Di siang ini yang bertepatan pada hari minggu, Biru berinisiatif untuk datang ke cafe tempat Sendu bekerja. Berhubung Biru sendirian berada di apartemen, sedangkan Sangkar dan Handaru sedang ada pekerjaan penting, maka Biru ingin menghabiskan waktunya di cafe ini. Cafe dengan interior yang mampu menarik perhatian kalangan remaja, persediaan spot berfoto yang kekinian menambah daya tarik tersendiri.
Biru duduk di bangku bagian depan pojok bersebelahan dengan jendela besar yang menyajikan pemandangan padatnya kota siang itu. Kemacetan di depan sana terlihat menguras kesabaran para pengendara, beberapa pengamen mengambil kesempatan untuk menghasilkan uang di tengah kemacetan, dan juga terlihat pedagang kaki lima yang mulai menjajakan dagangannya.
"Ru." Suara lirih itu mengalihkan atensi Biru menoleh pada Sendu yang berdiri di depannya.
"Kenapa?" Tanya Biru pada Sendu.
"Maaf banget yah gue gak bisa nemenin lo, soalnya cafe lagi rame-ramenya."
Biru memperhatikan sekitar yang ternyata cafe memang sudah dipenuhi banyak pelanggan. Bahkan banyak yang mengantri diluar untuk masuk ke dalam cafe. Padahal saat Biru datang tadi suasana cafe bisa dibilang sepi, mungkin ia tak menyadari itu karna terlalu fokus pada padatnya jalanan kota.
"Yaelah, santai aja kali. Bentar lagi juga gue mau balik, lo kerja aja yang rajin biar ga dipecat." Ucap Biru dengan tawa pelan.
Sendu membalas tawa Biru. "Yaudah kalo gitu gue lanjut kerja yah, lo kalo mau balik hati-hati jangan ngebut."
"Siap." Balas Biru.
Kemudian Sendu kembali melanjutkan tugasnya melayani para pelanggan yang baru saja datang. Biru kembali menoleh pada jalanan, sebuah pengendara motor ninja berwarna hitam yang Biru kenali memarkirkan motornya di depan cafe. Saat sang pengendara lelaki itu turun dari motornya dan masuk ke dalam cafe, Biru hanya memperhatikannya hingga lelaki itu menghampiri Sendu yang tengah membawa nampan tumpukan piring kotor.
Keduanya tampak berbincang pelan. Hingga beberapa kemudian Sendu bergegas masuk kedalam dapur dengan wajah yang panik, sedangkan lelaki itu mulai menyadari keberadaan Biru. Keduanya saling diam terkunci dalam tatapan satu sama lain. Sampai akhirnya Sendu keluar dari dapur dengan baju yang berbeda dari sebelumnya, kini Sendu terlihat memakai kaos oblong dengan celana berbahan circle berwarna abu-abu gelap.
Setelah kembali berbincang pendek dengan lelaki tadi, Sendu segera menghampiri Biru. "Ru, ayo pergi dari sini."
"Loh kenapa?" Tanya Biru yang melihat wajah panik Sendu.
"Lo gak usah banyak tanya." Jawaban itu bukan dari Sendu, melainkan lelaki tadi yang tengah berbincang dengan Sendu.
"Lo ngapain disini? Antek-antek lo mana?"
"Ru, Rigel disini bantu gue. Jadi gue mohon ayo pergi dari sini." Ujar Sendu yang tanpa basa-basi lagi langsung menarik tangan Biru untuk keluar dari cafe tersebut.
Biru mengikuti langkah Sendu yang menariknya keluar dari cafe. Setelah sampai di samping motor Biru, Sendu meminta Biru untuk segera membawanya pergi. Tanpa mengajukan pertanyaan lagi, Biru segera mengemudikan motornya keluar dari area cafe.
Namun, saat kedua baru keluar dari area Cafe. Mereka melihat keempat motor ninja memasuki area Cafe, keempat pengendara itu tentunya sangat Biru kenali karna merupakan anggota inti dari Hanker. Tetapi, sepertinya keempat lelaki itu tak menyadari bahwa mereka tengah berpapasan dengan Biru dan Sendu.
Dan kali ini Biru tau alasan Sendu memintanya bergegas pergi dari cafe. Namun, Biru belum mengerti kenapa Rigel malah membantu Sendu menghindar dari Brigas dan sahabatnya yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANKER
Short Story"𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐦𝐛𝐢𝐬𝐢, 𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢𝐦𝐚𝐧𝐚 𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐬𝐞𝐦𝐞𝐬𝐭𝐚 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐬𝐭𝐮𝐢?" -𝓧𝓪𝓿𝓲𝓮𝓮𝓻𝓬𝓪𝓵 ••• Brigas Air Samudra, lelaki dengan paras tampan dan juga kedudukannya yang tinggi. Kebanyakan orang menghindari Brigas, berurusan...