BAB 24

7.9K 603 16
                                    

Atmosfer terasa amat dingin saat tatapan tajam bak elang milik Rigel beradu pandang dengan mata kecoklatan Biru yang tampak setenang air danau. Sejak beberapa menit yang lalu, keduanya belum mengeluarkan sepatah kata pun. Sendu yang melihat hal itu dari kejauhan pun menjadi cemas. Pasalnya, saat di perjalanan menuju Cafe. Biru sempat menanyakan tentang hubungan Sendu dengan Rigel. Walaupun tidak memberikan kepastian akan pertanyaan Biru, takut-takut Biru nekat menanyakan hal tersebut kepada Rigel.

Biru menghembuskan nafasnya. Lantas ia memutuskan kontak mata dengan Rigel, lalu Biru mengambil segelas minuman yang tadinya ia pesan. Setelah meneguk minumannya, terdengar suara Rigel menyapa pendengarannya.

"Jangan mainin Brigas."

Biru mengangkat kepalanya untuk kembali bertatapan dengan Rigel yang masih menatapnya dingin. "Dia bukan mainan kok, tapi target gue." Balas Biru disusul dengan senyum miring.

"Apapun alasan lo, gue harap lo gak akan bertindak bodoh dengan mainin perasaan Brigas."

"Sejak awal gue gak pernah mainin perasaan dia, yang ada tuh dia ngejar-ngejar gue."

Rigel menegakkan punggungnya. Lantas, menaruh kedua tangannya di atas meja. "Apa tujuan lo dateng kesini?"

Alis Biru terangkat. "Tiba-tiba banget lo nanya begitu?"

"Semua akses data pribadi lo kunci rapat-rapat. Ada hal besar apa yang lo sembunyiin di kehidupan lo sebelumnya?"

Ucapan Rigel semakin melantur kesana-kemari. Hal itu membuat Biru cukup jengah karna Rigel berusaha mencampuri urusannya. "Ternyata orang yang belakangan ini berusaha masuk ke akses data pribadi gue itu lo?" Biru tertawa pelan. Lantas tatapannya kini berubah menjadi nyalang. "Sampai kapanpun lo gak akan bisa buka akses itu, gak usah buang-buang tenaga dan waktu lo buat suatu hal yang akan jadi sia-sia."

Rigel menyeringai mendengar penuturan dari Biru, jujur saja dirinya dibuat penasaran dengan segala hal tentang Biru. Padahal ia sudah menyewa beberapa ahli komputer untuk mencoba membuka akses data pribadi milik Biru, namun hasilnya tetap saja nihil.

"Lo tau kan kedudukannya keluarga Brigas? Gue harap lo cepet sadar dan berhenti bertindak bodoh."

Seringaian dari bibir Biru membuat Rigel mengerutkan dahinya.

"Lo juga tau kan kalo Brigas gak bisa liat orang terdekatnya jadi pengkhianat? Dan nyatanya lo yang bertindak bodoh." Biru membalas ucapan Rigel.

Sepertinya Rigel paham betul dengan arah pembicaraan Biru yang mencoba menyindir dirinya. Rigel menoleh kepada Sendu yang terlihat melayani pengunjung. Ia menarik sudut bibirnya saat Sendu membalas tatapan itu.

"Apa lo tau kalo Sendu belakangan ini selalu diteror?"

Pertanyaan dari Biru membuat Rigel menoleh kepada gadis tersebut. Di depannya, Biru menghembuskan nafasnya seraya tersenyum tipis. "Kayaknya lo gak tau yah?"

"Apa maksud lo?"

"Cari tau aja sendiri. Tapi, inget perkataan gue kali ini. Kalo lo beneran suka sama Sendu, lindungi dia semaksimal mungkin. Jangan biarin orang jahat bisa jangkau dia, jangan pernah ngeremehin danau yang tenang, siapapun dan kapanpun bisa aja jadi pengkhianat, Sendu itu bak berlian, tapi dia juga rapuh dan mudah hancur." Ungkap Biru dengan panjang lebar.

Rigel hanya diam seraya menelan kata demi kata yang keluar dari Biru. Dalam diamnya, Rigel mencoba berfikir sedalam mungkin untuk mencari arti dari perkataan Biru yang membuatnya membutuhkan banyak ruang berfikir yang sedang menunggu jawabnya.

"Lo bukan anak kecil lagi, udah saatnya bisa bedain mana yang bener dan mana yang salah. Hanker, itu bukan rumah lo. Yang bener-bener rumah itu, yang bisa buat lo nyaman diwaktu paling terpuruk sekalipun, yang bisa buat lo pulang disaat lelah, dan yang paling penting adalah rumah yang bisa merubah lo menjadi kepribadian yang lebih baik dari sebelumnya, bukan jadi iblis kayak mereka. Gue kira lo yang paling bijak diantara mereka, tapi gue salah. Lo sama aja kayak mereka. Sendu gak cocok buat cowok kayak lo."

HANKER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang