➳ t h i r t y t h r e e ✧

28 6 0
                                    

Rei hari itu baru bisa pulang ke rumah. Sudah dua minggu lebih dia habiskan waktu hanya di rumah sakit. Kini, dia merasa sedikit lega.

Dokter Changmin bilang, kondisi Rei sudah mulai membaik. Kemoterapinya berjalan lancar, dan karena Rei beristirahat secara penuh tanpa ada satu pun kegiatan yang menguras tenaganya, dia mulai terlihat normal.

Tetapi tentu saja, penyakit itu masih bersemayam di dalam tubuhnya.

Namun karena terus mengeluh, akhirnya Rei diizinkan untuk pulang. Kali ini, dia benar-benar tidak boleh banyak beban pikiran, apalagi beban pekerjaan.

Gadis itu kini tengah melipat pakaian rumah sakit yang sebelumnya dia pakai. Saat hampir selesai, tiba-tiba saja ada yang membuka pintu ruangannya.

Suster muncul, tetapi di belakang suster itu, ada dua orang pemuda yang ikut datang.

"Mbak Rei, ini temennya masih ada yang mau jenguk,"

Rei terdiam. Dia menatap dua wajah itu secara bergantian.

"Rei, bisa kita bicara bentar?" ujar salah satunya.

Rei kemudian memandang ke sekitar. Dia ingat, ayahnya akan datang menjemput satu jam lagi, karena itulah Rei senggang selama satu jam kedepan.

"Oke. Sus, saya boleh ke kantin rumah sakit kan?"

"Iya, boleh mbak. Tapi harus ingat pantangannya loh ya!" balas suster itu, sekaligus mewanti-wanti dengan tegas. Rei mengangguk seraya tersenyum kecil.

Dia menggaet tas kecilnya yang ada di atas nakas kemudian menghampiri dua pemuda yang kini sudah menunggu diluar ruangan. Rei mengangguk pada mereka.

"Ayo, ngobrolnya di kantin aja." ajaknya.

Dan dalam waktu singkat, disinilah mereka berada, kantin rumah sakit yang tidak ramai.

Sepi—hanya ada dua orang yang sedang makan disana. Sementara Rei dan dua orang lainnya tidak berniat untuk makan.

Rei duduk di depan kedua pemuda tadi dan menanyakan apa maksud mereka. Tetapi keduanya kompak diam tanpa suara seolah-olah bisu sementara.

"Kalian kalo emang gak ada yang mau diomongin, yaudah, jangan buang-buang waktu!" tegur Rei kesal.

Jujur aja, dia masih kemusuhan sama teman-temannya Haruto. Termasuk dua orang ini. Jungwon dan Baekseung.

Kini mereka makin tak enak hati. Bahkan Jungwon tidak tahu jika Rei juga kesal padanya pasal Wonyoung yang sakit hati karena Jungwon jadian dengan Jihan.

Padahal, Wonyoung dan Jihan juga sudah dekat, Jungwon pun tahu bagaimana perasaan Wonyoung padanya.

Sungguh bikin emosi saja, kata Rei.

Namun, niat keduanya datang kemari tanpa sepengetahuan Haruto, Jeongwoo apalagi Yeonkyu, sudah bulat.

Tidak ada diantara keduanya yang ingin masa lalu terulang kembali. Mereka tidak ingin kehilangan Yeonkyu lagi.

"Rei, tolong bantu kita." mohon Baekseung tiba-tiba.

Setelahnya, dia menyenggol bahu Jungwon. Menyuruh pemuda itu agar melanjutkan.

Maka Jungwon memberi anggukan,"Gue yakin, cuma lo yang bisa bantu kita. Gue mohon, Rei." melas Jungwon.

Rei mengerutkan keningnya.

"Bentar-bentar—kalian ngomongin apa sih? Bantu apa??" tanya Rei bingung.

Dia gak tahu apa-apa disini, dan kenapa tiba-tiba Jungwon dan Baekseung meminta bantuannya seolah-olah ini adalah keadaan yang teramat sangat genting?

Dan, apa pula yang bisa dia lakukan?? Oh, bahkan ayahnya pasti tidak akan membiarkan Rei terlibat dalam sesuatu yang rumit.

"Bantu kita..." Jungwon menelan ludahnya sendiri dengan sulit.

"Bantu kita balikin Yeonkyu,"

















































"Tumben lo mau ngerokok?" pemuda tinggi di samping Yeonkyu, menatapnya heran.

Tapi pemuda disisinya yang lain yang menyahuti."Banyak masalah nih anak, masalah cewek juga kek dulu."

Yeonkyu tidak menyanggah atau mengiyakan. Dia hanya diam sambil menghisap rokoknya dalam-dalam, kemudian melepaskan asapnya begitu saja ke udara.

Dia berharap barang sedikit saja, beban yang dia pikul saat ini terangkat. Terbang ke udara bersama dengan asap rokok yang mengepul itu.

Tetapi harapannya sia-sia. Nyatanya, tidak ada yang berubah dari sejak dia pergi dari rumahnya tanpa seizin ayahnya, hingga sekarang, dimana dia sudah hampir menghabiskan 4 batang rokok dalam beberapa jam.

Ini bukan kebiasaannya. Bahkan sejak pindah sekolah, dan bertemu kembali dengan teman-teman lamanya, Yeonkyu sudah memutuskan untuk tidak merokok kembali.

Namun kini keadaannya lebih parah dari yang Yeonkyu kira. Dia tidak bisa menghadapinya.

Lelaki itu bersandar pada kursinya dengan kepala yang menengadah, menatap angkasa.

Satu nama lagi-lagi terlintas di benaknya. Membuatnya berpikir, apa benar dengan apa yang sudah dirinya lakukan saat ini?

Apakah pelarian ini sudah benar? Apakah tindakan-tindakannya selama ini sudah tepat untuk mengatasi masalah yang tidak pernah bisa dia atasi?

Orang-orang bilang, hadapilah masalah agar ke depannya, bisa lebih memahami bagaimana cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah.

Tapi... apa iya?

Yeonkyu tidak percaya pada kalimat itu. Nyatanya, sebanyak apapun masalah yang dia hadapi, Yeonkyu tidak pernah benar-benar mengerti bagaimana caranya menyelesaikan masalah itu.

Seolah, semua masalah itu sama sekali tidak memberikan pembelajaran yang penting untuknya.

"Kalo sayang, ya bilang. Jangan sampe lo nyesel lagi kayak dulu," pria yang pertama berucap sebelumnya, kembali berucap.

Dia pun sama seperti Yeonkyu, membakar sebatang rokok dan mulai menghisapnya dengan nikmat. Pemuda yang hanya lebih tua satu tahun darinya itu nampak menikmatinya.

"Masalah cewek jangan di anggap ringan, jangan pula di anggap berat. Seandainya lo ngerasa udah paham sama segala hal tentang mereka, lo bisa langsung bilang. Diterima enggaknya urusan nanti." tukasnya nampak serius.

Tapi pemuda lainnya pun mengangguk-angguk.

"Lo gak bisa dapetin Yujeong juga—bukan berarti lo gak bisa dapetin cewek yang lo suka sekarang." timpalnya lagi.

"Gue setuju sih sama bang Hyunjun," celetuk pemuda tinggi lainnya, dia langsung menatap Yeonkyu yang sama sekali tidak menatap mereka atau salah satu dari keduanya.

Yeonkyu masih tetap pada posisinya sejak awal. Sementara pemuda itu menundukkan kepalanya."Gue pikir, selama ini usaha lo udah bagus. Lo bilang, lo selalu merhatiin dia kan? Lo juga banyak bantuin dia."

"Gue gak yakin, kalo cewek itu sampe gak ada feeling apapun sama lo."

"Masalahnya dia udah punya orang yang dia suka." balas Yeonkyu.

Yeonkyu tertawa lirih. Dia membayangkan kembali pertemuan pertamanya dengan Rei di koridor sekolah.

Gadis itu terlalu asik mengejar-ngejar Junhyeok sampai tak menyadari keberadaannya.

"Sampai sekarang dia mungkin gak akan pernah sadar sama keberadaan gue, karena dulu pun selalu begitu."

Because of you[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang