➳ t w e n t y s e v e n ✧

30 6 0
                                    

Rei memutuskan untuk mengejar—mencari Yeonkyu. Dia sangat bersemangat untuk ini.

Rei akan memulai kembali semuanya hari ini.

"REII, YEONKYU BILANG DIA MAU KE KELAS TADI!" teriak Jungwon dari belakangnya, seolah-olah tahu kemana Rei akan pergi.

Gadis itu tersenyum senang dan mengangguk. Buru-buru langkahnya dibawa menuruni tangga dan berlari menuju ke kelasnya.

Ia merasa seperti mengulang semuanya dari awal. Rei akan berbicara dengan Yeonkyu dan akan membuat mereka semakin dekat.

Rei tidak boleh kehilangannya seperti dia kehilangan Junhyeok.

Tanpa Rei sadari, ia sudah berada tak jauh dari kelasnya. Bibirnya menyunggingkan senyuman saat melihat Yeonkyu keluar dari kelas.

Baru saja akan memanggilnya, Rei terkejut dan sontak menghentikan langkah. Seorang gadis mengikuti Yeonkyu dari belakang dan terlihat sangat bahagia.

Dan saat itu, pertama kalinya Rei merasakan sesak yang teramat sangat. Bahkan sesuatu mendesak air matanya untuk keluar.

Yeonkyu tidak meliriknya sama sekali, mungkin memang tidak melihat. Pemuda itu pergi begitu saja bersama dengan gadis tadi.

Rei tidak mampu mengendalikan dirinya. Tiba-tiba, sesak itu menjadi-jadi dan membuatnya tidak bisa bernafas sama sekali.

Bruk!

Gadis itu tumbang dengan deru nafas yang memburu, matanya kembali memburam dan tertutup.

"To-tolong..." lirih Rei sebelum benar-benar kehilangan seluruh kesadarannya.

Rei sangat lelah.


























































Dan Rei, harus berakhir kembali di tempat dimana ada tiang infus, bangsal dengan sprei putih dan aroma obat-obatan yang khas.

Dia dirumah sakit, lagi-lagi.

"Rei, gimana keadaan kamu? Udah mendingan?" tanya dokter Changmin seraya mengganti botol infus yang sudah hampir habis.

Pria itu tersenyum manis pada Rei.

Rei pun mengangguk meski tidak seceria sebelumnya. Kali ini wajahnya benar-benar pucat.

"Saya sehat dok,"

Dokter Changmin terdiam, dia fokus dengan kegiatannya untuk sementara.

"Nah," gumamnya setelah selesai mengganti botol infus tadi. Dia pun melirik Rei,"Rei mau jalan-jalan gak?"

Rei menggeleng kecil, menolak.

"Beneran? Di rumah sakit ada taman baru loh. Bunga-bunganya cantik lagi." bujuk Changmin. Tapi Rei tetap menolak.

Changmin pun menghembuskan nafas pelan. Dia mengusak surai Rei dan kembali tersenyum."Yaudah kalo gitu, dokter tinggal ya? Obatnya jangan lupa di minum, yang sebelum atau sesudah makan."

"Iya dokter." balas Rei parau.

Sejujurnya Changmin merasa prihatin dengan keadaan gadis itu. Kondisinya memburuk sejak kemarin. Dan hari ini, Rei terlihat sangat tidak bersemangat sama sekali.

Namun Changmin tidak bisa melakukan apapun selain mengerjakan apa yang sudah menjadi tugasnya. Dia pun pergi dari ruangan tempat Rei berada.

Setelahnya, ruangan itu sepi. Rei hanya menghembuskan nafas kasarnya sesekali. Gadis itu memilih untuk kembali berbaring dan memejamkan matanya erat. Lantas dengan cepat, Rei tertidur pulas.

Dia tidak menyadari ada seseorang yang datang menjenguknya, siang itu. Dalam keadaan wajah yang peluh luka, namun pandangannya menghangat saat melihat gadis itu disana.

"Maafin gue, ya Rei. Gue emang jahat banget orangnya." ucap orang itu lalu duduk di kursi yang ada di samping bangsal.

Tangannya terjulur ke atas kepala Rei dan mengusapnya lembut."Cepet sembuh, cepet sekolah lagi, anak-anak di kelas udah kangen sama lo. Mereka gak mau lo sakit gara-gara mikirin orang kayak gue."

"Gue emang gak pantes buat lo—ukh—" ia meringis pelan. Sudut bibirnya berdarah.

"Maaf," katanya sebagai penutup sebab tidak bisa lagi berbicara dalam kondisi itu. Dia bangkit kemudian menyunggingkan senyum tipis seraya melambaikan tangan pada Rei yang sama sekali tidak menyadari keberadaannya.

"Get well soon—gue...sayang sama lo."























































Sementara itu di sekolah, Haruto menghembuskan nafasnya berat. Dia baru datang lagi ke sekolah. Hanya pergi sehari dan teman-temannya kembali hancur.

"Bangsat mana yang ngajarin lo buat mukul tu anak?!" geram Jungwon marah.

Dia marah? Jelas. Dia menceritakan semuanya pada Jeongwoo dan Baekseung bukan sengaja untuk memancing keributan. Dia juga tidak mengerti dengan Jeongwoo saat ini.

Sementara Baekseung pun merasa bersalah sebab menceritakan apa yang ia lihat tanpa ia tahu apa yang sebenarnya sudah terjadi.

Jeongwoo sendiri duduk dengan kepala tertunduk. Di kursinya.

"Gue khilaf..." lirihnya dengan perasaan campur aduk.

Mengingat kembali wajah Yeonkyu, bohong kalau dia tidak merasa bersalah. Tetapi mengingat apa yang terjadi pada Rei dan Junhyeok membuatnya merasa kesal.

"Gue gak ngerti lagi sama masalah lo pada," Haruto benar-benar pusing."Ini masalah—"

"Lo yang tukang ribut, diem aja!" sentak Jungwon tajam. Haruto jadi diam.

"Ini masalah mereka, Jeongwoo! Udah gak seharusnya lo ikut campur meski Yeonkyu itu temen lo atau Rei adalah cewek yang lu suka!"

"Gue gak suka Rei!!" bantah Jeongwoo.

Jeongwoo bangkit dari duduknya,"Gue ngelakuin itu murni karena kasian sama dia!! Gue juga kesel sama Yeonkyu! Lo bayangin aja Won, si Rei udah lari-larian nyari dia, dipikir gue gak liat?? Dia sampe pingsan gara-gara itu, dan tuh anak malah pelukan sama cewek lain!? Gila apa?!!" balasnya sengak.

Baekseung selaku pembawa berita kedua segera meralat,"G-gak pelukan juga weh, dipeluk lebih tepatnya. Tuh cewek yang nyosor-nyosor kayak bebek."

"YA SAMA AJA!"

"Beda lah anying!" Jungwon memijat pelipisnya pelan."Gak lo, gak Haruto, apa-apa pasti pake otot terus. Kalo kayak gini, gimana coba caranya narik balik Yeonkyu ke kita?!"

"Kalian jangan sampe lupa, ulah kalian beberapa tahun lalu! Ngeributin cewek kayak anjing dan bikin dia hampir mati. Lo pada mikirlah! Gak keren lagi kalo kejadian yang sama ke ulang!!" bentak Jungwon.

Sementara ketiga temannya yang mendengarkan menunduk dalam. Seketika, perasaan bersalah itu benar-benar menggerogoti mereka.

"Gue khawatir sekarang," ujar Baekseung pelan, setelah lama terdiam.

Dia menatap teman-temannya dengan wajah gelisah."Kira-kira, Yeonkyu bakalan kayak gitu lagi gak ya?"

Jungwon menghela nafas lalu kembali memijat keningnya.

"Gue harap sih, enggak. Karena ada yang harus dia pertahanin sekarang."

Because of you[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang