BAB 5

12K 947 9
                                    

"Biru, lo bisa balapan emangnya?" Tanya Sendu yang tengah duduk di samping Biru seraya terus menerus menanyakan hal yang serupa.

"Nyoba aja dulu." Jawab Biru tanpa beban.

"Berarti lo gak pernah balapan kan? Kalo lo kalah gimana? Lo yang bakal jadi babu Brigas gantiin gue."

Biru memutar badannya menghadap Sendu yang tampak cemas. "Lo tenang aja sih, liat aja nanti."

"Lo nanti malem mau liat gue balapan kan?" Tanya Biru memastikan.

"Gue ada jam kerja tapi gue mau izin libur supaya bisa liat lo balapan nanti, gimana pun ini menyangkut gue juga Ru." Jawab Sendu.

Biru tertawa kecil. "Pinter lo."

Beberapa saat kemudian terdengar bel masuk jam pelajaran pertama di mulai. Semua murid yang berada di luar kelas langsung berbondong-bondong masuk agar tidak mendapat hukuman dari guru yang akan mengajar kelasnya.

Laura, gadis yang duduk di depan bangku Biru dan Sendu itu membalikkan tubuhnya. "Ehh, lo orang kaya yah?" Pertanyaan itu Laura tujukan pada Biru.

Biru hanya bisa mengerutkan dahinya saat mendapat pertanyaan dari Laura. Pertanyaan yang tidak ada gunanya, apa pentingnya jika Biru kaya ataupun miskin.

Tidak mendapat respon membuat Laura kembali bertanya. "Motor yang lo pake itu gak murah loh, Abang gue juga punya harganya mahal kan?"

"Apa pentingnya sih gue punya banyak duit atau gak? Toh, gak bakal ngaruh juga sama lo." Jawab Biru membuat raut wajah Laura langsung berganti kesal.

Sendu hanya menyimak percakapan Biru dengan Laura, jika membahas kekayaan ia memilih agar tetap diam. Karna ia saja tidak memiliki banyak uang untuk bergabung di percakapan itu.

"Gue cuma nanya, atau lo mau main gak ke rumah gue sepulang sekolah nanti? Mama gue punya butik yang terkenal, nanti gue ajak lo deh buat kesana." Tawar Laura. Jujur saja, saat ia melihat Biru bersama motornya di parkiran. Laura langsung ingin berteman dengan Biru, karna ia merasa bahwa Biru selevel dengannya berbeda dengan Sendu.

"Sorry, gue sibuk dan gak ada waktu. Lagian gue gak ada minat sama produk murahan." Tolak Biru yang tentunya membuat Laura kalah telak dengan ucapannya.

Sendu hanya bisa menahan tawanya saat mendengar jawaban Biru. Ia juga bisa melihat dengan jelas wajah Laura yang sudah merah padam.

"Sialan! Gue cuma punya niatan baik!" Sarkas Laura, hal itu mengundang tatapan dari beberapa murid yang berada di kelas.

"Sialnya, niat baik lo salah orang." Tinta Biru yang tak mau diam membalas ucapan Laura.

Laura berdiri dari duduknya. Ia menunjuk wajah Biru. "Lo sok banget sih? Lo itu anak ba—"

"Selamat pagi anak-anak." Suara itu membuat ucapan Laura terpotong. Seorang guru wanita masuk ke dalam kelas membawa beberapa tumpuk buku dan juga penggaris. Lalu tatapan guru itu jatuh pada Laura.

"Laura, duduk." Ucapnya membuat Laura duduk seketika dengan emosi yang masih belum mereda.

Biru tersenyum tipis mendapat kemenangan itu. Ia menoleh pada Sendu. "Dia kan yang pernah bully lo sebelum Brigas?" Tanyanya.

Sebelum menggangguk, Sendu di buat binggung karna Biru mengetahui hal tersebut. Namun pada akhirnya ia bertanya. "Lo kok tau sih?"

"Apa sih yang gak di ketahui sama seorang Biru, right?"

~•••~

Entah apa yang terjadi pada Brigas siang ini. Namun, cowok itu tampak berbeda dari biasanya. Brigas terlihat menikmati makanannya dengan tenang di bangku pojok kantin bersama para sahabatnya. Tidak ada drama ataupun keributan yang terjadi di jam istirahat kali ini.

HANKER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang