➳ t w e n t y n i n e ✧

27 6 2
                                    

Serombongan orang-orang itu masuk setelah dipersilakan oleh suster yang berjaga. Mereka langsung menutup mulut masing-masing saat masuk ke dalam ruangan yang diisi oleh Rei.

Rei yang saat itu sedang makan, disuapi Haruto yang bolos untuk menemaninya, menoleh pada mereka dengan tatapan polos.

Lalu Wonyoung dan Bin menunjukkan diri mereka dengan senyuman lebar dan masing-masing membawa dua paper bag yang diangkat ke udara.

"REEIIII!!!" teriak mereka bersamaan, berhamburan menuju ke arah bangsal Rei.

Teman-temannya yang lain hanya bisa diam canggung dan kikuk. Mereka mengikuti dengan langkah ragu.

Ini dua bocah kenapa heboh amat sih?? batin Sio, setengahnya malu, setengahnya lagi kesel.

Boleh tidak sih melempar Wonyoung dan Bin dari atap gedung rumah sakit ini? Ya tidak bolehlah.

"Udah baikan Rei?" tanya Sullyoon, mendekat pada Rei. Rei tersenyum tipis sambil mengangguk kecil.

"Makasih udah mau ngejenguk, padahal gak usah repot-repot loh," gumam Rei, memandang mereka kemudian melirik buah tangan yang sedang di titipkan pada Haruto.

"Reiii, huhuu, kangen banget gueee," Wonyoung langsung memeluk Rei dari samping. Air matanya menetes sungguhan.

"Kenapa sih?? Aneh banget deh, hahahaha."

"Mereka khawatir sama lo." ucap Jihan tersenyum tipis.

Yang dia maksud adalah Wonyoung dan Bin. Rei pun membalas pelukan Wonyoung dengan sebelah tangannya,"Gue gak papa kok,"

"Eh, Rei, bakpaonya buat gue aja ya?" pinta Haruto, sumringah.

Dia mengeluarkan bungkusan kertas yang berisi beberapa buah bakpao isi cokelat. Tapi Jihan langsung menariknya.

"DIH! Kagak!! Ini cuma buat Rei woy!!" omelnya seraya melarang Haruto yang bersikeras mau melahapnya.

"BUAT REI, BUAT GUE JUGA OYY!!"

"GAK, GAK ADA! GAK ADA!!"

Jihan dan Haruto lanjut ribut, rebutan plastik berisi bakpao dan jadi tontonan teman sekelas Rei yang lain.

Sullyoon dan Sio kompakan menghela nafas. Sullyoon pun menoleh lagi pada Rei, tapi dia mendapati Rei yang mencuri-curi pandang ke arah rombongan teman-temannya.

"Nyari Junhyeok ya?" terka Sullyoon, dia tersenyum tipis."Ada diluar kok dia, gue panggilin bentar ya!"

"S-Sull—yoonn..." Sullyoon langsung pergi tanpa menunggu jawaban Rei. Gadis itu pun menghela nafas.

"Bukan Junhyeok ya?" tanya Sio, paham dengan gerak-gerik Rei.

"Buk—"

"Ayooo! Ayo masuk, Jun! Kan ini kamar tunangan lo!!!!" Sullyoon muncul kembali di pintu sambil menarik-narik lengan Junhyeok. Tapi Junhyeok sekuat tenaga menahan dirinya di bingkai pintu.

"Apaan sih lo sipit?!! Dibilang gue gak mau masuk!!!" balas Junhyeok kukuh.

Tapi, Sullyoon menulikan telinganya. Gadis itu bersikeras agar Junhyeok masuk dan menyapa Rei.

"Liat tuh tunangan lo—"

Haruto yang sudah mendapatkan sepotong bakpao setelah berunding dengan Jihan, menaikkan sebelah alisnya. Dia menatap Sullyoon,"Tunangan? Lo pada belum tau ya?" tanyanya tiba-tiba.

Acara tarik-menarik itu berhenti sebentar. Haruto kembali melanjutkan sambil mengunyah bakpao yang tersisa di tangannya.

"Junhyeok sama Rei udah batalin pertunangan mereka."

Because of you[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang