BAB 31

6.6K 451 72
                                    

Entah sudah terhitung berapa kali dalam sebulan Biru terlambat masuk sekolah, yang pasti ia sudah sesering itu. Alasannya pun tetap sama, bangun kesiangan ataupun membantu Spiderman merajut jaring laba-laba untuk naik gedung gedung tinggi di ibu kota. Alasan yang tidak masuk akal di terima oleh guru BK dan juga Dewa selaku ketua OSIS di sekolahnya.

Mau tak mau Dewa harus mentaati peraturan sekalipun Biru adalah sahabat lamanya, jika boleh jujur Dewa sudah bosan menulis nama Biru di buku pelanggaran. Gadis itu tidak pernah jera walaupun sudah di beri hukuman yang cukup berat dari hari ke hari. Mulai dari lari lapangan sepuluh kali, membersihkan toilet guru, berjalan jongkok memutari lapangan lima belas kali, bahkan ia pernah harus berkeliling ke seluruh kelas yang ada di sekolahnya untuk membuat pengakuan didepan banyak murid dan mengakui kesalahannya.

Kali ini, entah hukuman apalagi yang ia lakukan. Tapi, Biru malah bersyukur karna tidak mengikuti pelajaran matematika yang membosankan.

Ternyata kali ini Dewa kembali memberinya hukuman untuk berlari memutari lapangan sebanyak lima belas kali. Namun, ia berlari di lapangan belakang yang luasnya dua kali lipat daripada lapangan depan sekolah.

"Kenapa gak di lapangan depan aja sih Wa??" Tanya Biru dengan raut wajahnya yang merenggut kesal.

"Bentar lagi lapangan depan mau dipake buat latihan paskibra, jadi pake lapangan belakang ini aja." Jawab Dewa seraya memakaikan dasi Biru yang sebelumnya belum terpasang.

Biru menoleh ke arah lapangan, raut wajahnya kian menjadi semakin murung saat menangkap sesosok lelaki yang sedang mendribble bola di tengah lapangan.

Dewa merapikan kera seragam Biru, lalu mendur selangkah untuk memperhatikan penampilan Biru yang kini terlihat rapi. "Kalo gini kan enak diliatnya. Udah yah lo lari aja lima belas putaran, terus langsung balik ke kelas jangan nunggu jam istirahat. Dan inget, jangan bikin masalah sama Brigas karna gue juga yang bakal ribet nantinya."

Biru memberikan tatapan sinis kepada Dewa. "Kalo tau gue bakal berantem sama Brigas, kenapa malah nyuruh gue lari disini."

"Astaga, gue kan udah bilang sama lo. Lapangan depan bentar lagi mau dipake buat latihan paskibra, sekarang mereka aja lagi siap-siap buat mulai."

"Ishhh, iya iya." Biru melemparkan tasnya tepat dibawah pohon besar dan rindang yang ada di tepi lapangan. Ia menggulung kedua lengan seragamnya, lalu bersiap untuk melangkah ke area lapangan.

Namun, Dewa terlebih dahulu menahan pergelangan tangannya. "Ru, gue boleh nanya satu hal?"

"Gak boleh, gue lagi ngambek sama lo." Tolak Biru, gadis itu menghempaskan tangan Dewa dari lengannya. Dan Biru melangkah dan bersiap menjalankan hukumannya.

"Sejak kapan lo punya dua Abang?"

Pertanyaan itu mampu menahan Biru yang baru saja mengambil tiga langkah untuk memasuki lapangan. Ia membalikkan badannya untuk berhadapan dengan Dewa. "Biru yang dulu sama sekarang beda Wa, jangan masuk lagi ke kehidupan gue dan jangan cari tau tentang orang yang ada di sekitar gue."

"Maaf, karna gue gak ada di masa terpuruk lo."

"Hal semacam itu untuk saat ini gak penting." Balas Biru dengan senyum kecil di akhir ucapannya.

~•••~

Sudah lima belas putaran Biru lakukan untuk menuntaskan hukuman dari Dewa. Lalu ia memilih untuk duduk di bawah pohon rindang yang berada di tepi lapangan. Biru meneguk sebotol air mineral pemberian dari Dewa yang ditinggalkan untuknya. Tubuhnya dibanjiri oleh keringat membuatnya merasa tidak nyaman, apalagi penampilannya yang sudah tak rapi, bahkan dasi yang tadinya dipasangkan oleh Dewa sudah tergeletak di atas tasnya.

HANKER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang