BAB 29

6.4K 481 26
                                    

Hembusan angin menerpa rambut Biru, membuatnya beterbangan menuju arah barat hingga menutupi sebagian wajahnya. Biru memilih untuk mengikat rambutnya kebelakang, walaupun begitu beberapa anak rambut masih saja beruraian dan ikatan rambutnya sedikit acak-acakan. Namun, sialnya Biru terlihat mempesona dengan rambut tak tertata itu.

Setelah menyaksikan perdebatan yang tiada ujungnya antara Brigas dan Sakti. Biru memilih untuk melarikan diri mencari ketenangan sesaat, sampailah ia di rooftop sekolah yang sepi mengigat jam pelajaran sudah berlangsung tiga puluh menit yang lalu.

Hiruk pikuk kota terlihat jelas dari rooftop sekolah. Namun, bukanlah keindahan, melainkan kemacetan kota yang membuat para pengendara saling membunyikan klaksonnya. Dilain sisi kota, jika Biru menoleh ke arah timur maka ia akan menemukan pesawahan yang di dominasi dengan sungai kecil berarus deras. Maka Biru lebih memilih untuk menikmati pesawahan tersebut.

Sebuah notifikasi di ponselnya membuat ia menyentuh benda pipih tersebut untuk melihat notifikasi yang tertera disana, sebuah chat dari Sakti yang terlihat khawatir atas kejadian barusan.

Sakti XII IPS 2

Maaf, udah bikin lo gak nyaman dengan kejadian barusan

Sekarang dimana? Di kelas gak ada? Bolos yah?

Gak takut emangnya? Sekrang pelajaran akutansi kalo lo lupa, pak Bambang galak loh

Dari tadi aja udah keliatan asap dari telinga sama kupingnya, abis marahin gue telat masuk kelas soalnya hehehe

Pasti bentar lagi mukanya jadi merah kalo sadar lo ga ada di kelas

Deretan pesan yang masuk dari Sakti, membuat Biru mengukir sebuah senyuman. Walaupun begitu, ia tidak berniat untuk membalas pesan tersebut. Jika ada kesempatan mendeskripsikan Sakti dengan warna, maka Biru akan memilih warna hijau. Karna Sakti memiliki pribadi yang ceria (soalnya dia selalu aktif di kelas), baik (baik karna suka ngasih Biru keju slise), tegas (udah cocok jadi pemimpin negeri), bertanggung jawab (karna sakti gak pernah lalai sama tugasnya),  selebihnya Biru belum tau pasti.

"Chat dari pacar lo yah?"

Biru terkejut setengah mati saat suara tersebut menggema di telinganya. Ia segera membalikkan badan dan menemukan Kaiven yang berdiri seraya mengisap sebatang rokok di mulutnya.

"Anjing yah lo, bikin kaget aja." Gertak Biru selagi menetralkan detak jantungnya yang masih berdebar kencang.

"Ngapain lo disini? Bolos kelas?" Tanya Kaiven seraya berjalan menuju tepian pembatas rooftop.

Biru menghela nafasnya, lalu ia ikut berjalan menuju pembatas rooftop sehingga berdiri di samping Kaiven. "Mungkin, kalo lo?"

"Udah jelas sih." Kaiven menyodorkan sebatang rokok yang telah ia hisap beberapa kali.

"Pecandu?"

"Sesekali doang."

Setelahnya, Biru hanya mengangguk paham. Lalu netranya menangkap kemacetan kota yang belum usai sejak tadi. Bedanya, sekarang ia tak lagi sendirian karna ada Kaiven bersamanya.

"Mau coba gak?"

Biru lantas menoleh, Kaiven menyodorkan rokok pada Biru. "Bikin plong pikiran."

HANKER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang