"Sayang, tumbler gambar sapi punya aku di mana?" Seorang cowok yang baru pulang kerja menanyakan keberadaan tumbler gambar sapi yang menjadi benda kesayangannya ke istrinya yang tengah menyuappi Bella.
"Sayang, tumbler aku mana?" tanya Elbara lagi.
"Aku buang," balas Kayla. Tangannya bergerak mengusap bibir Bella yang berlepotan.
Elbara menggeram kesal. "Kamu jahat! Masa tumbler gambar sapi kesayangan aku kamu buang!" Mata Elbara memanas. Cairan bening dari matanya mulai menetes. "Sayang, tumbler gambar sapi itu separuh napas aku. Kalau gak ada tumbler gambar sapi aku bisa sesak napas, Kayla," ujarnya dengan bibir yang bergetar hebat karena menahan suara tangis.
"Jadi tumbler itu lebih berharga daripada aku?"
Elbara tampak berpikir sejenak. Namun, satu detik kemudian cowok yang mengenakan balutan kaos abu dan celana kain warna hitam mengangguk dengan samar. Hal tersebut membuat Kayla tidak segan-segan memberikan ancaman ke suaminya.
"Dia udah nemenin aku dari lama. Kalau kamu nemenin aku baru empat tahun. Jadi, kedudukan kamu sama tumbler gambar sapi kesayangannya aku beda jauh," curcol Elbara.
Bisa-bisanya seorang Kayla Tyas Adhitama kalah saing sama tumbler gambar sapi, batin Kayla.
"Oke. Kamu kalau mau tidur gak usah minta dipeluk! Peluk aja tumbler gambar sapi punya kamu! Kan, tumbler gambar sapi lebih berharga daripada aku yang jadi istri kamu!"
Selepas mengatakan itu, Kayla memilih enyah dari ruang tengah. Cewek itu memilih masuk ke kamar sambil menggendong Bella. Kayla buru-buru mengunci pintu kamarnya agar suaminya itu tidak bisa masuk.
Elbara mengacak rambutnya frustrasi. "Argh! Gak gitu, Sayang! Pokoknya kamu paling berharga di hidup aku. Please, bukain pintunya, Sayang." Elbara terus mengetuk pintu kamar berkali-kali. "Sayang," panggil Elbara. "Aku mau susu! Mana tumbler? Aku mau minum susu, Sayang," lanjut Elbara seperti anak kecil yang merengek ingin dibelikan mainan oleh orang tuanya.
Anak kecil yang mengenakan kaos gambar mobil-mobilan warna merah keluar dari kamar. Anak kecil itu melangkahkan kaki kecilnya mendekati papanya yang berdiri di depan pintu kamar.
"Papa," panggil Raymond.
Elbara menoleh. "Anak Papa baru bangun tidur?" tanya Elbara sembari mengusap rambut Raymond.
Raymond mengangguk. "Mama ana, Pa? Lay na mimi cucu. Lay aus na mimi cucu," ujar Raymond sembari menarik-narik lengan papannya.
"Mama ada di kamar. Mama kamu daritadi gak mau bukain pintu. Makanya Papa daritadi cuma di sini."
"MAMA! LAY NA MIMI CUCU!" pekik Raymond membuat Elbara merasa telinganya akan pecah.
Kayla mau tidak mau harus keluar kamar untuk membuatkan susu buat buah hatinya yang paling besar yaitu Raymond. Cewek cantik yang mengenakan daster motif bunga-bunga warna hijau muda dengan sangat hati-hati menaruh putrinya di ranjang bayi.
"MAMA!" panggil Raymond sekali lagi.
Anak kecil itu mundur kala pintu kamar sudah terbuka. Bibirnya melengkung ke atas kala mamanya keluar dari kamar. Kayla sendiri malah celingak-celinguk mencari keberadaan seseorang yang tidak lain suaminya sendiri.
"Papa mana, Ray?" tanya Kayla.
Raymond mengedikkan bahunya. "Adi papa ilang na pelgi ke walung," balas Raymond. "Mama, Lay na mimi cucu di otol dot." Raymond menarik-narik ujung baju yang dikenakan mamanya.
***
"Kenapa lo tiba-tiba ngajak ketemuan sama gue di sini? Mau cari masalah lagi sama gue?" tanya Elbara tidak santai. Raut wajahnya terlihat sangat tegas. Sangat kontras ketika dirinya berada di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELBARAKAYLA [ENDING]
RomanceYang sudah membaca cerita ini, tolong jangan spoiler alur cerita dan endingnya! "𝐋𝐨 𝐧𝐲𝐮𝐫𝐮𝐡 𝐠𝐮𝐞 𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐧𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥𝐢𝐧 𝐢𝐬𝐭𝐫𝐢 𝐠𝐮𝐞? 𝐋𝐨 𝐠𝐢𝐥𝐚 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐠𝐢𝐦𝐚𝐧𝐚?" Sejak kecil, Elbara sudah ditinggal mamanya. Mamanya lebih...