➳ t w o ✧

89 13 0
                                    

"Rei!"

Rei berbalik dan tersenyum saat mendapati teman dekatnya berlari untuk menghampirinya. Jang Wonyoung, langsung memeluk Rei dengan erat.

"Kangen banget," ucap gadis itu sendu.

Rei mengangguk."Gue juga kangen."

"Gue juga kangen," tukas seorang pemuda tinggi pada Rei.

Rei tertawa pelan, lalu memeluk kedua sahabatnya, Won Bin dan Jang Wonyoung.

"Kalian makin tinggi aja perasaan." Rei menatap mereka bergantian. Kedua orang yang berdiri di kedua sisi tubuhnya itu memiliki tubuh yang menjulang.

"Haha, kan rajin minum kalsium!" sahut Won Bin bersemangat.

Wonyoung mengangguk-angguk lalu menyuruh Won Bin untuk melakukan sesuatu.

"Bin! Bin! Bin! Keluarin Bin, keluarin!" titahnya terburu-buru.

Rei mengerutkan keningnya tak paham. Lalu kemudian, Won Bin mengeluarkan sebuah kamera polaroid.

"Ta-da!" serunya.

"Ayo foto!!!" jerit Wonyoung senang. Won Bin dan Rei kompak menutup telinga mereka.

"Jangan teriak Wonyoung! Jeritan lo tuh mengganggu kedamaian dunia!" misuh Won Bin.

Pemuda manis yang dikenal cukup ceria itu, sering tak tahan dengan tingkah Wonyoung. Untung mereka bersahabat.

Wonyoung cengengesan lalu mengibaskan tangannya cepat,"Udah-udah jangan ngomel ah!! Buru foto, buru!"

Won Bin mengangguk meski masih jengkel. Ia melangkah sedikit lebih jauh dari Wonyoung dan Rei, lalu mengangkat kameranya.

Hanya dalam beberapa detik, mereka sudah menghabiskan banyak film untuk foto Rei dan Wonyoung.

"Woy, Nyoung! Gantian!" tukas Won Bin.

Rei kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi pada mereka, tapi saat Won Bin berdiri disampingnya dan meminta gadis itu untuk berpose, Rei tetap mengikuti perkataannya.

Aneh, kok gue sedih ya?

"Udah nih, film nya abis." keluh Wonyoung.

Mereka bertiga berkumpul dan melihat-lihat hasil foto mereka.

"Yah, belum ada foto bertiga." Won Bin cemberut saat melihat film-film yang ada.

Wonyoung juga ikut memberengut."Nanti harus beli lagi pokoknya!" imbuhnya menggebu-gebu.

Rei juga melihat-lihat foto-foto itu. Ia tersenyum kecil melihat dua foto dirinya dan kedua temannya. Yang satu dengan Wonyoung, satu lagi dengan Won Bin.

Ibu jarinya mengusap-usap dua figura itu.

"Selama di rumah sakit, gue takut banget." ucapnya pelan.

Wonyoung dan Won Bin yang tengah meributkan masalah siapa yang menghabiskan film polaroidnya, sontak terdiam.

Mereka langsung memfokuskan diri pada Rei. Gadis itu masih tersenyum tipis melihat foto-foto tadi.

"Gue pikir, gue gak bakalan balik lagi ke sekolah ini. Gak bakalan ketemu kalian lagi."

Wonyoung langsung memeluknya dengan bibir mengerucut menahan tangis."Jangan ngomong kayak gitu!" Wonyoung menyandarkan kepalanya pada bahu Rei.

"Kita selalu berharap lo selamat, dulu, dan sekarang atau nanti. Lo harus kejar cita-cita lo." tukasnya.

Won Bin mengangguk."Kejar cinta lo juga." tambah pemuda itu.

Rei menatap mereka bergantian, Wonyoung sudah menangis sesenggukan dengan pelukannya yang dibalas oleh Rei.

"Jangan nangis lo, cengeng banget." cibir Won Bin pelan. Wonyoung mencebik tanpa menjawabnya.

"Seneng rasanya bisa liat kalian lagi." ketiganya kembali berpelukan.

Tangan panjang Won Bin melingkari bahu Rei dan Wonyoung, ia duduk disamping Rei. Posisi Rei memang berada ditengah-tengah antara keduanya.

Ketiga sahabat itu tersenyum senang, mereka bahagia untuk pertemuan ini. Meski Wonyoung harus jadi pusat perhatian karena wajahnya yang berantakan.

"Gue jelek banget ya? Masa pada ngeliatin mulu sih?"

"Lah, kok situ baru nyadar kalo jelek?"

"Ihh! Won Bin!!"

































Rei menatap jendela perpustakaan, hari ini kelasnya jam kosong, dan murid kelasnya hanya diberikan tugas untuk membaca buku saja.

Rei tak membaca buku, ia hanya mengamati langit siang hari dari jendela ruangan.

Gadis itu hanya duduk, tak tertarik membuka buku.

Berbeda dengan Wonyoung dan Won Bin yang malah asik menumpuk buku dari rak-rak yang ada. Katanya sih, mau dibaca.

"Tumben ada disini."

Haruto menarik kursi yang ada didepan Rei, lalu duduk disana.

Rei menggeleng kecil.

"Disuruh guru." jawabnya tanpa minat.

Rei sekali lagi menatap jendela, ia tidak memerhatikan yang lain selain pemandangan diluar jendela itu.

Haruto memilih diam, mengikuti Rei. Dia juga sama tidak mood-nya dengan gadis itu.

"Loh, tumbenan lo ada disini to." celetuk Yeonkyu.

Ia juga baru saja datang dan langsung memilih buku lantas duduk disamping Haruto.

Rei meliriknya lalu menatap sang kakak sepupu.

"Temen gue, Kim Yeonkyu." ujar Haruto tanpa mengindahkan Yeonkyu.

Yeonkyu tersenyum pada Rei, pemuda itu menjulurkan tangannya."Gue baru pindah satu bulan lalu, tapi sama Haruto udah temenan dari SMP."

"Rei, sepupunya Haruto." ucap Rei sambil membalas jabat tangannya.

Yeonkyu tetap tersenyum hingga melepas tautan tangan mereka, pemuda itu membuka buku yang dibawanya dan mulai membaca.

Rei menatap Yeonkyu dengan seksama. Ia membandingkan penampilan kedua lelaki itu.

Gadis itu tersenyum tipis. Haruto sekarang mulai memiliki banyak teman. Tak peduli, akan perbedaan sifat dan tingkah laku masih-masing.

"Rei! Sini deh! Ada banyak komik baru tau!" pekik Wonyoung memanggil Rei.

Haruto yang semula berpura-pura tidur, mendongak dan membuka kembali kelopak matanya.

Rei melangkah pergi dari sana sambil tersenyum, gerak-geriknya tak luput dari perhatian Haruto.

Cukup lama, hingga Yeonkyu pun berhasil menyelesaikan buku yang ia baca. Pemuda itu menatap Haruto, lalu menatap Rei.

"Lo pasti gak biasa selama dia gak ke sekolah." celetuknya.

"Ya, gue takut banget dia gak bisa ke sekolah lagi."

Haruto dan Yeonkyu sama-sama memperhatikan Rei. Gadis itu tengah tertawa bersama Won Bin dan Wonyoung.

"Gue harap, waktu-waktu kayak gini berjalan lambat buat dia. Gue mau, Rei terus ada di fase dimana dia terus bahagia." ucap Haruto lirih.

"Terdengar amat egois." komentar Yeonkyu."Karena nyatanya, semua orang akan mengalami bahagia dan sedih secara berkala, ganti-gantian." paparnya.

Haruto berdecak sebal.

"Ah elu mah anjir, gak bisa banget liat gue tenang."

"Hehe sorry-sorry. Cuma mastiin aja, supaya lo siap dengan hal terburuk yang bisa aja terjadi." ucap Yeonkyu.

"Gak ada salahnya berharap." dan Yeonkyu pun tetap mengangguki ucapan Haruto.

Because of you[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang