Desiran ombak kali ini menemani kehampaan Biru. Langit yang cerah menghantarkan senyum hangat untuk setiap pengunjung pantai pasir putih. Pantai ini berada lumayan jauh dari apartemen yang ditinggali Biru. Angin sepoi-sepoi terkesan sejuk itu menerbangkan rambut Biru yang terurai membawanya berterbangan kesana kemari. Tatapan Biru tetap sama, sejak sampai dan duduk bersila di atas pasir putih ini tatapannya jatuh kepada ratusan meter laut di depannya. Laut yang tak tampak ujungnya oleh telanjang mata.
Setelah dimarahi habis-habisan oleh Handaru dan Sangkar tadi malam. Pagi ini ia kembali melarikan diri dari kedua lelaki tersebut. Saat keduanya masih tertidur pulas, Biru bergegas pergi dengan meninggalkan sebuah note yang ia tempel di kulkas dapur. Kurang lebih note itu berisi...
Bang, jangan marah mulu. Gue sumpek di rumah, pengen refreshing^^
Berbekal dengan kehampaan hatinya. Biru menempuh waktu dua jam setengah untuk sampai di pantai ini menggunakan motornya. Sangat worth it dengan pemandangan yang Biru dapatkan, apalagi pantai ini sangat terawat. Hampir tidak bisa ditemukan sampah yang berserakan di atas pasirnya. Air lautnya juga masih asri, banyak anak kecil hingga orang dewasa yang bermain di tepian laut.
Ia berangkat dari apartemen jam setengah tujuh dan sampai disini tepat jam sembilan. Ternyata sudah ramai dengan para pengunjung walaupun terbilang masih pagi. Namun, Biru memilih duduk di sisi pojok pantai. Sedikit menjauh dari padatnya pengunjung. Karna setiap pengunjung yang datang selalu bersama keluarga kecil maupun keluarga besarnya. Hal itu membuat hati Biru merasa sedikit gusar. Di tambah lagi terlihat segerombolan remaja lelaki datang, mereka sangat berisik. Sepertinya sedang di adakan touring.
Saat masih sibuk mengamati laut di depannya. Sebuah bola voli terlempar mengenai kaki Biru. Hal itu membuat Biru menoleh pada sang pelaku dan menemukan seorang lelaki yang tengah berlari kecil kearahnya. Wajah yang tak asing itu membuat Biru memiringkan kepalanya mencoba memastikan bahwa tembakannya tepat sasaran.
"Lohh Biru?" Belum sempat Biru memastikan tebakannya. Lelaki itu terlebih dahulu menyapanya.
"Kaiven?" Sepertinya dunia benar-benar sempit untuk Biru yang mencoba menenangkan pikirannya. Karna kini ia yakini bahwa segerombolan lelaki yang tak jauh darinya. Yang tengah menunggu Kaiven mengambil bola, mereka adalah geng Hanker.
Kaiven mengambil bolanya yang berada di depan Biru. Lalu kembali mengamati gadis itu dan sekitarnya. "Lo sendirian?" Tanya Kaiven setelah tak mendapati orang lain disana.
"Bukan urusan lo." Sinis Biru lalu mengalihkan atensinya dari Kaiven.
"Dipikir-pikir, udah empat hari aja lo gak masuk sekolah. Padahal Brigas nyariin lo mulu, belum puas katanya nyiksa lo."
Tak ada respon sedikitpun dari Biru membuat Kaiven kembali berucap. "Belum butuh psikolog kan lo?" Tanyanya dengan nada terkesan mengejek.
Biru menoleh pada Kaiven, lalu menatap lelaki itu dengan santai. "Lo tau ga? Tadinya pantai ini bersih dan asri banget, tapi tiba-tiba jadi kotor karna sampah kayak kalian. Sampah masyarakat." Sarkas Biru.
Kaiven membalas ucapan Biru dengan senyum kecil, lalu lelaki itu melangkah pergi menjauh dari Biru. Saat itu juga Biru harap bahwa Kaiven tidak akan memberitahu keberadaannya kepada Brigas. Sangat memuakkan jika Brigas mengganggu kenyamanannya.
Biru kembali menatap laut di depannya. Entah kenapa ia sangat suka menatap hamparan laut yang tidak pernah terlihat tenang. Lalu atensinya turun pada ombak laut yang menghampiri kakinya sejak tadi membuat kaki dan juga celana bagian bawahnya basah. Namun, hal itu tak mengganggu Biru.
Melihat ombak yang menghampirinya membuat Biru teringat satu hal. Dulu Ibunya pernah bercerita tentang filosofi ombak. Suara sang Ibu yang sudah agak pudar di ingatan Biru membuatnya mencoba mengigat keras setiap kata yang di lontarkannya sembilan tahun yang lalu, tepat saat Biru berusia tujuh tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANKER
Short Story"𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐦𝐛𝐢𝐬𝐢, 𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢𝐦𝐚𝐧𝐚 𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐬𝐞𝐦𝐞𝐬𝐭𝐚 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐬𝐭𝐮𝐢?" -𝓧𝓪𝓿𝓲𝓮𝓮𝓻𝓬𝓪𝓵 ••• Brigas Air Samudra, lelaki dengan paras tampan dan juga kedudukannya yang tinggi. Kebanyakan orang menghindari Brigas, berurusan...