutup mulutnya sendiri dengan pertahanan yang sebentar lagi akan roboh. Rei hampir mengeluarkan tangisnya.

"R-Rei..."

Yeonkyu nggak tega. Dia ingin kembali memegang tangan kurus itu, tetapi entah kenapa Yeonkyu cuma bisa diam di tempat sambil menatap Rei.

Rei yang kecewa dengan dirinya sendiri. Padahal itu bukan kesalahannya, bukan karena dia.

"Ma-maaf, Yeonkyu. Maaf," ucap Rei penuh sesal. Yeonkyu jadi tahu ada yang nggak beres.

Yeonkyu menyadari jika gadisnya sedang rapuh. Cowok itu maju satu langkah dan mengambil Rei untuk dipeluknya dengan erat.

Tak Yeonkyu sangka, perasaan takut seperti ini datang lagi. Sama halnya seperti ketika Yeonkyu dan ibunya harus berpisah.

"Nggak papa, Rei. Nggak papa, jangan dipikirin." bisik Yeonkyu di telinga Rei.

Tapi dalam pelukannya, Rei malah sesenggukan.

"Heh, apa neh? Pagi-pagi dah maen skinship aja!"

Dan teriakan Wonyoung mengacaukan segalanya.












































"Jadi, berdasarkan hasil rundingan para guru, wali kelas, dan kepala sekolah, kemah yang memang diagendakan khusus kelas 12 kemungkinan akan dilakukan pada awal November ini."

Teriakan riuh anak-anak 12-2 bersahutan. Mengisi kelas yang semula sunyi mendengarkan penjelasan wali kelas mereka tentang kegiatan tahunan yang digelar khusus untuk kelas 12 di sekolah mereka.

Awal November, artinya hanya tinggal satu pekan dari sekarang meski mereka belum tahu kapan tanggal pastinya.

"Pak! Ini nggak bakalan jadi wacana doang kan??" Yoon melayangkan pertanyaan.

Wali kelasnya lantas berkacak pinggang."Memangnya yang tahun-tahun kemaren itu cuma wacana, hah?"

Yoon yang sadar sudah membuat wali kelas mereka kesal, hanya tertawa dan menyengir.

"Tanggal berapa pak, berangkatnya?" tanya Sio.

"Belum dipastikan. Tapi, awal-awal November pokoknya."

"Pak, kemahnya berapa hari?"

"3 hari. Hari pertama bangun tenda, acara yang diatur sekolah, hari kedua tur sekolah, hari ketiga penutupan sekaligus pulang." papar wali kelas 12-2 itu.

Wonyoung mencolek bahu Rei, membuatnya berbalik. Si gadis yang hari ini mengepang satu rambutnya itu segera berbisik pada Rei,"Dikasih spoiler segala." katanya sambil cekikikan.

Rei mengangguk-angguk kecil dan ikut tertawa pelan.

"Nggak sabar ya?"

"Ih iya, jadi pengen cepet-cepet bulan November deh!"

Semua orang antusias, semuanya senang tak terkecuali Rei. Dia juga ingin pergi, tak peduli dengan kondisinya saat ini.

Ia ingin menghabiskan waktu yang menyenangkan dengan teman-temannya dan orang yang ia sayangi sebanyak mungkin. Rei ingin menghabiskan banyak waktu dengan Yeonkyu, dengan ayahnya dan Haruto, juga Wonyoung serta Bin.

"Rei, lo mau ikut kan?" pertanyaan Wonyoung itu langsung saja Rei angguki.

Meski dia tidak yakin. Tapi entah bagaimana caranya, Rei akan pergi. Dia akan menikmati waktu bersama teman-temannya meski ini bisa saja jadi yang terakhir.

Dan karena Rei takut ini adalah yang terakhir, maka dari itu dia harus bisa pergi.

Rei pun menoleh pada Yeonkyu yang tengah menulis. Wali kelas sekaligus salah satu guru pengampu mata pelajaran hari ini sudah memulai kegiatan belajar-mengajar.

Rei mau tanya, tapi dia masih teringat kejadian tadi pagi.

Dan Rei keduluan, Hanni yang duduk di depan Yeonkyu langsung bertanya pada cowok itu.

"Lo ikut Kyu?"

Yeonkyu mendongak, menatap wajah Hanni. Cowok itu hanya mengangguk dengan wajah yang terlihat ragu.

"Kalo Rei ikut, kayaknya gue ikut."

Keduanya langsung menoleh ke arah Rei yang akhirnya ketahuan memperhatikan mereka. Rei langsung buang muka dengan panik.

Hanni tersenyum misterius."Ekhem—cie Yeonkyu, cie Reeii," godanya pada mereka.

Yeonkyu berdeham pelan."Lo juga ngapain tanya-tanya? Mau ngongkosin?"

"Kagak, justru gue mau minta traktir, hihi. PJ, sapa tau lo mau jadian sama Rei." cewek itu nyengir lima jari.

Yeonkyu tersenyum sambil melirik Rei yang sedang fokus—ralat, tapi pura-pura fokus ke depan. Aslinya, dia sedang menguping pembicaraan dua orang tadi.

"Doain aja, kalo jadi, nanti lo yang pertama gue kasih PJ."

"Haha! Ok-ok!!"

Hanni langsung bersiul pada Rei, dan Rei lagi-lagi memalingkan wajahnya. Wali kelas mereka berbalik, lalu menatap Hanni."Hanni, jangan berisik! Kita lagi belajar."

"Hihi, maaf pak!"

Rei berdeham pelan. Jantungnya berdetak kencang, sementara ia merasa kesal. Entah kenapa, Rei merasa kesal pada Hanni.

Hanni, please jangan akrab-akrab sama Yeonkyu!!

***






















Apaan dah bawa-bawa Junkyu??😭😭😭rei-reii wkwkwk

Because of you[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang