"Do you wanna to be my girlfriend?"
Pernyataan dari Brigas mampu membuat garis waktu yang dimiliki oleh Biru seakan-akan berhenti dalam sekejap. Detak jantungnya bekerja lebih cepat. Otaknya masih berusaha mencerna. Sorot matanya menatap lurus kepada Brigas. Apakah ini akhir dari semuanya? Biru belum melakukan apapun untuk membuat Brigas jatuh cinta seperti yang diminta oleh Handaru dan Sangkar. Namun, perkataan Brigas saat ini benar-benar membuatnya kebingungan.
Biru baru menyadari bahwa perpustakaan yang tadinya lumayan ramai kini menjadi sepi dan hening. Hanya ada suara detak jantungnya yang semakin berdegup kencang seakan-akan ingin meledak beradu dengan suara pergerakan jam dinding.
Brigas mengebrak meja membuat Biru segera sadar dari lamunannya. Lalu lelaki itu mengulas senyum. "Yaelah, gue cuma becanda tapi lo tegang banget."
Biru mengernyitkan dahinya. Baru ia sadari bahwa Brigas telah menipunya. "Selain brengsek ternyata lo juga sinting!" Maki Biru.
"Kenapa? Lo beneran berharap kalo gue bilang kayak barusan? Atau lo emang suka sama gue?"
"Najis!"
Brigas menyandarkan punggungnya pada bangku. Ia merentangkan tangannya. "Gue mau tidur disini, lo mau pergi atau mau nungguin gue tidur?"
Tanpa menjawab pertanyaan dari Brigas. Biru memilih untuk bangkit dari tempat duduknya. Ia berjalan untuk keluar dari perpustakaan. "Dihh siapa yang mau ada disini bareng sama cowok kayak dia." Gerutu Biru seraya berjalan menuju pintu.
Namun, hal yang membuat Biru terheran adalah pintu yang tertutup rapat. Sebelumnya ia tidak pernah melihat pintu perpustakaan tutup kecuali jam lima sore saat seluruh murid pulang dan telah selesai melakukan ekstrakulikuler di sekolah. Benar saja saat Biru membuka pintu, ternyata pintu tersebut terkunci. Penjaga yang biasanya duduk di bangku dekat pintu pun tidak dapat ditemukan. Dan Biru sudah dapat memastikan pelaku dibalik hal ini.
"Brigas?!" Teriak Biru, lalu ia berjalan menghampiri Brigas yang masih berada di bangku dekat rak besar.
Saat Biru sampai di hadapan Brigas. Ia hanya bisa menemukan Brigas yang tengah menyembunyikan wajahnya dibalik lekukan kedua tangan. Biru tau jika lelaki itu belum tertidur. Tapi ia memilih diam daripada beradu mulut dengan Brigas yang hanya akan membuang-buang tenaga.
Biru kembali duduk di bangku yang berhadapan dengan Brigas. Ia membuka kembali novel yang tadi belum sempat ia kembalikan. Saat itu bel masuk telah berbunyi dengan suara yang begitu nyaring. Biru hanya pasrah untuk melewatkan jam pelajaran selanjutnya karna ia tidak bisa keluar dari perpustakaan saat ini.
"Biru." Suara serak itu memanggil Biru dengan lirih.
Tentu saja Biru langsung menoleh kepada Brigas yang masih menyembunyikan wajahnya di atas meja.
"Kenapa?"
"Kalo gue suka sama lo, boleh?" Lagi-lagi Brigas membuat pertanyaan yang konyol.
"Diem deh, dari pada gue robek mulut lo." Tegur Biru.
"Kali ini serius, gue boleh suka sama lo? Kalau sekalipun lo gak izinin, gue bakal tetap suka sama lo dan mungkin kedepannya bakal lebih dalam."
Dan di momen ini Biru tertegun kembali. Perkataan Brigas terdengar begitu lembut dan tulus. Walaupun lawan bicaranya tidak berani mendongak untuk menatapnya. Biru yakin bahwa kali ini Brigas tidak sedang membuat guyonan seperti sebelumnya.
Biru binggung harus menjawab apa. Namun, ia tidak bisa membiarkan Brigas masuk ke dalam perangkap yang dibuat oleh Handaru dan Sangkar. Karna Biru tidak pernah setuju jika memburu mangsanya dengan mempermainkan perasaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANKER
Cerita Pendek"𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐦𝐛𝐢𝐬𝐢, 𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢𝐦𝐚𝐧𝐚 𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐬𝐞𝐦𝐞𝐬𝐭𝐚 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐬𝐭𝐮𝐢?" -𝓧𝓪𝓿𝓲𝓮𝓮𝓻𝓬𝓪𝓵 ••• Brigas Air Samudra, lelaki dengan paras tampan dan juga kedudukannya yang tinggi. Kebanyakan orang menghindari Brigas, berurusan...