Dari kejauhan Biru sudah bisa mendengar keriuhan yang tengah terjadi. Saat mulai melangkah untuk berjalan di koridor sekolah, Biru melihat dengan jelas bahwa koridor tidak begitu ramai. Namun, suara gaduh berasal dari beberapa pemuda yang tengah berdiri di ujung koridor. Jam menunjukan pukul sembilan yang berarti setiap kelas susah memasuki jam pelajaran kedua.
Biru berlari kecil ke arah tempat kejadian, semakin dekat ia menuju ujung koridor, semakin yakin pula Biru bahwa itu adalah perbuatan dari beberapa orang yang ia kenali.
"Berhenti!" Teriak Biru saat jaraknya sudah lima meter dari kerumunan kecil itu.
Seluruh atensi kini jatuh padanya, Biru melepaskan tas ranselnya, lalu ia melemparkannya ke arah seseorang yang tengah menatapnya tajam. Brigas, lelaki itu berhasil mendapat goresan kecil di wajahnya saat tas ransel Biru mendarat mengenai wajahnya sebelum jatuh ke lantai koridor.
Seseorang lain mendekat ke arah Biru, mengikis jaraknya dengan tatapan sengit. "Mundur, kali ini lo gak bisa ikut campur." Bisik Rigel tepat di telinga Biru dengan suara beratnya yang penuh penekanan, lalu Rigel mundur beberapa langkah untuk membuat jarak.
Peringatan dari Rigel tak membuat Biru takut, ia kembali mengalihkan atensinya menatap satu persatu anggota Hanker yang terdiri lebih dari lima belas orang dan satu diantaranya tengah terkapar di lantai dengan memar yang sudah memenuhi tubuhnya, terutama dibagian wajah.
"Setelah Sendu, sekarang lo jadiin anggota sendiri sebagai korban?" Biru tertawa kecil di akhir ucapannya, kini ia menatap tajam kepada Brigas. Tatapan Biru yang biasanya setenang air danau, kini berubah bagai elang yang tengah menemukan mangsanya.
"Di lorong sekolah? mau jadi preman? atau memang mau di cap lebih buruk dari sebelumnya?" Lanjut Biru.
"Biru." Tukas Rigel agar Biru menghentikan ucapannya.
Suasana di koridor semakin hening, Brigas pun belum angkat bicara. Namun, terlihat jelas dari tatapannya bahwa ia tengah menahan amarahnya yang bisa meledak kapan saja.
Biru membuat peluang, ia segera berjalan ke arah lelaki yang masih terkapar di lantai. Tak ada yang menghalangi langkahnya, sampai ia berhasil membantu Kaiven berdiri. "Lo masih bisa jalan kan Kai?" Tanya Biru pada Kaiven yang sudah tidak berdaya.
Sekarang bisa kalian tebak siapa yang menjadi korban kekerasan Brigas pagi ini? Kaiven, salah satu anggota inti Hanker sendiri.
Langkah demi langkah Biru mulai memapah jalan Kaiven. Namun, semuanya tak sesuai perkiraannya. Sebab, saat ia menginjak beberapa langkah berjalan. Sebelum Biru menguasai kondisi, seseorang lebih dulu menendang punggungnya dengan keras sehingga membuat Biru tersungkur ke lantai bersama Kaiven yang masih ada di sampingnya. Kepala Biru terbentur lantai cukup keras, karena kedua tangannya gagal menahan keseimbangan tubuhnya hingga ia tersungkur cukup jauh.
Biru menoleh untuk melihat sang pelaku, Brigas dengan gagahnya berdiri seraya bersendekap dada di samping Rigel.
"Brengsek!" Maki Biru seraya bangkit.
Biru berlari kecil, saat berada di hadapan Brigas. Kedua tangan Biru meraih kera seragam Brigas, meremasnya dengan kuat, lalu dengan keberaniannya Biru meludahi wajah Brigas. "Manusia sampah!" Biru kembali memakai Brigas dengan suara lantang.
Melihat perbuatan Biru yang sudah melewati batas, Rigel segera menarik tubuh Biru untuk menjauh dari Brigas. Cukup sulit untuk menarik tubuh Biru, akhirnya Rigel berhasil menariknya dengan bantuan Rayden.
Biru terus memberontak, rasanya ia ingin mencabik cabik wajah Brigas. Namun, tenaganya masih kalah dibandingkan dengan Rigel dan Kaiven.
Sialnya, siapa sangka bahwa Biru membawa pisau kecil di sakunya. Lalu, gadis tersebut melukai tangan Rigel dengan pisau hingga ia bisa bebas dan kembali lari ke arah Brigas.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANKER
Short Story"𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐦𝐛𝐢𝐬𝐢, 𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢𝐦𝐚𝐧𝐚 𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐬𝐞𝐦𝐞𝐬𝐭𝐚 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐬𝐭𝐮𝐢?" -𝓧𝓪𝓿𝓲𝓮𝓮𝓻𝓬𝓪𝓵 ••• Brigas Air Samudra, lelaki dengan paras tampan dan juga kedudukannya yang tinggi. Kebanyakan orang menghindari Brigas, berurusan...