13. Pahlawan super?

6.3K 621 13
                                    

"Raymond! Udah, ya main hujan-hujanannya! Sini, Sayang masuk ke rumah," ujar Kayla yang berdiri di dekat pintu sembari menggendong Bella.

Kayla menghela napasnya kala anak pertamanya itu sama sekali tidak menggubris ucapan dirinya. Anak kecil yang saat ini mengenakan kaos putih tanpa lengan begitu asyik bermain bola dengan papanya. Kaki mungilnya menendang bola hingga berhasil lolos memasuki gawang. Raymond bertepuk tangan kecil atas keberhasilan yang dia raih. Dia begitu bahagia.

"Lay enang! Papa alah!" seru Raymond.

"Raymond! Masuk, Sayang!" ujar Kayla sekali lagi.

Raymond menoleh ke arah mamanya yang berdiri di ambang pintu. "No, Ma! Lay macih mau——" Ucapannya terpotong kala papanya berjalan menghampiri Kayla.

"Papa! Ayo, ain bola lagi, Pa!" Raymond menarik-narik ujung baju yang dikenakan papanya.

Elbara menggendong Raymond. Tangan kekarnya bergerak mengusap rambut Raymond yang basah.

"Besok lagi, ya, Ray. Papa capek banget." Elbara menghela napasnya kala Raymond menggeleng. Namun, sebisa mungkin dia akan membujuk anaknya agar berhenti main hujan-hujanan. "Mainnya di rumah aja, ya. Kita main mobil-mobilan sama Mama dan Papa, mau?"

Raymond mengangguk. Elbara tersenyum tipis. Cowok itu melangkah memasuki rumah. Cowok itu menghentikan langkahnya saat berada di dapur. Elbara mendudukan Raymond di kursi plastik yang ada di dekat meja makan. Berbeda dengan Elbara yang memilih untuk mengeringkan rambutnya mengenakan handuk.

"Buka bajunya, Sayang. Nanti kamu sakit kalau masih pake baju basah kayak gini," ujar Kayla yang duduk di samping Raymond. Di pundak cewek itu sudah ada handuk kecil warna biru milik Raymond.

"Okeh," balas Raymond.

"Mama masak sayur kesukaan Raymond. Sayurnya pake sosis yang banyak," kata Kayla seraya membuka baju Raymond yang basah karena air hujan.

Raymond bertepuk tangan kecil. Pandangan anak kecil itu beralih ke seorang cowok yang hanya mengenakan celana pendek warna hitam dengan tubuh yang dibalut handuk putih duduk di sampingnya. Raymond mengerutkan keningnya kala papanya malah membenamkan wajah di atas lipatan tangan. Tangan kecil Raymond terulur menyentuh dahi Elbara. Satu detik kemudian, Raymond menjauhkan tangannya.

"Anas, Pa!"

"Sayang, kamu sakit? Makan dulu, ya. Biar nanti kamu minum obat pereda demam," ujar Kayla.

"Makannya di kamar, ya. Kepala aku sakit."

Kayla mengangguk. Cewek itu mulai merubah posisinya menjadi berdiri untuk membopong suaminya menuju kamar. Berbeda dengan Raymond yang kini tengah asyik menonton kartun di handphone Kayla. Sesampainya di kamar. Kayla membiarkan suaminya untuk duduk. Sementara itu, dirinya memilih baju yang akan dikenakan suaminya di lemari yang ada di pinggir kasur.

"Nih, pake baju kamu." Kayla menyodorkan kaos hitam ke hadapan suaminya. "Sayang, ambil dong bajunya!"

"Pakein." Elbara nyengir.

Kayla memutar bola matanya. Namun, cewek itu tetap menuruti keinginan suaminya memakaikan baju. Elbara menatap dalam istrinya yang membantu dirinya memakai baju. Saat Kayla hendak memasukkan tangan Elbara ke lubang baju bagian tangan sebelah kiri tiba-tiba Elbara menarik tubuh istrinya. Satu kecupan manis menyambar kening Kayla. Hal tersebut berhasil membuat jantung keduanya berpacu dengan cepat.

"Dasar bayi! Lagi sakit juga masih bisa modus!"

"MAMA!"

Kayla buru-buru melepaskan pelukannya kala mendengar teriakkan Raymond yang memanggil dirinya. Cewek itu berdiri hendak menghampiri Raymond. Kayla menoleh kala tangan kekar Elbara mencekal tangannya.

ELBARAKAYLA [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang