Pagi ini Biru berangkat sekolah seperti biasanya. Ia sampai di kelas saat bel masuk kurang beberapa menit lagi. Sebelumnya, perjalanan di koridor sangat menguras kesabaran. Karna banyak pasang mata dan bisik-bisik yang tertuju padanya. Bahkan, saat ini sampai di kelas pun seluruh atensi teralihkan padanya.
Biru tetap berjalan tegas menuju bangkunya. Anehnya ia tidak melihat keberadaan Sendu di sana, hanya ada tas yang bersender di bangku. Lalu Biru menoleh pada Laura yang masih setia menatapnya sinis.
"Kenapa? Baru kali ini liat orang cantik?" Tanyanya pada Laura yang membuat gadis itu jengkel.
Laura mengalihkan pandangan dari Biru. Ia menghadap ke depan untuk melanjutkan obrolannya dengan beberapa gadis lain. Lalu, setelah Biru duduk di bangkunya. Seorang cowok menghampiri Biru, jika tidak salah ingat cowok itu adalah ketua kelasnya.
"Ru, Brigas nyuruh lo buat ke belakang gedung IPA sekarang." Ujar Sakti, ketua kelas XI IPS 3.
"Ogah, udah muak gue ladenin dia." Balas Biru mengacuhkan ucapan Sakti.
Cowok dengan penampilan rapi serta tutur kata yang sopan itu memilih untuk duduk di bangku milik Sendu. Ia menatap ragu pada Biru, lalu memutuskan untuk sedikit memberi masukan. "Ru, coba dengerin gue."
Biru menoleh pada Sakti. Biru diam menunggu Sakti melanjutkan ucapannya.
"Sebagai ketua kelas dan juga seorang teman, gue cuma nyaranin agar lo gak cari gara-gara ke anggota Hanker apalagi Brigas. Gue tau kalo lo mau nolongin Sendu dari mereka, tapi lo gatau lagi berhadapan dengan siapa. Mereka gak semudah itu buat lo taklukin, mereka juga gak bisa seenaknya lo remehin gitu aja." Sakti menjeda ucapannya, ia sangat berhati-hati memilih kata setiap kata agar bisa di cerna dengan baik oleh Biru.
"Kalo mereka emang mau, mungkin dari dulu Sendu udah bebas dari mereka. Tapi nyatanya ada alasan tersendiri buat mereka ngelakuin itu semua ke Sendu. Bukan cuma lo, gue juga sempet nolongin Sendu. Tapi, gue malah kena imbasnya, gue di kroyok pas pulang sekolah. Dan setelah itu, gak ada yang berani buat ikut campur urusan mereka. Disini gue berharap besar buat lo berhenti ikut campur, lo anak baru Biru, mereka bisa ngeluarin lo kapan aja dari sekolah ini." Sakti menghela nafasnya panjang setelah menjelaskan panjang lebar kepada Biru.
Biru paham betul akan maksud Sakti. Namun, ini bukan perkara mudah untuk berhenti ikut campur dari urusan Sendu dan juga Geng Hanker. "Gue paham maksud lo, kalo mereka punya alasan tersendiri buat bully Sendu. Begitupun dengan gue, gue juga punya alasan tersendiri buat nolongin Sendu."
"Sekarang, lo bisa kasih tau gue keberadaan Sendu?" Tanya Biru pada Sakti.
Laura yang sedari tadi diam-diam menguping pun kembali menoleh ke belakang membuat Sakti dan Biru menatapnya. "Lo tolol yah? Sakti bilang kalo Brigas nyuruh lo ke belakang gedung IPA kan? Itu berarti Sendu ada di sana." Ujarnya pada Biru.
Biru langsung menoleh ke arah Sakti. Anggukan kepala dari Sakti membenarkan ucapan Laura. Jantung Biru kembali berpacu lebih cepat. "Kenapa gak bilang dari tadi sih?!" Biru berdiri. Ia langsung berlari keluar kelas untuk datang ke belakang gedung IPA.
"Bukannya gue udah bilang yah?" Gumam Sakti setelah kepergian Biru.
"Lo kurang to the point." Sahut Laura seraya menggelengkan kepalanya pelan.
~•••~
Dewa yang baru saja kembali dari ruang OSIS menghentikan langkahnya saat melihat Biru berlari lawan arah. Gadis itu tak memperdulikan langkahnya sehingga terjatuh saat tersandung kakinya satu sama lain. Dewa segera menghampiri Biru yang meringis di lantai koridor. Terdengar umpatan dari Biru merutuki kebodohannya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
HANKER
Short Story"𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐦𝐛𝐢𝐬𝐢, 𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢𝐦𝐚𝐧𝐚 𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐬𝐞𝐦𝐞𝐬𝐭𝐚 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐬𝐭𝐮𝐢?" -𝓧𝓪𝓿𝓲𝓮𝓮𝓻𝓬𝓪𝓵 ••• Brigas Air Samudra, lelaki dengan paras tampan dan juga kedudukannya yang tinggi. Kebanyakan orang menghindari Brigas, berurusan...