"Nih, di minum dulu." Biru menyajikan segelas teh hangat untuk Brigas.
Sore ini, saat pulang dari danau tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Mulanya langit masih terlebih cerah, namun kenyataannya cuaca tidak pernah bisa di prediksi oleh manusia. Untungnya mereka sudah sampai di depan apartemen ketika hujan semakin deras, dan sialnya Biru tidak mungkin membiarkan Brigas pulang begitu saja di tengah-tengah jalanan kota yang sedang di terjang hujan, bukankah hal tersebut akan membuat Biru terlihat jahat?
"Apartemen lo mewah juga yah." Ujar Brigas seraya tak henti menelisik setiap sisi di apartemen Biru.
Biru hanya berdehem untuk menanggapi ucapan Brigas.
Tatapan Brigas berhenti di sebuah bingkai foto yang terletak di atas laci dekat dengan tempat ia duduk. "Loh? Itu kakak lo?" Mata Brigas menyipit untuk menajamkan penglihatannya.
Biru mengikuti arah pandang Brigas, ternyata yang Brigas maksud adalah Handaru. "Bang Handaru? Iya, orang yang bikin lo sama anggota Hanker babak belur di belakang gedung IPA kan?"
"Pantesan, kelakuan kakak sama adeknya gak beda jauh." Gumam Brigas.
"Kelakuan gue kenapa?!" Biru menatap Brigas dengan sengit.
"Gak, gue mau minum tehnya." Brigas mengalihkan topik seraya mengambil segelas teh yang tadinya di sajikan oleh Biru.
Setengah gelas teh hangat telah terteguk oleh Brigas. Badannya menjadi lebih hangat setelah kehujanan walaupun tidak sepenuhnya.
"Mau ganti baju gak? Baju bang Sangkar kayaknya muat buat lo." Usul Biru.
"Gak usah, lagian gak terlalu basah. Jadi aman-aman aja."
Sebuah suara pintu terbuka mengalihkan atensi Biru dan Brigas. Dari balik pintu terlihat Sendu yang baru saja masuk apartemen dengan keadaan basah kuyup, bahkan gadis tersebut sudah mengigil kedinginan. Biru segera bangkit dari duduknya, lalu ia menghampiri Sendu.
"Astaga Sendu, kenapa gak neduh dulu?"
"Gapapa Ru, lagian gue pengen cepet-cepet pulang biar Bisa tidur, badan gue sedikit gak enak jadinya ambil libur di cafe." Ujar Sendu.
"Hobi lo jadi benalu di hidup orang aja, sekarang malah tingal di apartemen Biru."
Mendengar suara bariton milik Brigas membuat Sendu menoleh ke arah sofa, ia dapat melihat Brigas yang duduk di sana seraya menatapnya remeh. Sendu baru menyadari bahwa di apartemen tidak hanya ada Biru, melainkan juga ada Brigas yang bertamu.
"Udah gak usah di dengerin, orang gila emang sering ngomong sendiri." Bisik Biru seraya menuntun Sendu ke kamar.
Tidak mendapat respon membuat Brigas kembali bersuara. "Hati-hati aja deh Ru, selain nyusahin, dia juga suka ambil keluarga orang. Siapa tau bentar lagi Abang lo bisa aja di ambil Sendu."
Langkah sendu terhenti saat mendengar ocehan dari Brigas yang tertuju untuk menyindirnya. Melihat Sendu yang terpojok, Biru meraih bantal sofa, lalu melemparnya ke arah Brigas. "Diem lo, atau gue seret lo keluar." Tegur Biru.
"Udah Sendu, gak usah di dengerin. Badan lo makin panas nih, istirahat aja di kamar kalo selesai ganti baju." Biru menarik lengan Biru agar melanjutkan langkahnya menuju kamar.
Beberapa saat kemudian, Biru kembali menghampiri Brigas. Ia menatap Brigas dengan nyalang. "Bisa gak sih jaga omongan lo?"
"Gue mau pulang." Brigas berdiri dari duduknya, ia meraih tasnya yang berada di sofa sebelah. "Anterin gue ke depan pintu." Pintanya kepada Biru.
"Di pikir lo tamu terhormat?" Walaupun mengatakan hal tersebut, Biru tetap berjalan menuju pintu.
Brigas terkekeh melihat tingkah Biru, lalu ia mengekori Biru di belakang hingga Biru membukakan pintu untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANKER
Krótkie Opowiadania"𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐦𝐛𝐢𝐬𝐢, 𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢𝐦𝐚𝐧𝐚 𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐬𝐞𝐦𝐞𝐬𝐭𝐚 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐬𝐭𝐮𝐢?" -𝓧𝓪𝓿𝓲𝓮𝓮𝓻𝓬𝓪𝓵 ••• Brigas Air Samudra, lelaki dengan paras tampan dan juga kedudukannya yang tinggi. Kebanyakan orang menghindari Brigas, berurusan...