15.Hanya Merindukanmu

70.9K 5.1K 12.2K
                                    

⚠WARNING!!!

THIS STORY CONTAINS HARSH SPEECH, SEX, OBSESSION, HARASSMENT, AND VIOLENCE.

===•===

SHUT UP AND WATCH.

===•===

STUCK IN THE DARK.

===•===

   Cklekkk.

   Pintu kamar terbuka perlahan. Menampakkan seseorang mulai memasuki ruang bermain. Dia menatap datar bocah yang meringkuk di lantai. Tampak kedinginan namun sudah terlelap. Dia Altaz, yang mengurung di ruang bermain tanpa mau makan dan meminum obatnya. Kedua tangan kekarnya menggendong bocah itu dan membawanya kedalam kamar. Merebahkan tubuh Altaz secara hati-hati kemudian menyelimutinya. Dia menyentuh kening Altaz. Panas. Cowok berkacamata itu menghusap kening Altaz dengan tatapan teduh.

   “Maaf,” kata Alzada lirih.

   “Aku selalu menyayangi kalian. Aku seperti ini, karena tidak ingin kalian merasakan apa yang aku rasakan. Daddy kita berbeda,” Alzada menatap Altez yang sudah terlelap di ranjang sebelah.

   Cowok berkacamata itu berdiri lantas mematikan lampu utama. Menyalakan lampu tidur dan menghampiri Altez. Sama halnya Altaz, Alzada juga menghusap keningnya. “Jaga adikmu,” katanya lagi-lagi dengan nada lirih.

   Setelah mengatakkan hal itu, Alzada pun pergi darisana. Menutup pintu kamar itu secara perlahan. Setelah dari kamar kedua adiknya, Alzada pergi ke balkon. Tentu dengan menaiki lift yang ada di rumahnya. Sampai di balkon Alzada mengeluarkan ponselnya. Menelefon seseorang.

“Sedang apa dia?”

“Nona muda sudah ke kamar setelah mengantar anda ke teras tadi, tuan.”

Tut.

   Guna memastikan, Alzada mengecek cctv yang terpasang di kamarnya. Dia tersenyum ketika melihat Daisy tampak terlelap. Gadisnya sangat cantik saat tertidur. Alzada terkekeh pelan lantas mematikan ponselnya. Dia menatap langit malam yang begitu indah dengan bintang dan bulan sebagai hiasan.

   “Kak Ren kapan datang?”

   Alzada menoleh sekilas, “baru saja.”

   Aristide mendekati sang kakak. Dia berdiri disampingnya, “kakak sudah menemui si kembar?”

   “Tidak,” Alzada mengeluarkan rokoknya, “aku kemari untuk Molly.”

   “Aku mengerti, ada yang ingin aku katakan padamu kak. Ini mengenai Mella,” ungkap Aristide membuat Alzada menatapnya serius. Dia menyondorkan ponselnya.

   “Awalnya aku hanya penasaran pada sosok kakak laki-laki yang membuat si kembar iri hingga mereka kekanak-kanakan seperti itu. Namun saat ku telusuri lebih lanjut, laki-laki itu... Mella menyukainya, baik Anzar dan Anzel mengetahuinya namun tidak mau memberitahukannya pada daddy. Menurutmu, apa perlu kita buat dia—”

   “Biarkan saja,” sela Alzada, “aku ingin lihat apa Mella benar-benar mirip dengan mommy, atau daddy. Daripada mengurus hal itu, bagaimana dengan gadismu?”

   “Tidak apa-apa kak, aku—”

   “Kau menyekapnya di rumah dekat danau biru yang daddy hadiahkan padamu saat ulang tahunmu. Dan itu sudah lebih dari 2 minggu,” Aristide langsung terdiam. Dia menyembunyikan kegugupannya.

ALZADAISY[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang