BAB 38

3.7K 228 10
                                    

"Hai, Biruu."

Biru menghentikan langkahnya tatkala Kaiven mencegatnya di depan kelas dengan tangan melambai, Biru segera membalasnya dengan senyum lebar. Melihat kondisi Kaiven yang sudah membaik sejak keluar dari rumah sakit membuat Biru senang, wajah lelaki tersebut tampak lebih cerah dari sebelumnya.

"Gue mau ngelunasin janji gue ke lo."

Biru mengerutkan keningnya, ia tidak ingat apapun tentang janji Kaiven. "Janji apa maksud lo?"

"Semangkuk mie ayam, yang kita omongin di rooftop beberapa hari yang lalu. Sekalian gue mau ucapin terima kasih karna udah nolongin gue waktu dihajar Brigas."

Biru menghembuskan nafas pelan saat mengingat kejadian di rooftop, namun rasanya saat ini bukan saat yang tepat untuk menerima tawaran Kaiven. Pasalnya ia sudah memiliki janji untuk bertemu sakti di perpustakaan, mungkin Sakti sudah menunggunya datang.

"Lain kali aja gimana? soalnya gue udah ada janji sama Sakti. Pulang sekolah? gue tau tempat mie ayam paling enak di daerah sini."

Kaiven tertawa, lalu ia menepuk pundak Biru. "Bolehh, nanti gue traktir berapapun mangkok mie ayam yang lo makan."

"Bener yah? gak bakal nyesel kan? soalnya gue gak cukup seporsi loh."

"Tenang aja, saldo rekening gue udah tumpah-tumpah nih."

Kaiven dan Biru lantas tertawa bersama, hingga akhirnya Biru berpamitan pergi ke perpustakaan untuk menemui Sakti. Kaiven pun berlalu, ia kembali ke kelas daripada pergi ke kantin dan bertemu dengan Brigas.

Biru masuk ke dalam perpustakaan, kesunyian langsung menerjangnya. Hanya terlihat beberapa murid yang tengah duduk di bangku kayu dalam keheningan, mereka lebih memilih menikmati setiap kata dari buku yang mereka baca ketimbang harus meredam kesunyian dengan suara suara yang tidak jelas.

Dengan langkah perlahan Biru mulai menyusuri perpustakaan untuk mencari keberadaan Sakti, beberapa kali Biru menemui sebuah buku yang menarik perhatiannya lalu membawanya ke dalam pelukan. Ia akan meminjam buku tersebut untuk beberapa hari ke depan sebagai bahan mengisi kekosongan waktu luang.

Biru mengerjap kaget saat seseorang menepuk bahunya, ia segera menoleh dan mendapati Sakti tengah tersenyum lebar padanya. Biru membalas senyuman tersebut tak kalah lebarnya, lalu Sakti menarik tangan Biru agar mengikuti langkahnya. Mereka berjalan ke arah dua bangku yang terletak di dekat jendela, cahaya matahari terpancar begitu leluasa memberinya kesempatan bak pemeran utama dalam serial drama.

"Lo udah lama nungguin gue?" Tanya Biru seraya duduk di bangku yang sudah di sediakan, segitu pula dengan Sakti yang duduk di samping Biru.

"Nggak begitu." Jawab Sakti dengan senyum yang belum pudar.

Biru membalasnya dengan anggukan kepala, lalu gadis tersebut membuka halaman demi halaman dari buku yang tadi ia ambil di rak. Sebuah buku tentang sejarah kerajaan Mataram, sebelumnya Biru tak menyukai hal hal dalam sejarah. Namun, kali ini entah apa yang mendorongnya untuk membuka halaman demi halaman buku tebal tersebut.

Menyadari keheningan dari sampingnya membuat Biru menoleh untuk memastikan sesuatu, ia melihat Sakti yang masih duduk di samping, lelaki tersebut menatap setiap lekuk wajah biru dengan lekat, dan Biru baru menyadari bahwa Sakti memegang sebuah kotak berwarna kuning yang sudah dipastikan kotak bekal.

"Ada yang mau di omongin?" Tanya Biru.

Sakti menggeleng pelan, lalu lelaki tersebut membuka kotak bekal yang dibawanya dari rumah. Sebuah nasi goreng teri menyuarakan aromanya untuk menggoda setiap orang yang berhasil ia jangkau penciumannya.

HANKER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang