➳ f o u r t y f o u r ✧

28 3 0
                                    

Ketika jam pelajaran usai, memang niatnya Yeonkyu dan Rei untuk bermain tenis bersama. Bahkan Wonyoung dan Bin awalnya mau ikutan.

Tapi Junhyeok malah mendatangi mereka.

"Jangan. Lo bakalan ngerepotin banyak orang kalo sampe capek dan pingsan disini!" ujar cowok itu sambil merebut raket tenis dari tangan Rei.

Yeonkyu pun nampak kesal. Tangannya mengepal kuat dengan netra yang menatap Junhyeok tajam.

"Maksud lo ngelarang-larang Rei apa? Lo udah nggak ada hak."

Junhyeok yang hendak pergi ke ruang penyimpanan alat-alat peraga, sampai mengurungkan niatnya. Dia berbalik dan menatap Yeonkyu.

Pandangannya berubah jadi sinis.

"Emang sejak kapan lo sendiri punya hak?"

"Gue emang nggak ngelarang dia tuh." Yeonkyu maju selangkah, Junhyeok pun mundur, berhadapan dengan Yeonkyu."Lo cuma bikin Rei dalam masalah, Yeonkyu! Harusnya lo sadar!"

"Stop! No ribut-ribut!!!" sela Wonyoung, mencoba untuk melerai mereka.

Bukan nggak mungkin kalau kedua cowok ini bakalan ribut. Yeonkyu juga jadi agak agresif sejak baikan dengan Rei dan teman-temannya.

Wonyoung justru lebih khawatir pada Rei kalau melihat mereka berdua berkelahi. Sahabatnya itu bisa saja merasa tertekan karena ulah mereka.

Bin seolah paham dengan niat Wonyoung. Bin juga menghalangi Rei sewaktu si gadis mau menghampiri Yeonkyu dan Junhyeok.

"Jangan ribut woy, nggak guna!" cetus Bin sejurus kemudian."Lagian kalian kek nggak ada kerjaan aja."

"Emang enggak." Junhyeok menyipitkan matanya, menatap lurus ke arah Yeonkyu."Oh lo beneran ngajak ribut??"

"JANGAN RIBUT!!" pekik Wonyoung sekali lagi. Mengambil raket di tangan Yeonkyu secara tiba-tiba lantas memukul kepala kedua lelaki itu secara bergantian.

Yeonkyu dan Junhyeok sama-sama meringis, mengusap kepala mereka dengan kening berkerut.

"Apa?? Masih mau ribut??? Nih," Wonyoung mengembalikan raket dengan paksa supaya Yeonkyu balik memegangnya."Ganti ribut kalian sama yang lebih berfaedah, nih, tanding tenis sono!" tukas Wonyoung emosi.

"Yang menang nanti dicium Rei!!" imbuh Bin tiba-tiba. Rei yang mendengarnya sampai tersedak.

Wonyoung pun langsung berbalik sedangkan dua cowok di depannya malah terlihat tersipu.

"HEH! LO JANGAN ASAL NGOMONG BINATANG!!"

Bin lantas menutup mulutnya sendiri kemudian membalas lagi."Eh, hehe, pipinya, pipinya. Dicium pipinya."

"IIIH! NGGAK BOLEH! Rei belum 18 plus!!" tukas Wonyoung.

Rei yang bersembunyi dibalik tubuh Bin cuma bisa menahan malu. Masa iya? Terus kalo yang menang Junhyeok, gimana??

"I-itu..." Rei baru aja mau membalas, tapi Yeonkyu malah menyahut lebih dulu.

"Okay. Gue siap." katanya sembari memutar-mutar raket tenis di tangannya. Benda itu diarahkannya pada Junhyeok, bermaksud menantang."Gue pasti bisa ngalahin lo."

Junhyeok tersenyum sinis."Ngimpi dulu lo baru ngomong."

"Kalo gitu, gue juga siap. Gue bakalan tunjukin, siapa bos-nya."

Sementara Junhyeok dan Yeonkyu saling menatap sengit, Rei di belakang Bin justru menggigit kuku jarinya dengan perasaan gugup.

Duh, kok jadi gini sih?









































Bin menyiapkan peluit, menggantungnya di leher dan menyiapkan papan untuk menghitung poin yang digunakan pada pertandingan kecil antara Junhyeok dan Yeonkyu.

Setelah melihat dua orang itu sama-sama siap dan tribun penonton yang mulai penuh oleh fans Junhyeok serta Yeonkyu, Bin meniup peluitnya yang berarti permainan bisa dimulai.

Bola tenis ada di tangan Junhyeok. Saat suit tadi, dia yang menang.

