26 : a chance

31.6K 1.2K 51
                                    

"Hey."

Ayyara yang termenung di balkoni rumah Arfan dan Airis tersentak saat disapa. Dia menoleh pada Rayyan yang melabuhkan punggungnya di kerusi di sebelahnya. Senyuman kecil terukir di bibirnya. "Hai."

Rayyan senyum. Dia memandang wajah Ayyara dengan teliti, seolah-olah melepaskan rindu yang ditanggungnya selama sebulan.

Ayyara menjongketkan keningnya. "Kenapa tengok I macam tu?" soal Ayyara, sudah tidak senang duduk bila ditatap begitu oleh Rayyan.

"You look.." Rayyan senyum tipis. "Happy and healthy. Tak sia-sia you pergi Lombok, tinggalkan semua orang."

Ayyara senyum dan menganggukkan kepalanya. "That was my first time in my life I fokus dekat diri I sendiri. And it feels so nice."

Rayyan menganggukkan kepalanya. "I can see that. Also.." Rayyan memandang ke pinggan yang dipegang oleh Ayyara. "You dah start makan makanan selain daripada salad."

Ayyara tertawa. "And I gain weight because of this."

"But you are still beautiful."

Ayyara memandang Rayyan dan senyum kecil. "Itu jujur ke you saja je nak jaga hati I?" soal Ayyara sambil menudingkan jarinya kepada Rayyan.

"I mean every words when I'm with you. There's no such thing like 'jaga hati'," ujar Rayyan lembut.

Ayyara hanya senyum. Jari-jemarinya bermain dengan satu sama lain sambil kepalanya didongakkan untuk melihat dada langit malam yang dihiasi dengan bulan dan bintang-bintang.

Rayyan tetap menatap gadis itu, sehingga matanya jatuh pada leher Ayyara, di mana seutas rantai tergantung di leher gadis itu. Matanya jatuh pada cincin yang tergantung pada rantai tersebut. "You are wearing that ring."

Ayyara memandang Rayyan sebelum tangannya naik menyentuh cincin yang tergantung pada rantainya. Senyuman kecil terukir di bibirnya. "Can I have it?" soal Ayyara biasa.

Rayyan senyum kecil. "Of course, sweetheart," balas Rayyan.

"Thank you." Ayyara menghelakan nafasnya. "You cakap apa tadi dengan abang I?" soal Ayyara sambil memandang tepat pada Rayyan.

"You really want to know?" soal Rayyan biasa. Tangannya dimasukkan ke dalam poket seluarnya.

"Is it about me?" soal Ayyara sambil mengecilkan matanya.

"It's about us."

Terjongket kening Ayyara. "About us?"

Rayyan senyum biasa. "I'm asking a permission from him," ujar Rayyan sambil menatap wajah Ayyara.

"What permission?"

"For me to make you as mine," tutur Rayyan. "Of course, secara halal," tambahnya. Dia memandang Ayyara, mencari anak mata gadis itu, cuba menyelami mata coklat gadis itu. Namun gadis di hadapannya itu hanya diam tidak berkutik. "Ayyara?"

Ayyara menghelakan nafasnya. "I.. I don't know Rayyan." Ayyara melarikan matanya daripada terus ditatap oleh Rayyan.

"You don't want to marry me?"

Tangan Ayyara naik mengenggam cincin yang tergantung pada rantai yang dipakainya. "You tahu apa yang dah terjadi dekat I, Rayyan. You know it very well. So, kenapa.. kenapa you masih nak dekat I? I'm not perfect Rayyan."

"Cause I don't care about it. Ayyara, I pernah cakap dekat you I want to protect you with my all. And I mean it. I mean every words. I.." Rayyan mengetap bibir. "I tahu, it's hard for you to believe in me after what you had went through four years ago. Tapi I minta dekat you.." Rayyan menghelakan nafasnya. "I minta supaya you percayakan I. Percayakan I untuk jaga you, untuk sayang you, untuk cintakan you dan untuk bantu you lupakan all those bad memories."

My Silent Temptation Where stories live. Discover now