⚠WARNING!!!
THIS STORY CONTAINS HARSH SPEECH, SEX, OBSESSION, HARASSMENT, AND VIOLENCE.
===•===
RED FLAG AREA🚩
===•===
SHUT UP AND WATCH.
===•===
STUCK IN THE DARK.
===•===
“My flower.”
~Ren Alzada.===•===
“Mbak, bibit bunga matahari sama tulip. Masing-masing 4 ya mbak.”
Daisy mengangguk lantas tersenyum ramah, “tunggu bentar ya kak. Silahkan duduk dulu.”
Daisy pun mengambilkan pesanan pelanggan itu. Disaat orang lain menikmati masa liburannya, Daisy justru bekerja fullday ditoko bunga. Namun, dia tidak sedih. Karena memang, dia menyukai pekerjaannya dan ingin membantu sang ibu. Meskipun dihati kecilnya ingin berlibur, namun dia mengertikan keadaan. Dia hanya orang pas-pasan.
Tak berapa lama Daisy datang dengan bibit bunga yang pelanggan itu mau. Setelahnya, Daisy melayani pelanggan lain yang tengah menunggu. Jasmine yang melayani pembayaran pelanggan diam-diam mengamati sang putri. Dia tersenyum tipis, merasa beruntung dengan Daisy yang menerima apa adanya. Tidak menuntut ini itu bahkan kadang, Jasmine yang menawarkan namun Daisy menolaknya. Tidak ingin membebankan sang ibu tentunya. Cukup lama mereka melayani pelanggan yang ada, kini Daisy bisa beristirahat sejenak.
“Nak Daisy, diminum dulu. Kamu pasti capek,” kata Hastri, bude dari almarhumah Binar. Dia menaruh secangkir teh dimeja membuat Daisy menoleh.
“Eh bude? Makasih,” balas Daisy tersenyum ramah. Hastri mengangguk pelan kemudian duduk berhadapan dengan Daisy.
“Bude denger, kamu dapet peringkat satu di kelas.”
“Iya bude, alhamdulillah. Berkat doa bude juga,” kata Daisy.
“Bude seneng dengernya... Semangat belajarnya yah Daisy, bude selalu doain yang terbaik buat kamu. Jujur bude salut sama kamu, padahal kamu kerja paruh waktu disini setiap hari. Tapi bisa atur jam belajar kamu. Pertahanin gih,” ucap Hastri memberikan support. Daisy tersenyum sambil mengangguk pelan.
“Pasti bude, Daisy juga nggak mau sampe ngecewain mama.”
“Pinter... Bude pulang dulu ya, kamu jangan terlalu keras kerjanya. Kalo capek boleh istirahat atau nggak pulang, bude izinin kok.”
“Iya bude, makasih yah. Bude hati-hati dijalan.”
Wanita berkulit kriput itu mengangguk. Melihat senyuman Daisy entah mengapa mengingatkannya pada keponakan lugunya. Binar. Hastri menghapus sudut matanya yang berair. Binar sudah bahagia dengan kedua orang tuanya dan... Dengan Aksara mungkin?
Daisy pun meminum teh tersebut. Sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman. Teh buatan Hastri adalah yang terbaik.
“Kamu mana pernah kecewain mama sayang,” kata Jasmine membuat Daisy menoleh. Jasmine duduk disamping Daisy kemudian menghusap puncak kepala putrinya lembut.
“Yang ada, kamu selalu bikin mama bangga.”
“Mama,” Daisy menggenggam tangan sang ibu, “Daisy janji bakalan selalu berusaha bikin mama bahagia sama seperti mama yang selalu buat Daisy bahagia. Daisy sayang mama.”
KAMU SEDANG MEMBACA
ALZADAISY[End]
Teen FictionWARNING⚠ [CERITA INI MENGANDUNG UJARAN KASAR, SEX BEBAS, OBSESI, TAWURAN, KEKERASAN, DAN JUGA HAL NEGATIVE LAINNYA. DIMOHON YANG MASIH DIBAWAH 15 TAHUN JANGAN BACA CERITA INI! DEMI KEBAIKAN BERSAMA, OKEY??🤸♂️] [Seri II] _____ Ini cerita tentang Re...