32. Kehilangan

4.3K 494 85
                                    

Kayla sama sekali tidak pernah menyangka kalau malam terindah bagi sahabatnya malah menjadi malam terburuk bagi dirinya sendiri. Cewek cantik dengan balutan gaun warna hitam selutut menghampiri dua orang yang sedang berbicara. Orang itu tidak lain adalah Nadin dan Robby———orang tua Alvano.

"Mama," panggil Kayla.

Kayla langsung memeluk Nadin. Cewek cantik itu membenamkan wajahnya di ceruk leher Nadin. Bibirnya bergetar hebat menahan suara tangis yang menyesakkan dada. Nadin sendiri mengusap punggung Kayla dengan begitu lembut. Nadin sangat menyayangi Kayla.

"Kayla, kamu kenapa? Coba cerita sama Mama sebenarnya kamu kenapa?" tanya Nadin begitu lembut yang masih memeluk Kayla. "Mama udah pernah bilang sama kamu. Kalau kamu boleh anggap Mama sebagai tempat sampah untuk membuang kesedihan kamu."

Lagi dan lagi air mata Kayla kembali menetes setelah mendengar apa yang dikatakan Nadin. Kayla sama sekali tidak sanggup mengatakan yang sebenarnya. Setiap mengingat hal tersebut membuat hatinya perih.

"Kayla gak sanggup cerita sama Mama untuk sekarang ini. Kayla cuma pengen meluk Mama. Makasih Mama Nadin selama ini sudah sayang sama Kayla."

Bibir milik Nadin melengkung ke atas. Wanita paruh baya itu membiarkan seseorang yang sangat dicintai oleh putranya untuk memeluk dirinya. Nadin sama sekali tidak mempermasalahkan hal tersebut. Robby sendiri pun turut mengusap puncak kepala Kayla.

"Kamu udah kami anggap seperti anak sendiri."

Alvano tersenyum memerhatikan orang tuanya sangat menyayangi orang yang dicinta. Andaikan saja dirinya bisa memutar waktu, sudah pasti Alvano sama sekali tidak akan menyakiti Kayla. Cowok yang mengenakan kaus putih polos ditambah jas hitam dengan kacamata yang bertengger di depan matanya, berjalan mendekati orang tuanya yang bersama Kayla.

"Gue seneng lihat lo masih akrab sama Mama dan Papa gue, Kay. Gue harap kalau kita bisa balik lagi kayak dulu, tapi kayaknya itu gak mungkin terjadi lagi."

***
Alvano memukul rahang kokoh Elbara. Sorot matanya menghunus tajam memasuki netra hitam Elbara. Napasnya memburu tidak beraturan. Alvano marah. Dia marah dengan suami dari mantan pacarnya.

"Lo kalau udah gak mau sama istri lo sebaiknya lo tinggalkan Kayla dengan baik-baik!" Lagi dan lagi Elbara menerima pukulan dari Alvano.

"Lo nyuruh gue ninggalin istri gue? Lo gila atau gimana?" Tangannya bergerak membogem pipi Alvano.

Alvano berdesis ngilu kala pipi sebelah kanannya menerima bogeman yang kuat dari Elbara.

"Lo yang gila! Ngapain lo main gila sama cewek lain, Elbara Arjuna Ragaspati!" Alvano menendang kaki Elbara dengan sekuat tenaga sehingga Elbara tersungkur dan kepalanya lagi dan lagi terbentur.

"Gue gak main gila sama Shella!"

"Dia bohong Al! Dia udah maksa gue!" bantah Shella.

"Anjing! Shella siallan lo!" umpat Elbara.

Aksa dengan cepat mendorong tubuh Alvano. Penampilan Alvano benar-benar acak-acakan. Peluhnya kian bercucuran dari dahi dan lehernya.

"Giliran gue, Al!" seru Aksa.

"Sa, ini gak——" Elbara berdesis ngilu kala pipi sebelah kirinya dipukul Aksa dengan sekuat tenaga. Pukulan yang dilayangkan cowok itu membuat sudut bibir Elbara mengeluarkan cairan kental berwarna merah.

"Sa, dengerin penjelasan gue dulu!" Elbara bangkit dari duduknya. Elbara memegang kepalanya kala dirinya sama sekali tidak bisa mengingat apa yang terjadi dengan dirinya. "Sa, gue——"

ELBARAKAYLA [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang