Handaru tertegun tatkala menemukan Biru yang tengah terduduk lemas di lantai kamar miliknya, ia kehabisan kata-kata saat melihat bingkai foto yang berada di tangan Biru. Handaru sudah tertangkap basah, kini ia hanya perlu pasrah dan menjelaskan semuanya secara rinci kepada Biru.
"Gue gak kepikiran sejauh ini." Ujar Biru yang tampaknya mengetahui kedatangan Handaru.
Lelaki dengan jaket parasut kesayangannya itu berjalan mendekati Biru, berjongkok untuk menyatarakan posisinya dengan Biru.
Handaru merebut bingkai foto itu dari tangan Biru. "Sorry..." Sesalnya.
Plakk
Sebuah tamparan berhasil mengenai pipi Handaru, wajahnya tertoleh meninggal rasa kebas yang luar biasa. Tamparan Biru tak pernah main-main, bahkan bercak kemerahan terpampang jelas.
"Brengsek, harusnya lo kasih tahu dari awal tentang semua ini. Bang Sangkar udah tau?"
Gelengan Handaru memberikan jawaban akan pertanyaan Biru, seharusnya sedari awal Handaru bercerita kepadanya maupun Sangkar. Mereka adalah keluarga, tidak seharusnya menyimpan rahasia satu sama lain.
"Gue nunggu waktu yang tepat buat ceritain semua ini." Handaru mencoba meraih tangan Biru walaupun akhirnya di tempis kasar.
Biru berdiri dari duduknya, menghela nafas panjang setelah rasa terkejutnya yang amat mengguncang perasaannya. "Sekarang semuanya udah jelas, gue udah tau kenapa lo mati-matian jagain dia."
"Gue harap lo segera kasih tau hal ini ke Bang Sangkar, biar dia gak kecewa terlalu dalam kayak gue. Seharusnya gue tau hal ini dari mulut lo sendiri, naikin uang jajan gue dua kali lipat bulan ini." Lanjut Biru sebelum melangkah pergi dari kamar Handaru.
"Biru..." Pangil Handaru yang mampu menghentikan langkah Biru di ambang pintu.
Handaru tersenyum kecil, adiknya itu selalu bersikap dewasa di waktu yang tepat. "Gue mau jelasin semuanya."
Biru tampak mengangkat satu tangannya. "Gak perlu, jelasin hal ini kalo ada bang Sangkar juga." Lalu, Biru melanjutkan langkahnya.
Punggung Biru telah menghilang bersamaan dengan pintu kamar yang tertutup, Handaru berjalan menuju kasurnya. Duduk di tepian kasur seraya memandangi bingkai foto yang ia pegang dengan erat, terlihat Handaru yang berdiri di sebelah seorang perempuan dengan bayi dalam gendongannya. Nampak jelas senyum bahagia yang terpampang di dalam foto tersebut, kenangan beberapa tahun yang lalu saat segalanya masih berbau manis.
~•••~
Hari ini keributan kembali terjadi saat Biru memasuki kelas, suasana sudah tidak terkendali rupanya. Sosok ketua kelas yang biasanya menjadi penengah, kini hilang tanpa ada penggantinya. Terlihat Laura yang tengah berdebat dengan Brigas, antek-antek Brigas pun terlihat tidak berkomentar sedikit pun. Antek-antek Brigas?? Biru hanya melihat keberadaan Daniel dan Rayden.
Biru diam-diam mencoba mendekat untuk mendengar terlebih dahulu perdebatan mereka, terdengar suara Laura yang semakin meninggi. Ohh tunggu, Biru melihat keberadaan Sendu yang tengah di gandeng oleh Laura. Gadis dengan rambut terurai itu terlihat menangis, dan terlihat berantakan....
"Lo itu udah gila, seharusnya ke psikiater biar gak makin gila dan ngerugiin orang lain." Laura menaikkan suaranya dua oktaf dari sebelumnya.
"Kalo sikap lo gak pernah berubah gini, dalam sisa hidup lo bakal kesepian, satu persatu orang yang ada di samping lo bakal pergi karna sifat lo ini." Lanjut Laura yang tampaknya memicu suasana semakin panas.

KAMU SEDANG MEMBACA
HANKER
Cerita Pendek"𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐦𝐛𝐢𝐬𝐢, 𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢𝐦𝐚𝐧𝐚 𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐬𝐞𝐦𝐞𝐬𝐭𝐚 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐬𝐭𝐮𝐢?" -𝓧𝓪𝓿𝓲𝓮𝓮𝓻𝓬𝓪𝓵 ••• Brigas Air Samudra, lelaki dengan paras tampan dan juga kedudukannya yang tinggi. Kebanyakan orang menghindari Brigas, berurusan...