Ayah Rei memegang pundak gadis itu dengan perasaan tak karuan. Keduanya harap-harap cemas menunggu hasil pemeriksaan kali ini.
Sementara dokter Changmin di depan mereka Tidak banyak menunjukkan raut wajah yang terlihat baik. Seringkali alisnya berkerut dalam, seolah-olah apa yang ada di hadapannya tidak berhasil memenuhi ekspektasinya.
Dan pada akhirnya, raut wajah masam serta kecut menjadi jawaban yang jelas bagi sepasang ayah dan anak itu.
Genggaman tangan ayahnya mengerat pada pundak Rei. Membuat Rei semakin takut.
"Ta-tapi, dokter Kyu, kalau semisal saya pergi buat kemah gitu, bisa nggak??" ujar Rei dengan cepat.
Rei menggigit bibir bawahnya dengan gugup."Maksud saya, boleh nggak?"
Dokter Changmin terlihat berpikir. Alisnya lagi-lagi berkerut dalam.
"Kita lihat hasil observasi kamu seminggu ini ya? Kalau hasilnya bagus, kamu bisa pergi. Ngomong-ngomong, kemahnya emang kapan?" tanya dokter Changmin sambil menuliskan sesuatu di atas kertas-kertas di mejanya.
Rei berpikir sejenak.
"Emh, awal November, kira-kira. Tapi tanggal pastinya belum ditentuin."
Ayah Rei sendiri terkejut. Anaknya belum bilang apa-apa soal kemah. Dia khawatir, tapi juga nggak mau melarang Rei.
Dokter Changmin pun mendongak, membereskan kertasnya dan menaruhnya kembali ke map berwarna biru. Pria itu tersenyum kecil.
"Kalo gitu, Rei harus bener-bener jaga kesehatannya buat seminggu ini. Jangan lupa check up, dan rajin minum obat." nasihatnya seraya mengusak surai Rei dengan lembut.
"Dokter yakin kalo gitu, Rei pasti bisa pergi kemah sama temen-temen nanti."
Dokter Changmin melirik ayah Rei yang juga tengah menatapnya. Ia mengangguk samar."Yaudah, Rei boleh pulang sekarang." lagi-lagi, dokter Changmin menyisipkan senyuman manisnya.
Rei pun mengangguk, mengajak ayahnya untuk keluar dari ruangan itu. Mereka berjalan melewati lorong rumah sakit tanpa percakapan.
Rei kembali merasa gugup. Dia benar-benar keceplosan saking khawatirnya takut tidak bisa ikut kemah nanti.
"Ayah," Rei akhirnya mau membuka mulut. Tapi ayah Rei hanya mengangguk kecil."Ayah izinin kalau hasil observasi kamu bagus."
Saat itu juga, Rei langsung memeluk sang ayah dengan erat."Makasih Ayah!!" ucapnya penuh haru. Ayahnya sangat baik.
"Iya, Rei. Ayah juga mau lihat kamu senang. Maaf ya, ayah nggak bisa ngasih banyak, terutama buat kesembuhan kamu." Ayah Rei mengusap air matanya diam-diam, nggak mau ketahuan Rei kalau menangis.
Ayah akan lakuin semuanya buat kamu Rei. Apapun yang kamu mau. Karena papah sayang kamu.
"Lo ngapain sih nyeret-nyeret gue kesini??" Bin menghembuskan nafas dalam. Dia nggak mengerti dengan jalan pikiran Wonyoung sekarang.
"Kita harus semakin mendekatkan diri biar lo beneran suka sama gue, Bin!" sahut Wonyoung bersemangat.
(Entahlah gaes, kapal gue emang aneh-aneh. Jadi jangan heran)
"Won—astaga," Bin menepuk keningnya keras.
Bin menatap si gadis yang saat ini tengah memilah-milah pakaian di salah satu toko baju di dalam mall yang mereka kunjungi.
"Nih, cocok gak buat ngedate nanti malem??"
"Won, stop—lo jangan kayak gini," gusar Won Bin, nggak menjawab pertanyaan Wonyoung sama sekali. Cowok itu langsung memasang wajah serius sambil memegang pundak Wonyoung kuat.
"Jangan sama gue, Won. Seharusnya lo liat Jeongwoo sama Hwi," Won Bin menyentak Wonyoung untuk melihat dua manusia yang diam-diam mengikuti mereka.
Dengan penyamaran aneh seperti topi dan kacamata hitam serta mantel hangat di udara yang panas. Dua cowok itu kompak memalingkan wajah masing-masing dan menegang di tempat.
Bin kembali menyentak Wonyoung untuk balas menatapnya."Mereka selalu ngejar-ngejar lo, mereka masih nyari kesempatan buat ngisi hati lo. Dan lo harusnya coba kasih kesempatan itu buat mereka, bukan gue." ujarnya dengan wajah risau.
Wonyoung pun diam. Otaknya masih loading, mencerna apa yang barusan Won Bin katakan. Tapi sejurus kemudian Wonyoung menggelengkan kepalanya ribut.
"Gue nggak mau sama mereka, gue cuma percaya sama lo!" balas Wonyoung.
"Tapi lo tau gue nggak bisa," Bin menatap Wonyoung sendu.
Membuat Wonyoung jadi gelagapan."Ki-kita bisa usaha, Bin!"
"Lebih baik usaha lo gak lo sia-siain buat gue, Won. Lo bisa nyoba sama Jeongwoo atau Hwi, mereka selama ini selalu merhatiin lo. Kalo mereka nyakitin lo, baru lo bisa datang ke gue." tukas Bin, walau dia sendiri nggak yakin dengan ucapannya.
Sekarang, yang bisa dia pikirkan cuma bagaimana cara menghentikan Wonyoung. Karena lagipula, Won Bin nggak pernah terbayang kalau Wonyoung bisa serius dan tipenya malah ke banting, dari Haruto, Jungwon, dan sekarang jadi Bin.
Bin nggak bohong kalau dia sendiri merasa insecure sama cowok-cowok yang pernah ditaksir Wonyoung.
Bin juga nggak yakin kalau Wonyoung bener-bener suka sama dia. Won Bin tahu seperti apa Wonyoung itu, nggak sebentar soalnya Won Bin kenal Jang Wonyoung ini.
"Kalo gue nyaman sama salah satu dari mereka, gimana?" tanyanya Wonyoung dengan suara bergetar. Sepertinya mau menangis.
Gawat.
"Y-ya, bagus dong! Itu berarti lo nggak perlu buang-buang waktu lagi sama gue!"
Dan tanpa Bin duga, jawaban itu justru menghancurkan perasaan Wonyoung yang teramat sangat sensitif.
"WON BIN LO JAHAT BANGEEETT!! HUWAAAA!!"
Wonyoung menangis keras, mendorong bahu Bin dengan kuat dan pergi meninggalkannya. Membuat tiga lelaki tadi syok. Bin bahkan sampai nggak bisa berkedip.
Hwi serta Jeongwoo melepas kacamata mereka, mendengus kesal sambil berjalan menghampiri Bin.
Jeongwoo mengambil koran di saku mantelnya, menggulungnya kemudian memukul kepala Bin menggunakan benda itu.
"Aduh!!" si korban mengaduh keras. Meringis dengan tangan yang mengusap-usap kepalanya pelan.
"Ngapain lo berdua liatin gue?!" sinis Bin seketika.
Hwi mendengus. Masih nggak puas, dia membalas seraya melipat kedua tangan di depan dada.
"Lo jahat banget sama Wonyoung. Lo nggak seharusnya bilang gitu." cowok itu berdecih.
Bin pun berdecak."Lo berdua nggak paham. Gue juga punya masalah gue sendiri." setelah mengatakan itu, Won Bin langsung pergi dari sana.
Tanpa sepengetahuan Jeongwoo dan Hwi yang malah asik misuh-misuh, Bin sebenarnya mau mengejar Wonyoung.
****
Maaf ya agak nggak sinkron antara bab-bab pertama sama bab sekarang-sekarang wkwk, harusnya Rei manggil orang tanya ayah bunda, bukan mamah papahJadiii...kalau ada yang sadar, maklum aja, aku nulisnya nggak sekaligus sih, hehee
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of you[✓]
Fanfic❝Kayak yang orang bilang, apa peduli gue tentang rasa sakit saat gue punya elo?❞ starring with-Rei • Yeonkyu • Junhyeok 04gengz Update every saturday! August, 6th - 2022 March, 25th - 2023