10. Tidak mau kalah

8K 751 7
                                    

Mumpung di rumah tidak ada Raymond. Elbara memanfaatkan kesempatan tersebut untuk bisa tiduran dengan menggunakan paha istrinya sebagai bantalan. Namun, baru saja cowok itu merebahkan tubuhnya tiba-tiba tangisan bayi terdengar sangat kencang.

"Bentar mau liat Bella dulu," ucap Kayla.

Elbara hanya mengangguk. Cowok itu tidak segan-segan menendang meja. Padahal, dia ingin manja-manja sama istrinya, tetapi ada saja gangguan yang menggagalkannya. Elbara bangkit dari duduknya kala ada seseorang yang terus mengetuk pintu. Elbara mengira kalau itu anaknya dan Aksa, tetapi bukan.

"Ngapain lagi lo ke sini, Shell? Kan, gue udah bilang sama lo tolong jauhin gue! Lo jangan pernah nemuin gue lagi. Lo ini budeg atau gimana?"

Elbara tidak habis pikir. Kenapa Shella masih nekat mengejarnya. Padahal, saat ini Elbara tidak mempunyai apa-apa. Lantas, sebenarnya apa yang diharapkan Shella dari seorang Elbara Arjuna Ragaspati?

"Gue cuma mau bilang sama lo. Lo besok temenin gue pergi ke rumah temen gue, ya." Shella menangkupkan kedua tangannya di depan dada. "Gue pengen banget mereka tau kalau kita masih kayak dulu." Shella memasang raut wajah sesedih mungkin. Berharap kalau mantan pacarnya itu bisa mendadak kasian.

"Apa nemenin lo? Lo siapa gue, Shel? Lo bukan siapa-siapa gue. Jadi, lo jangan berharap kalau gue bisa nemenin lo besok ke rumah temen lo!" Elbara mendorong tubuh Shella. "Pergi! Gue enggak mau diganggu sama lo! Lo itu cantik Shell, masih banyak cowok yang mau sama lo!" lanjut Elbara.

"Ada apa sih? Ribut-ribut mulu. Bella baru tidur, jangan ribut-ribut dong!" tegur Kayla dari dalam rumah.

Elbara menarik tangan istrinya. "Sini, Sayang."

"Ini ada apa?" Kayla menatap Elbara.

Elbara merangkul pundak Kayla. "Biasa ada yang minta ditemenin ke rumah temennya. Katanya biar temen dia pada tau kalau aku dan dia masih kayak dulu."

"Kay, gue izin sama lo buat——"

"Gak! Gue enggak bakal ngizinin suami gue buat pergi sama lo! Gue enggak bakal membiarkan pelakor masuk ke kehidupan gue dan Elbara," potong Kayla. "Shell, dulu Elbara memang milik lo, tapi sebenarnya lo itu dulu cuma punya raga dia doang sih. Lo mau tau kenapa? Jawabannya karena dia cuma punya perasaan sama gue doang, Shell. Dia enggak cinta sama lo, Shel!" lanjutnya.

Shella menggeleng. Dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Kayla. Namun, dadanya terasa sesak ketika Kayla mengatakan hal tersebut. Shella tahu banget kalau Kayla tidak mungkin berbohong. Dia selalu jujur.

"Lo enggak usah ngarang cerita, Kay. Gue tau kalau lo itu dulu iri sama gue karena gue bisa milikin Elbara, tapi lo cuma bisa mengagumi dalam diam——"

"Tapi saat itu juga gue sama kayak Kayla, Shell. Sama-sama mengagumi dalam diam," potong Elbara membuat Shella mengatupkan bibirnya rapat-rapat.

***
Ryan tidak habis pikir dengan keponakannya yang selalu membantah perintah dirinya. Padahal, Ryan cuma menyuruh Elbara untuk menemani Shella dan hal itu juga akan dibayar dengan uang yang nominalnya sangat besar, tetapi Elbara malah menolaknya. Saat ini, Ryan sedang berada di sebuah restoran. Dia menunggu kedatangan seseorang yang mengajaknya bertemu.

"Loh? Kok kamu nangis, Shell?" tanya Ryan menatap mata Shella yang tampak sembap.

"Kayla, Om. Dia larang Bara buat nemenin Shella. Padahal, Bara udah mau nurutin keinginan Shella."

"Dasar! Dia itu cuma beban yang bikin keponakan Om menderita, Shella." Ryan menepuk pundak Shella. "Kamu enggak usah sedih. Kayla biar jadi urusan Om. Pokoknya besok Elbara bakal nemenin Shella," lanjut Ryan berusaha menenangkan Shella.

ELBARAKAYLA [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang