41 : soundproof

77.5K 1.2K 52
                                    

"I'll kill both of us cause no one deserve us the way we deserved each other."

Ayyara yang mendengar itu mengetap bibir. Dia memalingkan wajahnya ke tepi, bertentangan mata dengan Rayyan. "That's not the answer I'm looking for. You buat apa dengan Rose tadi? How do you know her?" soal Ayyara, masih tidak mengalah.

Rayyan kembali bersandar pada kerusi. Tangannya diletakkan di sisi pinggang Ayyara, hampir menyentuh punggung gadis itu. "She is one of my past."

Terjongket kening Ayyara. "One of your past? Maksudnya you pernah tidur dengan dia?"

Rayyan menghelakan nafasnya sebelum mengangguk.

"I see.." Ayyara menganggukkan kepalanya. Matanya yang tadinya menatap mata Rayyan turun ke tali leher yang dipakai oleh suaminya itu. Jari-jemarinya dimainkan dengan tali leher itu. Wajahnya kelihatan tenang walaupun dia dapat merasakan alat sulit milik suaminya semakin membesar dan mengeras di balik seluar yang dipakai oleh Rayyan yang membuatkannya juga merasakan denyutan di celah kelangkangnya. "If you are given a chance to sleep with her again.."

"Obviously no sweetheart," Rayyan laju menjawab tanpa menunggu pun Ayyara menghabiskan ayatnya. Tangannya mencengkam sisi pinggang Ayyara. "You are enough for me Ayyara. I would never cheat on you."

Ayyara mengemam bibirnya, menyembunyikan senyuman. Tali leher Rayyan ditariknya agar badan suaminya itu rapat padanya. Dibalutnya tangannya dengan tali leher itu sebelum dia melagakan bibir mereka berdua. Hanya seketika sebelum dia menyatukan dahi mereka dan menggeselkan hidungnya dengan hidung Rayyan. "You better not. Cause trust me darling.." Ayyara senyum kecil sebelum kembali melepaskan tali leher Rayyan dan badan Rayyan ditolak agar kembali bersandar pada kerusi. Dia kemudiannya bangun dari atas pangkuan Rayyan. "I'll kill both of you if you ever cheat on me with her." Matanya dikenyitkan sebelum dia mencapai plastik yang berisi bekas makanan yang dibawa oleh Rayyan tadi ke sudut rehat di pejabatnya itu.

Rayyan tersenyum sinis. Lidahnya menekan dalaman pipinya, tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Ayyara sebentar tadi. Dia memandang pada Ayyara yang sudah melabuhkan punggungnya di sofa sana dan membuka bekas makanan, bersedia hendak makan. God this woman. I'll never regret a day marrying her.

Rayyan bangun dari kerusi itu dan melangkah ke arah Ayyara. Dia melabuhkan punggungnya di sofa berhadapan dengan Ayyara. Matanya hanya meneliti perilaku gadis itu sebelum menyoal, "is your office soundproofed?"

Ayyara yang sedang menyuap makanan yang dibawa oleh Rayyan mengangkat wajahnya memandang jejaka itu sambil masih mengunyah. "No. Kenapa?" soalnya dengan mulutnya yang masih penuh.

"Too bad." Rayyan bersandar pada sofa di sudut bilik pejabat Ayyara itu. Kakinya disilangkan sambil matanya masih menatap wajah Ayyara "You should do it."

"To what purpose?" soal Ayyara malas.

"I mean, you confirm tak suka your staffs dengar how loud you can scream for me right?" Rayyan menjongketkan keningnya sambil mengukir senyuman penuh makna.

Serentak itu, Ayyara terus membalingkan penutup bekas makanan di atas meja kepada Rayyan. "Use your brain to think about something better than that."

"I can't find anything else that is better than se.."

"You kalau rasa nak I cucuk mulut you tu dengan garpu ni, go on darling," Ayyara menghalakan garpu di tangannnya tepat pada wajah Rayyan.

"Try me sweetheart." Rayyan mendekatkan badannya dengan meja yang memisahkan mereka, menghentikan wajahnya betul-betul di hadapan garpu itu.

Ayyara senyum sinis. "Try me too."

Buat seketika, suasana di antara mereka tegang dengan betapa tajamnya mata masing-masing menikam satu sama lain.

Bunyi ketukan di pintu membuatkan mereka saling tersentak. Ayyara meletakkan garpu di tangannya di atas meja sebelum berpaling memandang Rose yang melangkah masuk. Keningnya bertaut. "Siapa suruh you masuk?" soal Ayyara biasa sambil dia bangkit dari sofa dan melangkah merapati Rose.

"Err.. I selalu masuk je?"

"That's because I'm alone. I dengan husband I sekarang. What if we are in the middle of something when you walk in without my permission?" Ayyara melipatkan tangannya di dadanya. Matanya tajam menatap Rose yang sesekali matanya mencuri pandang ke arah Rayyan. "Kalau you datang sebab nak tengok husband I, just don't do it, Rose Marisa."

Rose tersentak. Dia kembali memandang Ayyara. "Err.."

Ayyara senyum biasa. Dia melangkah merapati Rose. "You can look at my husband, I don't care at all. But please do it behind me. Don't be so stupid to look at him with all the lust in your eyes in front of his wife. Have some respect, sweetie."

Rayyan yang hanya duduk dan mendengar hanya tersenyum saat mendengar kata-kata amaran daripada isterinya itu. That's my girl, everyone.

Rose mengetap bibir. "I'm sorry, Puan Ayyara."

Ayyara senyum. "No problem." Dia memandang fail di tangan Rose. "So kenapa you masuk office I? You tak pergi lunch ke?"

"I datang nak drop fail yang Puan minta pagi tadi," Rose menyerahkan fail di tangannya kepasa Ayyara.

Ayyara mencapai fail tersebut dan mengangguk. "Thank you. You boleh keluar," Ayyara menyelak fail tersebut sebelum kembali memandang Rose.

Rose mengangguk. Badannya dipusingkan untuk melangkah keluar namun langkahnya dihentikan bila Ayyara kembali bersuara yang membuatkan darahnya kembali mendidih.

"Anyway Rose," Ayyara memandang tepat belakang badan Rose itu. "Boleh you tolong carikan company yang offer buat soundproofing? My husband suggested for me to install a soundproof wall, in case we are doing something that is not so appropriate for my staffs to know. Can you please help me with that?"

Rose menggengam kuat gaun ketat yang dipakainya sebelum kembali memalingkan badannya untuk memandang Ayyara. Bibirnya dipaksa untuk mengukir senyuman sebelum mengangguk. "Of course, Puan Ayyara."

Ayyara senyum manis namun terselit sinisnya. "Thank you Rose. Trust me, you are the best personal assistant I could ever ask." Nafasnya dihelakan dan tangannya dijatuhkan di sisi badannya. "You can go now. Thank you once again."

Rose mengangguk. Tanpa membuang masa, dia terus melangkah keluar daripada bilik pejabat Ayyara itu dengan hatinya yang terasa panas. Ayyara hanya memandang sebelum tersenyum sinis.

"That's quite bold of you, wife." Rayyan bersuara dari sofa sana. Kakinya disilangkan dan badannya disandarkan penuh di atas sofa. Lengannya diletakkan di pada sisi sofa tersebut sambil matanya masih menatap wajah isterinya.

Ayyara menggulingkan biji matanya. Dia meletakkan fail di tangannya di atas meja sebelum kembali melangkah ke arah sudut rehat di bilik itu.

"So I guess next time I datang sini, we can do more than just sitting kan?" Rayyan menjongketkan keningnya, sengaja ingin mengusik gadis itu. Dan hanya mendapat tatapan tajam daripada Ayyara.

"In your wildest dreams!"

"In my dreams and in our reality. I would love to do that." Rayyan masih tidak serik hendak mengusik isterinya itu.

Ayyara mengecilkan matanya memandang Rayyan. "You tenang sangat duduk sini, you takde kerja ke?" soalnya sambil melipatkan lengannya di dada.

"Ada."

"So apa you buat dekat sini lagi?"

"For my wife."

Ayyara mengetap bibir. "You are so annoying. Do you know that?"

Rayyan senyum biasa. "Unfortunately, this annoying person is your husband."

~

Enjoy and leave your comments everyone !

My Silent Temptation Where stories live. Discover now