BAB 10

11.4K 788 22
                                    

"Kita ngapain kesini?" Tanya Biru, ketika ia dan Brigas sampai di sebuah taman yang tak begitu luas. Namun, ada sebuah lapangan basket yang terletak di tengah taman tersebut, sebelumnya Biru tidak pernah datang ke tempat ini.

"Mau main masak-masakan." Jawab Brigas asal, lalu ia berjalan mendahului Biru.

Biru mengikuti langkah Brigas, diam-diam pandangannya menelusuri sepenjuru taman yang tidak begitu ramai, hanya ada beberapa pengunjung dan sebuah kios kantin yang berada di pojok taman. Hingga, tanpa Biru sadari. Ia menabrak sebuah dada bidang di depannya. Ia meringis saat dahinya terbentuk cukup kuat oleh dada tersebut, lalu ia mendongak dan mendapati Brigas di depannya.

Brigas melemparkan tatapan nyalang pada Biru. "Kalo jalan tuh pake mata bukan dengkul."

Ucapan Brigas tidak di gubris oleh Biru. Gadis itu hanya mengoceh dalam batinnya mengeluarkan sumpah serapah untuk Brigas. Ia membuang tatapannya ke arah lain, asal tidak menatap mata tajam Brigas yang terlihat menusuk.

"Lo bisa main basket kan?" Tanya Brigas pada Biru.

Biru tak menoleh sedikit pun, atensinya jatuh pada seorang gadis kecil yang tengah bermain ayunan bersama sang Ibu. Tak mendapat respon sedikit pun dari Biru, membuat Brigas menepuk jidat gadis tersebut hingga sadar dan kembali menoleh padanya dengan tatapan yang kesal.

"Lo apa-apaan sih?!" Sembur Biru seraya mengelus pelan jidatnya.

"Kalo lo kesurupan, gue yang repot."

"Lo bisa main basket gak?" Tanya Brigas ulang.

Dengan raut yang masih kesal dan bibir yang manyun, Biru menjawab. "Bisa lah."

"Bagus, kalo gitu lo lawan gue."

"Ogah! Katanya tadi ada yang mau ditanyain, kok sekarang malah ngajak tanding basket sih?"

"Pertanyaan itu bakal gue tanyain selesai main basket."

"Males, gue udah lama gak main basket. Lo kalo mau main biar gue tungguin, gue gamau main." Ujar Biru, ia melangkah menuju sebuah bangku taman yang terletak di dekat lapangan basket.

"Gapapa?" Tanya Brigas membuat Biru menoleh.

"Apanya?" Tanya Biru yang tidak mengerti maksud dari perkataan Brigas, Biru memilih duduk di bangku taman tersebut.

"Gue mau main basket, lo gapapa kalo nungguin gue?"

"Tumben bener lo nanya, biasanya juga seenaknya."

"Yaudah, lo diem disini jangan kemana-mana." Ujar Brigas.

Setelah mendapat anggukan dari Biru. Lelaki itu berjalan ke arah lapangan basket, Brigas mengambil sebuah bola yang terletak di tengah lapangan. Ia mulai melakukan dribble, dengan lihai lelaki itu memainkan bola yang berada dalam tangannya. Biru mengamati setiap gerak gerik Brigas, rambut lelaki itu terlihat ikut bergerak seirama dengan setiap gerakan yang dilakukannnya. Terlihat menggemaskan untuk Biru, untuk beberapa saat Brigas terlihat berbeda daripada biasnya. Kini, lelaki itu terlihat lebih normal, bukan seorang pembully yang tak tau rasa kasihan.

Perlahan atensi Biru teralihkan, di sebelah kanan tempat duduknya. Ayunan yang tadinya diisi oleh gadis kecil, kini tergantikan oleh seorang bocah laki-laki. Ayunan itu di bantu dengan dorongan sang Ayah, lalu terlihat sang Ibu yang sedang mengambil beberapa jepretan foto di ponselnya. Keluarga kecil itu tengah diselimuti kebahagiaan yang tiada tara, rasanya Biru dapat merasakan kebahagiaan yang mereka rasakan. Memiliki waktu bersama keluarga adalah hal yang paling berharga untuk setiap manusia dimuka bumi ini.

"Ayah udah, aku mau es krim dulu!" Pinta bocah laki-laki itu dengan sedikit teriakan.

Ayunan berhenti, bersamaan dengan anak itu turun dan menghampiri sang ibu. Lalu ia mengandeng tangan ibunya di sisi kanan dan sang ayah di sisi kirinya. "Ayo, aku mau es krim. Aku mau beli dua, rasa coklat sama strawberry." Ucapnya seraya berjalan kecil menjauh dari area ayunan.

HANKER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang