BAB 46

3.5K 209 12
                                    

Setelah berhasil menangkap seorang supir taxi yang menjadi pelaku tabrak lari Sendu, akhirnya mereka juga berhasil mengungkap bahwa ada pelaku lain yang menjadi otak dari kecelakaan ini. Sebuah nama gadis kecil tak pernah di sangka akan terungkap dari mulut sang supir taxi, walaupun sempat terlibat oleh perdebatan yang alot akhirnya ia membuka suara.

Menebus segalanya lewat penyiksaan yang di berikan oleh sangkar, juga upaya agar di ungkapnya sebuah nama. Sang supir taxi mendapatkan banyak luka cambukkan bahkan lebam yang memenuhi wajahnya, matanya hanya bisa terpejam karna bengkak akibat pukulan bertubi-tubi yang Sangkar layangkan.

Pintu terbuka dengan lebar, cahaya remang menghantarkan kedatangan seorang gadis yang tengah membawa belati kecil di tangannya. Tangannya yang lain membawa rantai panjang, hingga menjuntai ke lantai menciptakan suara yang dentingan keras saat di kebaskan.

"Loh udah selesai? gue baru mau gabung." Ujar Biru menatap Sangkar dengan sinis.

Sangkar hanya bisa berdecak, lalu ia membuka ikatan supir taxi yang sudah di ikat beberapa jam lamanya. Badan pria paruh baya tersebut langsung ambruk ke lantai saat ikatan berhasil di lepaskan, rintihan terdengar memilukan darinya.

"Keadaan Sendu gimana?" Tanya Sangkar seraya menarik pergelangan tangan Biru untuk mengikutinya.

Rantai di tangannya terbuang ke sembarang arah, lalu Biru kembali menyimpan belati di balik jaket kulitnya. Membiarkan Sangkar menarik tangannya, sekilas ia menoleh ke belakang untuk melihat kondisi supir taxi yang sudah tidak sadarkan diri.

"Lo harus liat sendiri keadaan dia." Jawab Biru.

Sangkar menghentikan langkahnya. "Keadaan Handaru?"

Langkah Biru pun ikut terhenti, ia menatap sayu Sangkar yang menunggu jawabannya. "Kacau, gue gak pernah liat dia seburuk itu."

~•••~

Pagi tadi Brigas mendapat kabar bahwa Ratih menghilang dari rumah Bogor, ia segera bergegas pergi untuk melihat keadaan Bundanya. Melihat pintu rumah yang terbuka lebar, membuat Brigas berlari masuk ke dalam rumah. Saat sampai di ruang tengah, ia menemukan Bundanya yang tengah menonton TV seraya menyisir rambutnya yang berantakan.

Seluruh badan Brigas terasa lemas seketika, ia paham betul apa yang sedang di alami Bundanya sekarang. Oleh karna itu, Brigas duduk di sebelah sang bunda seraya merangkul pundak ringkih wanita tersebut.

"Bunda, ini Brigas." Panggil Brigas, tangannya mengelus pundak Bunda dengan sangat lembut.

Bunda menoleh, tersenyum kecil kepada Brigas. Lalu kembali menonton televisi yang menayangkan iklan seraya menyisir rambutnya, walaupun begitu sorot matanya tampak jelas berkaca-kaca setelah berkali-kali menerima usapan lembut dari putranya.

"Katanya, kita akan pulang lagi?" Tanya Bunda tanpa menoleh ke arah Brigas.

"Pulang kemana Bunda?"

"Pulang ke rumah kita, rumah yang dulu punya kolam renang di halaman belakang."

Brigas tersentak, rumah itu sudah hancur baginya. Hanya tersisa sang Ayah bersama kenangan masa lalu yang masih kental mengisi setiap sisi rumah, tidak ada yang boleh pulang ke rumah itu sebelum sang ayah yang menjemputnya.

"Bunda istirahat dulu di kamar, biar Brigas yang jaga disini."

Bunda menggeleng, tatapannya menoleh pada pintu yang terbuka lebar. "Anak kecil itu belum pulang, siapa namanya?"

HANKER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang