➳ f o u r t y t w o ✧

25 4 0
                                    

Bin memutar ujung sepatunya di lantai, kadang dengan sengaja cowok menendang pelan tembok di belakangnya.

Tatkala Wonyoung muncul kembali di depannya, Bin pun memusatkan perhatian pada cewek itu.

"Udah beres?"

Wonyoung mengangguk dengan lesu, kepalanya terus tertunduk dalam. Mungkin kalau mendongak, lengkungan bibirnya yang mengarah ke bawah bisa jadi bahan tertawaan Bin.

Tapi Bin cuma menghembuskan nafas dalam. Setelahnya cowok itu menjulurkan lengan panjangnya dan mengusak rambut Wonyoung, sekalian kepalanya ia goyangkan kesana-kemari.

"Yaudah, jangan murung gitu."

Sambil membersit ingus, Wonyoung pun membalas."Terus abis ini, gimana gue ngadepin Jihan, Jungwon sama Jeongwoo?"

"Yaaa—hadapin aja kayak biasa? Nggak usah terlalu dipusingin. Ntar stress." sahut Bin. Nggak membantu sama sekali. Yang ada Wonyoung emosi.

Cewek itu dengan kesal menyingkirkan tangan Bin dari kepalanya.

"Gimana sih?" Wonyoung yang mau bicara langsung di sela dengan cepat oleh Bin."Katanya udah ngobrol sama Jungwon. Katanya udah beres. Kalo emang udah beres, lo nggak perlu nanya lagi dong gimana caranya ngadepin dia."

Wonyoung bungkam. Perkataan Bin ada benarnya. "Dan buat Jihan, emang ada masalah apa? Dia juga nggak tau gimana perasaan lo ke Jungwon. Lagian tuh cewek masih mau temenan sama lo kan?" Wonyoung tanpa sadar mengangguk.

"Terus Jeongwoo?" Wonyoung mengangguk lagi. Bin mendengus melihat responnya."Kalo emang lo bisa move on ke dia, ya lanjutin aja. Gue yakin, dia nggak bakal mainin perasaan lo. Atau kalo lo nggak mau ya tinggal nolak."

"Won," Bin meletakkan kedua tangannya di bahu Wonyoung. "Kan lo sendiri yang bilang. Masalah itu tinggal di hadapin. Kalo emang nggak bisa nyari jalan keluarnya sendiri, lo bisa minta bantuan sama gue." tukasnya serius.

"Gini-gini, gue juga masih bisa diandelin kok!" imbuh Bin dengan tegas.

Wonyoung tanpa sadar menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Sebelum benar-benar tersenyum, cewek itu menepuk bahu Bin dan berujar, "Bin! Kyungmin pake tas Hello Kitty masa!!"

"Hah?! MANAA?!?!"

Wonyoung menutup mulutnya dengan kedua tangan. Menutupi senyuman manisnya sekaligus tawa kecil karena melihat Bin yang polosnya, mau aja dia tipu.

Tapi ucapan Bin tadi terngiang terus di kepalanya. Wonyoung jadi tahu bagaimana perasaannya selama ini.

Seenggaknya, Wonyoung pernah merasakan pahit-manisnya jatuh cinta. Sekarang, dia jadi tahu ke siapa dia harus move on.

"Ah, boong lu ma gue. Ga like ah," Bin cemberut begitu sadar ditipu. Pas balik menatap Wonyoung, temannya itu lagi cekikikan sendiri bikin Bin tanpa sadar bergidik ngeri.

"Won, lo—"

"Bin, pacaran yuk!!"

Bin membelalakkan matanya."ENGGAK! NGGAK MAU, GUE NGGAK MAU PACARAN SAM—" Bin buru-buru menutup mulutnya buat meralat kalimat yang akan dia keluarkan. Setelah bisa berpikiran jernih, cowok itu kembali melanjutkan.

"G-GUE NGGAK MAU PACARAN DULU!!!"

"Ih Biiinn, ayo dong pacaran! Kenapa sih?! Kan lo dah kenal gue, gue juga udah kenal lo. Kita nggak perlu pdkt-an lagiii!" rengek Wonyoung.

"Nyong! Gue gak mau, gue masih doyan cewek girly, bukan cewek titisan Mak Lampir kayak lo!!"

"SIALAN! BANG*** EMANG LOOO!!"

Bin ancang-ancang kabur. Tapi baru juga mau mengambil langkah seribu, dia dikejutkan oleh kemunculan Rei di sekolah.

Dan di samping Rei ada Yeonkyu. Keduanya bergandengan.

"REEEIIII!!!" tapi suara membahana Wonyoung lebih dulu mengisi gendang telinganya. Dan Bin sadar, yang dia lihat bukan halusinasi semata.















































"Yong, maafin gue ya,"

"Maafin gue juga. Maaf nggak bisa jagain Rei dulu. "

Yeonkyu dan Haruto berjabatan tangan. Setelahnya mereka saling melempar senyuman kecil. Senang rasanya bisa berdamai lagi dengan satu sama lain.

"Ekhem, gue pikir nggak cuma Ruto yang harus minta maaf." Rei menyindir, membuat Baekseung langsung ngedorong bahu Jeongwoo yang diam di depannya. Membeku seperti batu.

"Maju lo maju!" bisik Baekseung gregetan.

Jeongwoo pun maju dengan perasaan canggung. Dia berdiri di depan Yeonkyu yang kini setia memasang senyuman serta uluran tangan yang menunggu buat disambut.

Begitu Jeongwoo mendongak, bukan tangan Yeonkyu yang dia ambil. Tapi cowok itu malah dipeluknya untuk beberapa saat."Maaf Yong, maaf udah salah paham sama lo." katanya tepat setelah pelukan ala cowok itu terlepas.

Bin sama Baekseung merinding liatnya. Sesi gibah pun dibuka, Bin langsung memiringkan kepalanya ke arah Baekseung, "Gue yakin, tipe bahasa cintanya Jeongwoo itu physical touch deh." bisik cowok itu.

"Hooh, setuju gue. Tapi tuh anak dulu bilangnya tipe bahasa cintanya tuh quality time. Jadi mana yang bener nih?"

"Coba nanti lo tanya lagi dah. Tiba-tiba kepo nih gue,"

Baekseung langsung mengangguk-angguk dengan raut wajah serius.

"Jadi, udah baikan kan sekarang?" semua atensi tertuju pada Rei. Senyumannya membuat mereka yang melihat ikut tersenyum juga.

Haruto pun mengusap rambutnya perlahan."Iya, ini semua berkat bantuan lo. Makasih ya?"

Rei mengangguk lucu. Setelahnya, dia menarik tangan Yeonkyu karena bel sekolah sudah berbunyi.

"Yeonkyu, ayo ke kelas! Udah masuk tuh!" Yeonkyu cuma mengangguk, tersenyum dan mengikuti semua perkataannya Rei.

Orang bucin emang beda.

Lantas, Bin dan Wonyoung pun mengikuti sambil iseng ngegibahin mereka berdua.

"Gue ketinggalan apa nih?" Jungwon baru muncul saat keempat orang tadi sudah menjauh, dengan deruan nafas yang memburu, dengan penampilan yang berantakan. Baekseung pun menatapnya heran."Kena badai dimana lo?"

Hal yang nggak biasa, ketua OSIS ini muncul dengan kondisi amburadul kayak gini.

"Huh—dikejar fans tadi gue. Anarkis banget, gila." jawab Jungwon sembari mencoba membenarkan penampilannya.

Ketiga temannya itu mendengus, mereka menggelengkan kepala masing-masing sambil menahan senyum lalu meninggalkan Jungwon sendiri dengan helaan nafas panjang.

"Eh—sumpah—ini beneran gue ditinggal gitu aja?"



































chap nya banyak banget woy
mabok-mabok dah tuh bacanya😭

Because of you[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang