37. Fakta yang mengejutkan

4.1K 456 94
                                    

Senyum dari bibir seorang cowok yang tengah mengaduk susu mengembang dengan sempurna. Senyuman manis itu membuat mata Elbara menyipit. Wajah tampan cowok itu tampak berseri-seri. Pipinya memerah bak kepiting rebus. Setelah urusan dengan susunya selesai, cowok jangkung melangkah keluar dari dapur sembari membawa tumbler gambar sapi.

"Kayla," ucap Elbara ketika mata miliknya menangkap objek seorang cewek yang ketiduran di sofa.

Elbara tersenyum. Dia menghampiri istrinya dan dengan cepat cowok itu menggendong istrinya. Kaki jenjangnya mengantarkan dirinya menuju kamar dan melupakan tumbler gambar sapi yang dia simpan di meja.

"Istri gue cantik banget! Gak sabar gue pengen nyium dan pengen gigit pipinya!" ucap Elbara dengan gemas.

Dengan sangat hati-hati Elbara membaringkan Kayla di kasur yang tipis. Elbara tidak lupa menyelimuti istrinya sampai batas dada. Tangan kekarnya terus bergerak mengusap rambut Kayla dengan penuh kasih sayang.

"Nenek Sari gila banget, Sayang. Masa aku disuruh menceraikan kamu. Aku gak bisa, Kay. Aku lebih memilih gak tahu keberadaan mama aku di mana daripada harus kehilangan seseorang yang selama ini ada di samping aku. Aku gak mau kehilangan kamu, Kay," kata Elbara sembari menatap wajah cantik istrinya.

Elbara menghela napasnya berat. Cowok itu menyandarkan punggungnya di dinding. Dia mendongak, menatap langit-langit kamar. Sebenarnya Elbara ingin tahu keberadaan mamanya ada di mana. Cowok itu ingin menanyakan kepada mamanya alasan wanita itu tidak menjenguk dirinya selama belasan tahun. Elbara ingin mencari keberadaan mamanya. Namun, dia sama sekali tidak memiliki foto mamanya karena foto yang dia milikki sudah dibakar. Pelakunya jelas-jelas Sari. Sari tidak ingin Elbara mengetahui kalau selama tujuh belas tahun ini wanita paruh baya yang melahirkan Elbara sering mengirim surat.

"Mama di mana? Elbara kangen banget sama mama. Elbara pengen dipeluk sama mama——" Elbara menjeda ucapannya. Dia tertawa pelan. "Ngapain gue ngangenin mama. Mama juga belum tentu ingat sama gue."

Di akhir kalimatnya Elbara meneteskan air mata. Belasan tahun tidak berjumpa dengan mamanya membuat Elbara selalu menganggap bahwa kehadiran dirinya di dunia ini tidak diinginkan mamanya. Elbara hanya merasakan kasih sayang mamanya sampai dia berumur lima tahun dan itu disaat Elbara masih belum mengerti apa-apa. Elbara hanya tahu mainan, mainan, dan mainan. Elbara tidak tahu kalau laki-laki yang waktu itu menjemput mamanya adalah selingkuhan mamanya.

"G–gue cengeng banget, anjir!" Elbara mengusap air mata yang mengalir di pipinya. "Yang paling penting anak-anak gue gak boleh ngerasain apa yang gue rasakan selama ini. Dua bocil gue harus bahagia." Elbara mengubah posisinya menjadi tiduran sambil menghadap ke arah istrinya. "Termasuk istri gue sendiri harus bahagia untuk selamanya." Elbara melingkarkan tangannya di perut istrinya. "Selamat malam."

***
Shella berteriak kencang ketika bayang-bayang kejadian dua minggu yang lalu kembali menghantui pikirannya. Shella meringkuk di sudut kamar tanpa penerangan sedikit pun. Peluh dari dahi dan lehernya kian bercucuran ketika suara berat seseorang yang sempat Shella dengar dua minggu yang lalu berputar lagi di memori otaknya. Suara orang itu terdengar samar-samar di telinga Shella. Shella semakin memeluk tubuhnya sendiri tatkala apa yang dikatakan Elbara kembali terngiang-ngiang di benaknya.

"Yang dekat sama  lo itu cuma om Ryan! Kemungkinan anak yang ada di rahim lo itu anak om gue, yaitu om Ryan. Bukan anak gue!"

"GAK! GAK MUNGKIN INI ANAK OM RYAN!"

Shella takut. Takut kalau yang dikatakan Elbara itu benar. Masalahnya, setelah kejadian itu Ryan langsung menghilang dan tidak bisa dihubungi.

"Gue gak peduli ini anak siapa, tapi gue pengen anak ini jadi satu-satunya anaknya Elbara Arjuna Ragaspati." Sudut bibirnya terangkat. "Sampai kapan pun tidak ada orang yang bisa memisahkan anak gue dengan papanya sendiri yaitu Elbara Arjuna Ragaspati." Shella mengusap perutnya dengan sayang. "Mama akan rebut papa kamu dari pelakor siallan dan dari dua anak yang sok akrab banget sama papa kamu!" Shella mengepalkan tangannya. Sorot matanya menghunus tajam. "Argh! Pokoknya Elbara cuma milik gue dan milik anak yang ada di rahim gue!" ucap Shella penuh penekanan.

ELBARAKAYLA [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang