Ingin tahu kejadian lucu apa yang terjadi hari ini? Tidak jauh dari persoalan Brigas dan Biru.
Keduanya terpaksa mewurungkan niat untuk pergi ke suatu tempat. Sebab, saat Biru dan Brigas baru saja keluar dari lobi apartemen, hujan turun dengan deras tanpa aba-aba. Apalagi petir menyambar beberapa kali membuat Biru berteriak dan berakhir menjadi objek pandang beberapa orang yang ada disana. Lalu, Biru menarik tangan Brigas untuk kembali ke unit apartemennya dan membatalkan rencana yang sudah Brigas susun sebelumnya.
Kemudian, setelah sampai di unit apartemen. Ia berpapasan dengan Sangkar yang hendak keluar untuk pergi ke suatu tempat. Biru sudah memperingatinya bahwa di luar sedang hujan deras, tapi Sangkar beralasan bahwa ia akan membawa mobil dan berhati-hati di jalan. Sangkar juga sempat menambahkan bahwa ia akan menjemput Sendu di tempat kerja gadis tersebut saat perjalanan pulang.
"Emangnya Sendu kerja di cafe mana?" Tanya Brigas kepada Biru setelah kepergian Sangkar.
Biru menatap Brigas sehingga keduanya beradu pandang cukup lama. Lalu, Biru mengangkat kedua bahunya dan memutuskan kontak mata. Biru tidak ingin menjawab pertanyaan Brigas, karna ia tahu bahwa Sendu dan Rigel berusaha menutupi kebenaran bahwa Sendu bekerja di cafe milik Rigel tanpa sepengetahuan Brigas. Hal tersebut untuk menghindari kemarahan Brigas yang pasti nantinya akan berdampak buruk untuk Sendu dan Rigel.
"Lo laper gak? Gue laper soalnya, tadi mau masak tapi lo keburu dateng." Biru berjalan menuju dapur dengan Brigas yang mengikutinya di belakang.
"Kalo gue laper, emangnya lo mau masakin?"
"Kalo gue gamau masakin, gue gak bakal nawarin lo."
"Bisa bikin soto gak? Gue pengen soto dehh."
Biru menghentikan langkahnya di depan wastafel, lalu ia membalikkan tubuh sehingga berhadapan dengan Brigas. Ia tampak berfikir sejenak, lalu menjawab. "Bisa dong."
Suduh bibir Brigas terangkat membentuk sebuah senyuman tipis. "Yaudah gue mau soto buatan lo aja."
"Oke, tapi lo tunggu di ruang tamu dulu yah. Gue jadi grogi kalo masak sambil diliatin orang."
"Really? Atau jangan jangan, lo cuma grogi kalo masak sambil diliatin orang ganteng kayak gue? Kenapa? Lo udah mulai suka sama gue?" Brigas maju satu langkah lebih dekat dengan Biru.
Biru mengerutkan dahinya, ia mengambil sendok yang berada di sebelah westafel, lantas memukulnya ke dahi Brigas membuat sang empu meringis.
"PD banget sih idup lo! Dasar setan!"
"Aww, jangan emosi gitu dong, jadi makin keliatan kalo omongan gue bener."
"Ihh mending lo pergi dulu deh sana, hus hus.." Biru mendorong tubuh Brigas agar segera pergi dari hadapannya.
"Iya iya gue tunggu di ruang tamu, jadi makin berasa suami yang nungguin istrinya masak sambil nonton tv, trus ntar kalo mateng teriak buat makan bareng."
"Persetan!! Halu aja terus lo sana." Biru semakin geram dengan ucapan Brigas yang melantur tak karuan, walaupun terlihat jelas bahwa ia menahan senyuman yang membuat pipinya merah merona.
~•••~
Tiga puluh menit berlalu, sejak Sendu berdiri di depan cafe seraya menunggu Sangkar untuk menjemputnya. Sendu sendiri cukup kaget saat Sangkar menghubunginya dan bilang akan menjemputnya pulang kerja. Sebelumnya, Sendu tidak terlalu sering berinteraksi dengan Sangkar saat bertemu. Entah kali ini mengapa Sangkar berniat untuk menjemputnya.
"Loh, belum pulang?"
Sendu langsung menoleh ke samping saat mendapati suara tersebut, ia menemukan Rigel yang baru saja keluar dari cafe menggunakan kemeja putih yang bagian lengannya di lipat ke siku dan dipadukan dengan celana jeans hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANKER
Short Story"𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐦𝐛𝐢𝐬𝐢, 𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢𝐦𝐚𝐧𝐚 𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐬𝐞𝐦𝐞𝐬𝐭𝐚 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐬𝐭𝐮𝐢?" -𝓧𝓪𝓿𝓲𝓮𝓮𝓻𝓬𝓪𝓵 ••• Brigas Air Samudra, lelaki dengan paras tampan dan juga kedudukannya yang tinggi. Kebanyakan orang menghindari Brigas, berurusan...