Cuaca yang tadinya sangat cerah. Entah kenapa tiba-tiba awan tergantikan oleh mendung. Rintikan hujan dari langit menyerbu permukaan bumi secara perlahan menjadi deras. Biru yang masih berada di pantai terpaksa harus meneduh di gazebo yang terletak tak jauh dari tepi pantai. Sialnya, ia harus meneduh bersama anggota Hanker. Selain tidak ada lagi tempat meneduh, Biru juga tidak akan menyia-nyiakan badannya basah kuyup karna hujan. Sebab, Biru tidak begitu menyukai hujan.
Brigas yang sedari tadi mengobrol bersama anggotanya terlihat berkali-kali mencuri pandang kepada Biru yang tengah asik bermain dengan Bitty di telapak tangannya. Sedangkan Biru, sebisa mungkin ia tidak berbaur dengan para lelaki itu sebab pembahasan mereka hanyalah tentang kemajuan geng ataupun masalah yang mereka timbulkan akhir-akhir ini. Biru sebagai orang asing yang senggaja mendengarkan persoalan itu pun memilih untuk pura-pura tuli dan menjadikan Bitty sebagai alasan kesibukannya.
Selama hujan turun. Biru tidak mengeluarkan suara sekata pun. Walaupun ia sadar banyak bisik bisik dari anggota Hanker yang sedang membicarakannya. Mungkin mereka merasa aneh karna bahan bully Brigas tiba-tiba ikut bergabung bersama mereka walaupun sekedar menghindar dari hujan.
"Ru, nyebat ga?" Kaiven menepuk pundak Biru seraya menjulurkan sebungkus rokok pada gadis tersebut.
Biru yang menoleh pun langsung menjatuhkan tatapan tajamnya. "Gak, rokok lo murahan." Jawab Biru seraya menempis sebungkus rokok yang masih ada di tangan Kaiven.
Kaiven berdecih, lalu mengantongi sebungkus rokok miliknya yang tadi di tolak oleh Biru. "Gue lupa kalo lo sebatas cewek cupu yang gak mungkin nyentuh rokok."
Mendengar ucapan Kaiven membuat Biru tersenyum tipis. Dari pada meladenin omong kosong, ia lebih memilih kembali mengelus cangkang Bitty.
Entah kenapa Biru tertarik untuk menoleh ke arah Rigel yang duduk di hadapannya. Siapa sangka bahwa lelaki itu ternyata tengah menatapnya dengan raut tanpa ekspresi. Biru mengedipkan matanya beberapa kali berusaha memahami tatapan Rigel. Namun, naas karna Biru sama sekali tidak paham apa yang ingin di sampaikan oleh Rigel lewat tatapannya.
"Bawa motor lo?" Pertanyaan yang tertuju padanya membuat Biru menoleh kepada Brigas.
Biru hanya menggangguk sebagai jawaban. Kemudian, terlihat Brigas tengah berbicara kepada anggotanya yang lain. Setelah beberapa lama lelaki itu kembali menoleh kepada Biru.
"Motor lo dibawa sama temen gue ntar, biar lo pulang bareng gue." Ujar Brigas walaupun suaranya sedikit tidak jelas karna teredam oleh suara guntur.
"Ha?" Tanya Biru seakan-akan meminta Brigas untuk mengulang ucapannya.
Brigas menghela nafas panjang. "Lo pulang bareng gue, motor lo biar di bawa sama temen gue." Ulang Brigas.
"Gue masih bisa nyetir sendiri, lagian gue gak sudi motor gue di sentuh sama orang lain." Tolak Biru dengan ucapan yang sedikit kasar.
"Motor rongsokan aja belagu." Rayden yang tengah duduk di sebelah Kaiven menyahut.
Biru mengambil sebuah korek api milik Kaiven yang berada di depannya. Lalu melemparkannya ke arah Rayden. Korek api itu melayang mengenai hidung Rayden membuat sang empu mengadu kesakitan.
"Cewek gila!" Maki Raiden.
Hendak membalas perbuatan Biru. Namun, Rayden urungkan sebab Daniel menahannya. Tatapan Brigas menatap lurus pada Rayden. Berusaha mengintruksi agar lelaki itu diam dan tidak bertindak apapun.
Biru tersenyum puas melihat Rayden yang tidak membalasnya. Lalu gadis itu memperhatikan kondisi sekitar yang ternyata hujan telah berganti dengan rintikan kecil menandakan hujan akan segera reda. Biru memilih berdiri dari duduknya, tak lupa ia membawa Bitty di tangannya. Lalu tanpa permisi gadis itu berjalan turun dari gazebo. Menimbulkan pertanyaan bagi para anggota Hanker.

KAMU SEDANG MEMBACA
HANKER
Short Story"𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐦𝐛𝐢𝐬𝐢, 𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢𝐦𝐚𝐧𝐚 𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐬𝐞𝐦𝐞𝐬𝐭𝐚 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐬𝐭𝐮𝐢?" -𝓧𝓪𝓿𝓲𝓮𝓮𝓻𝓬𝓪𝓵 ••• Brigas Air Samudra, lelaki dengan paras tampan dan juga kedudukannya yang tinggi. Kebanyakan orang menghindari Brigas, berurusan...