Permainan berjalan dengan cepat. Lancar. Dua orang itu rupanya sama-sama pemain tenis yang handal. Belum ada yang berhasil mencetak poin pada beberapa menit pertama.

Dan ini membuat yang menonton malah makin gugup. Melihat betapa sengitnya persaingan mereka, jelas sekali jika tak ada satu pun yang mau dikalahkan.

Lagi-lagi, di tribun, Rei menggigit kuku jarinya, Wonyoung pun ikut-ikutan resah di tempat. Bola matanya terus berguliran mengikuti ke mana bola tenis itu terbang.

PRRIIITTT!!

Tahu-tahu, satu poin sudah di cetak Junhyeok. Bin kembali membuat pertandingan berlanjut dengan peluitnya.

Beberapa menit kemudian, berganti Yeonkyu yang berhasil menghasilkan poin. Dan alhasil, mereka seri.

Permainan sedang seru-serunya, Yeonkyu yang sebelumnya tidak pernah terlihat bermain tenis sepertinya menunjukkan kalau dia juga pemain yang lumayan handal.

Dan Junhyeok, ah—semua orang tahu bagaimana cintanya ia pada tenis setelah sepakbola. Kemampuannya nggak perlu dipertanyakan lagi.

"3 sama!!" Bin lagi-lagi meniup peluit. Nafasnya tersengal setelah membuang cukup banyak oksigen untuk meniup benda itu."Babak terakhir. Final dah, final." tukasnya sambil angkat tangan.

Mendengar itu, semua orang makin gugup. Rei tanpa sadar mencengkeram kuat bahu Wonyoung."Ukh—Rei, sakiit."

"E-eh, ma-maaf, Wonyoung, gue gak sadar." kata Rei yang langsung mengangkat tangannya dari bahu Wonyoung.

Rei kembali menatap ke depan setelah Wonyoung mengangguk kecil dan memaklumi perbuatannya tadi. Netranya berhasil menangkap pergerakan tangan Yeonkyu dan Junhyeok yang sama-sama menggenggam erat raket di tangan masing-masing.

Rei pun menatap Yeonkyu. Pandangannya berubah jadi harap-harap cemas. Yeonkyu kelihatan benar-benar serius mau menang.

Tapi Junhyeok, buat apa dia serius seperti itu? Apa karena ini mengenai nama baiknya? Menyangkut reputasinya?

"Salah nggak kalo gue berharap Yeonkyu yang menang," ujar Rei tiba-tiba. Setengah berbisik pada Wonyoung, takut kedengeran oleh orang lain.

Wonyoung sendiri segera membalas dengan gelengan kepala."Nggak dong. Lagian Junhyeok nggak bisa di harapin lagi. Gue denger dia juga sekarang lagi deket sama Sullyoon."

Rei menghembuskan nafas panjang, ia mengusap dadanya pelan.

"Aneh, tapi gue ngerasa lega dengernya." gadis itu tercengir ke arah Wonyoung yang juga membalas dengan cengiran yang sama.

"Udah move on nih," goda Wonyoung sambil menyenggol bahu Rei beberapa kali,"Bagi tips dong," tambahnya lagi.

"Hah? Apa sih," Rei jadi salah tingkah gara-garanya.

Pemandangan Rei yang membuang muka sambil menahan senyuman itu tertangkap oleh Junhyeok. Cowok itu tanpa sadar memperhatikan si gadis selama beberapa saat.

Baru ngeh begitu peluit kembali ditiup oleh Bin yang sekarang ngos-ngosan.

"Emp—phat! Higah! Hah!" Bin langsung menjatuhkan kepalanya pada sandaran kursi dan berpura-pura pingsan.

Sorakan terdengar ramai. Para penggemar Junhyeok memang kecewa, tapi mereka tidak urung menyoraki Yeonkyu yang jadi pemenang permainan tenis ini.

Junhyeok baru sadar. Dia kecolongan satu poin. Kini, dia harus melihat Rei yang berlari penuh semangat ke arah Yeonkyu dan memeluk cowok itu.

Junhyeok berdecak sinis, setelah membanting raketnya ke lantai yang tidak memberikan efek apa-apa, ia pergi dari sana.

"Yeonkyu, lo menang!!! Lo keren!!" puji Rei dalam dekapan Yeonkyu.

Yeonkyu terkekeh pelan, ekor matanya menangkap siluet Junhyeok yang pergi dari sana. Yeonkyu nggak peduli.

Yeonkyu malah memeluk Rei lebih erat dari sebelumnya, kemudian berbisik tepat di telinga kanan gadis itu.

"Jadi, hadiah gue mana?"

Because of you[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang