BAB 13

11K 773 12
                                    

Biru membuka matanya perlahan. Saat ia membuka mata, semua yang tampak dimatanya terasa samar dan gelap. Sebuah teriakan tanpa henti dari luar ruangan membuatnya berusaha sadar. Bau amis yang menyeruak masuk ke Indra penciumannya membuat ia merasa mual. Semilir angin dari sisi kecil fentilasi cahaya yang di biarkan terbuka itu membuat Biru menggigil, ia merasa sedang basah kuyup. Ia menggeram saat baru menyadari bahwa tangan dan kakinya di ikat pada bangku yang ia duduki entah sudah berapa lama.

"Biru! Biru! Tolong jawab gue! Biru!" Teriakan dari suara tak asing itu sepertinya berasal dari Sendu yang masih berusaha mendobrak pintu dengan tenaganya yang lemah.

Pertanyaan demi pertanyaan di dalam kepalanya ia tahan. Satu hal yang ia ingat, semua ini adalah perbuatan geng Hanker. Setelah keributan di koridor, Brigas menyeretnya menuju sebuah ruangan yang berada di paling belakang dan ujung sekolah. Mereka mengikatnya di bangku yang sudah usang, lalu menyiram Biru dengan seember air yang berbau busuk, sebusuk perbuatan mereka.

"Biru!! Bertahan!" Teriakan Sendu masih belum teredam di telinganya.

Ia ingin menjawab dan meminta tolong kepada Sendu. Namun, suaranya tercekat di tengah tenggorokan tanpa bisa mengeluarkan suara sedikitpun. Kepalanya yang masih pusing membuatnya berdengung menembus telinga. Alih-alih memikirkan cara keluar dari ruangan ini, Biru lebih memikirkan cara untuk membalas perbuatan Brigas padanya.

"Biru ada disini? Minggir dulu, biar gue dobrak." Tiba-tiba suara seorang lelaki terdengar sedang berbincang dengan Sendu di luar.

"Ngapain sih tuh bocah nyari masalah mulu sama Brigas." Suara lain menyahut, kali ini lebih halus dari sebelumnya. Ternyata orang itu datang tidak sendirian.

Brakk!

Sejurus kemudian Biru dapat melihat pintu yang tak jauh dari jangkauannya itu berusaha di dobrak oleh seseorang, dan tenaganya kali ini lebih kuat dari pada Sendu beberapa waktu lalu. Nyatanya usaha mendobrak pintu tak sia-sia, karna tak lama dari itu pintu terbuka lebar menampilkan Sendu bersama beberapa orang masuk ke dalam ruangan.

"Astaga, tampang lo udah kayak gembel aja." Ujar seorang gadis yang berdiri di samping Sendu.

Biru merasakan bahwa dua orang sedang berusaha melepaskan ikatan pada tangan dan kakinya. Ia masih belum bisa mencerna beberapa kata yang mereka lontarkan padanya, sungguh Biru benar-benar kehilangan tenaganya.

Sendu mendekat untuk membantu Biru berdiri. Namun, Biru terlihat belum bisa menampung badannya sendiri. Bahkan saat ia berdiri, semua yang ia lihat terasa kabur dan mengelap untuk kesekian kalinya. Badannya terasa sangat lemas dan di detik itu juga Biru kembali kehilangan kesadarannya.

~•••~

Grusak-grusuk suara disampingnya membuat Biru mulai tersadar. Perdebatan beberapa orang itu sedang membicarakan kondisinya. Entah siapa saja yang hadir menemaninya bahkan membawanya ke tempat yang terasa nyaman baginya. Saat ia membuka mata, hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit berwarna putih dengan sebuah tirai biru muda yang menutupi segala sisi. Ia masih merasakan bahwa bibirnya kelu, aroma menyengat mampir ke Indra penciumannya. Setidaknya bau saat ini tidak separah beberapa waktu yang lalu, karna ia rasa ini adalah bau obat-obatan dan juga minyak kayu putih yang terpasang di area leher dan dadanya.

"Kalo dia terus-terusan kayak gini, bisa aja dia jadi pengganti lo." Suara dengan nada sinis itu membuat Biru menoleh ke arah kiri. Sebuah bayangan beberapa orang terlihat dari tirai.

"Gue gak tau harus apa lagi buat ngelarang dia supaya gak terlibat sama Brigas." Suara lesu itu terdengar seperti suara Sendu.

Suara berat yang tak asing bagi Biru membalas ucapan Sendu. "Dia keras kepala, gak pernah mau denger omongan orang lain."

HANKER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang