➳ t w e n t y e i g h t ✧

31 8 3
                                    

Sebenarnya, begini kronologi kejadian kemarin.

Saat dimana Rei jatuh pingsan dan ditolong setelah Sullyoon mendapatinya ketika keluar kelas, saat itu Yeonkyu berada di dekat UKS bersama dengan gadis yang terus mengekorinya.

Yeonkyu tidak tahu kenapa dia lagi-lagi berjalan kesini, sedikit dia merasa miris. Tempat ini adalah tempat yang paling sering dia kunjungi bersama Rei.

"Jadi, kamu mau ngomong apa?" tanya Yeonkyu pada gadis itu.

Baru saja berbalik, eh si gadis tadi langsung berhambur memeluknya erat.

"Aku sayang sama kakak, udah dari lama. Aku juga pengen banget kakak jadi pacar aku. Kak, jadian yuk? Kakak juga gak keliatan deket sama siapapun." ujar cewek itu dalam satu tarikan nafas.

Yeonkyu tertawa miris. Dia bahkan tidak terlihat dekat dengan Rei yang selalu ia awasi dan ikuti kemana pun perginya.

Padahal, gadis itulah yang tidak menghiraukan kenyataan bahwa Yeonkyu dan Rei memang dekat. Bahkan kedekatan mereka terlihat di mata para adik kelas dengan jelas.

Lalu Yeonkyu langsung melepaskan pelukan gadis itu.

"Emm, gimana ya ngomongnya biar kamu gak ngerasa sakit hati?" ia menggaruk pelipisnya tanpa rasa gatal.

Si gadis yang sudah mencium bau-bau akan ditolak sontak menatapnya dengan pandangan berkaca,"Kak...tapi aku sayang kakak,"

"Kakak juga sayang sama seseorang. Sayang banget. Tapi ketika kakak gak bisa memiliki dia, kakak gak memaksa dan belajar untuk merelakan." balas Yeonkyu lembut.

Perasaan si gadis menghangat namun dia tetap saja berusaha keras.

"K-kan, kakak gak bisa milikin cewek itu, kakak bisa mulai sama aku, kak. Aku janji, aku bakalan jadi perempuan yang sesuai dengan kriteria kakak."

Gadis itu meraih kedua tangan Yeonkyu dan menggenggamnya erat."Aku yakin, kita bakalan bahagia, kak."

"Maaf ya?" hanya itu yang Yeonkyu ucapkan sebagai balasan sebelum pergi dan membuat si gadis menangis di tempat.

Yeonkyu menghela nafas berat dan berbalik. Tak meninggalkannya disana begitu saja, dia pun menyuruh agar gadis itu masuk ke UKS dan menitipkannya pada petugas yang ada.

Setelahnya, Yeonkyu benar-benar pergi. Dia sudah tidak memiliki minat untuk kembali ke kelas dan memilih untuk bolos. Yeonkyu pun pergi ke arah parkiran tanpa mengambil tasnya terlebih dulu, dan pulang begitu saja setelah izin merasa tidak enak badan pada satpam yang berjaga di gerbang.

Sampai rumah, yang dilakukannya hanya tidur dan tidur. Hingga akhirnya, esok hari pun tiba.

Yeonkyu masuk ke sekolahnya. Terasa ada yang aneh, tapi dia tidak peduli. Yeonkyu masuk ke kelasnya tapi tidak mendapati Rei.

Pemuda itu mencoba untuk tidak memperdulikannya. Sebab pikirnya, itu sudah tidak penting mengingat mungkin saja pembicaraan Rei dan Junhyeok kemarin membuahkan hasil, karena Junhyeok juga ikut tidak sekolah.

Tetapi sebenarnya, saat itu Rei berada di rumah sakit. Dan keluarga Junhyeok membesuknya, sekalian mereka menyelesaikan urusan pertunangan secara baik-baik.

Lagipula, Junhyeok harus menjalani hukuman skorsingnya yang sudah dimulai, namun dikurangi berkat kebijakan sekolah mengingat Junhyeok sendiri sudah kelas 12.

Yeonkyu tidak mengetahui hal itu, tentu saja. Dan pada saat Jeongwoo datang dengan penuh emosi ke kelasnya, Yeonkyu pun masih tidak tahu apa-apa.

Tetapi, Jeongwoo memberitahukan dia tentang segalanya dengan diiringi sebuah bogem mentah.

Yeonkyu sebenarnya ingin membela diri. Dia juga tidak kalah dalam hal berkelahi dari keempat temannya.

Tapi, ada sebuah perasaan kuat yang menahannya.

Rasa bersalah

Yeonkyu benar-benar merasa bersalah sehingga dia tidak peduli lagi dengan rasa sakit yang didapatnya dari luka dan cacian yang dilontarkan oleh Jeongwoo.

Yang terpikir oleh Yeonkyu saat itu, adalah pergi dari sekolah, menghindari orang-orang dan mengjenguk Rei.

Melihat gadis itu meski ini mungkin akan menjadi yang terakhir kalinya.


















































Tiga hari berlalu, Wonyoung dan Bin ribut. Yeonkyu dan Rei sama-sama tidak masuk sekolah. Rei masih sakit. Tetapi, Yeonkyu? Tidak ada kejelasan mengapa pemuda itu tidak masuk.

Sementara Junhyeok masih terlihat seperti biasa. Namun kali ini, nyatanya beban di pundaknya berkurang.

Tapi, masih ada yang mengganjal di hatinya.

"Masa Yeonkyu juga sakit?!?" kata Wonyoung bingung.

"Iya kali," balas Bin."Kan kemarin dia sampe babak belur tuh sama si Jeongwoo."

BRAK!

Wonyoung menggebrak mejanya sendiri membuat orang-orang di sekitarnya terkejut. Tak terkecuali Bin.

Pemuda itu meliriknya sinis,"Ngape sih lo??"

"Ini semua gara-gara Jeongwoo sama temen-temennya nih!!!" pekik gadis itu emosi.

Bin pun berpikir, dia mengangguk karena merasa satu pemikiran dengan Wonyoung.

"Iya ya, Jeongwoo gak tau apa-apa, tau-tau ngamuk aja bilangnya Yeonkyu mainin perasaan Rei. Padahal, maksud Yeonkyu gak gitu."

"Orang-orang pada salah paham sih gara-gara," Wonyoung tidak melanjutkan kata-katanya kemudian menoleh pada Junhyeok yang sibuk dengan ponselnya.

"...gara-gara si Junhyeok sih ini," ucapnya dengan suara bervolume kecil sambil melirik jengkel ke arah Junhyeok. Bin mengerucutkan bibirnya dan mengangguk setuju.

"Gak ada yang tau nih, Yeonkyu kenapa?" tanya Jihan setelah selesai mengabsen seisi kelas.

Semua teman-temannya menggelengkan kepala.

"Kalo lo tanya Haruto atau Jungwon, barang kali mereka tau tuh." celetuk Sio.

"Terus, kita pada jadi gak jenguk Rei siang nanti?" tanya Sullyoon, duduk di dekat Yoon yang sedang menghitung uang kas."Iya nih, nanti kita beli buah tangannya pake uang kas aja." imbuhnya.

"Jadi aja, yuk. Gasken." balas yang lain yang kemudian di angguki oleh semua orang di kelas itu.

Bin dan Wonyoung tersenyum kecil. Meski interaksi Rei dan anak-anak lain bisa dibilang sedikit, tapi nyatanya mereka semua peduli terhadap gadis itu.

Because of you[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang