BAB 49

4.7K 186 22
                                    

Sore ini taman kota terlihat ramai di penuhi pengunjung, gelembung balon mencoba untuk mengisi ruang di setiap taman kota. Terlihat anak kecil berlarian kesana kemari sambil tertawa riang, para orang tua duduk di bangku taman senantiasa mengamati anak mereka.

Biru tersenyum sekilas, lalu ia kembali mengecek jam yang sudah menunjukkan pukul lima sore. Itu berarti ia sudah duduk di atas rumput taman kota kurang lebih tiga jam, batas pertemuan dengan Brigas sudah lewat dua jam yang lalu. Namun, Biru belum tertarik untuk beranjak dari tempatnya.

Semalam, Biru menghubungi Brigas lewat pesan teks yang ia kirimkan. Pesan tersebut berisi permintaan Biru kepada Brigas untuk datang ke taman kota pada jam tiga sore, yang seharusnya Brigas sudah sampai dua jam yang lalu. Padahal Biru senggaja datang satu jam lebih awal, tapi nampaknya Brigas akan terlambat lebih lama lagi.

Nampaknya, permintaan Biru tidak disambut baik oleh Brigas. Lelaki itu mengabaikan pesannya, tetapi Biru tetap datang sesuai pesan yang ia sampaikan kepada Brigas. Lelaki keras kepala itu tidak akan tau betapa berharganya waktu yang telah Biru luangkan, apalagi rasa bosan selalu mencoba merayu Biru yang tengah sendirian diantara kerumunan manusia lainnya.

Biru menghembuskan nafasnya panjang, kembali ia mengecek jam tangannya. Jarum panjang jam hanya melewati tiga angka awal, belum ada tanda-tanda akan kedatangan Brigas.

"Kak Biru?"

Biru lantas mendongak saat suara lembut memanggil namanya, seorang gadis kecil berdiri di hadapannya dengan senyum yang amat manis. Di tangan kirinya memegang sebuah permen lolipop dengan banyak warna, tangan kanannya memegang sebuah payung hitam.

"Iya, kamu kenal aku?" Biru menyambutnya dengan senyuman hangat.

Gadis kecil tersebut terkekeh, lalu menjulurkan sebuah payung hitam kepada Biru. "Bentar lagi hujan, ini buat kakak."

Biru kebingungan dengan sikap gadis kecil tersebut, lantas Biru mendongak. Ternyata benar, langit sudah amat gelap dipenuhi awan petang. Sudah dapat di pastikan bahwa sebentar lagi hujan akan turun dengan sangat deras, bau tanah pun sudah semakin berani mengoyak penciuman.

"Kak, ini." Gadis dengan pita merah di rambutnya itu memberikan payungnya ke tangan Biru. "Kata mama aku, kalo hujan-hujanan bisa sakit loh. Kan besok harus sekolah, kalo kebanyakan gak masuk nanti gak naik kelas." Petuahnya.

"Ini payung siapa? kamu kok tau nama aku?" Tanya Biru yang penasaran.

Gadis kecil tersebut kembali terkekeh. "Ini dari kakak ganteng, dia kasih aku permen biar kasih payungnya ke kak Biru."

"Brigas..." Lirih Biru.

"Sekarang kakak ganteng itu kemana?" Biru mengedarkan pandangannya ke seluruh taman kota yang perlahan sepi.

"Udah hilang, tadi naik motor terus hilang. Pasti pulang biar gak sakit, kan mau hujan."

Biru mendesah kecewa, ternyata Brigas tidak ingin menemuinya. Sekarang ia paham, bahwa tidak ada gunanya menunggu.

"Terima kasih yaa, nama kamu siapa?"

"Skylar!! Ayo pulang, udah mau hujan!" Teriak seorang pria paruh baya dari kejauhan.

Gadis kecil tersebut menoleh, lalu senyumnya mengembang seraya menunjukkan permen lolipop di tangannya. Lantas ia berlari ke arah pria tersebut, tanpa berpamitan kepada Biru.

Biru merenungi kepergian gadis tersebut, gadis yang ceria dengan senyuman manis terpatri di wajahnya. Biru ingat, dulu ia punya wajah secerah itu dan senyum yang tak pernah hilang dari wajah mungilnya. Namun, kini sudah sirna sejak lama.

Tatapannya jatuh pada payung hitam yang ia genggam, pemberian Brigas lewat malaikat kecil bernama Skylar. Seharusnya lelaki itu datang menemuinya, memberikan payung itu langsung kepadanya.

HANKER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang