38. Pelukan terakhir

4.4K 438 36
                                    

Raymond berdiri dari duduknya tatkala mata miliknya menangkap objek seorang cewek yang tidak lain adalah mamanya sendiri berjalan ke arahnya. Anak kecil itu dengan cekat memeluk mamanya.

"Mama dali ana?" Raymond mendongak.

"Mama habis jalan-jalan sebentar. Gimana main sama Om Haikal dan Tante Aqilla?" tanya Kayla sembari melirik ke arah pasangan suami-istri yang tengah menikmati rujak buah di teras rumah. "Seru?" Kayla kembali menatap buah hatinya.

Aqilla melambaikan tangannya ke arah Kayla. "Sini, Kay! Cobain deh rujak buahnya enak banget!" Setelah mengatakan kalimat tersebut, Aqilla memasukkan buah bengkuang ke mulutnya.

Haikal mengusap bumbu rujak buah yang menempel di bibir berwarna merah muda istrinya. "Berantakan makannya, Clarissa. Kayak anak kecil," ucap Haikal.

"Makasih sudah jagain anak gue." Entah sejak kapan Kayla sudah berdiri di dekat Aqilla dan Haikal.

Aqilla mengangguk. "Sama-sama, Kay. Lo habis dari mana? Kok muka lo kayak ada masalah?" tanya Aqilla.

Kayla tersenyum tipis. "Gue cuma habis jalan-jalan sebentar sama Bella." Kayla melirik ke arah putrinya yang kini sudah tertidur dengan pulas. "Gue mau ke kamar dulu. Mau nidurin Bella. Kalian nunggunya--"

"Kita juga mau balik, Kay." Haikal memotong ucapan Kayla. Cowok itu bangkit dari duduknya. Dia merangkul pundak istrinya. "Lain kali gue sama istri gue mau ajak Raymond lagi. Biasalah belajar jadi orang tua." Haikal tersenyum lebar di akhir kalimatnya.

"Mama," panggil Raymond.

Raymond menatap kepergian om dan tantenya. Anak kecil itu menghampiri mamanya yang berjalan masuk ke rumah. Cewek cantik itu menghentikan langkahnya tatkala buah hatinya menarik tangannya.

"Kenapa?" tanya Kayla. Dia menatap tangan mungil Raymond yang memegang jari telunjuk mamanya.

"Na mam." Raymond tersenyum.

Kayla mengacak rambut Raymond. "Anak Mama mau makan sama apa? Biar Mama bikinin, tapi Mama mau nidurin Bella ke tempat tidurnya." Gak papa?" Mata cantiknya tidak berhenti menatap wajah Raymond.

***
Melody kembali dari arah dapur sembari membawa air minum untuk kekasihnya. Hal tersebut dia lakukan lantaran saat ini asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Aksa tengah pergi pulang kampung.

"Sa, minum dulu biar kamu lebih tenang." Cewek berambut panjang menyerahkan satu gelas air minum ke hadapan Aksa. Senyum dari bibirnya secara perlahan terbit tatkala cowok di sampingnya langsung meminum air sampai benar-benar tidak tersisa.

Aksa menjatuhkan kepalanya di pundak Melody. "Elbara harus tahu semuanya, Mel. Mel, suruh Elbara ke sini. Aksa mau ngomong sama Elbara, Mel," ucap Aksa.

"Iya, Sa. Melody sudah hubungin Elbara."

Seorang wanita paruh baya masuk ke rumah besar. Dahinya mengernyit tatkala dirinya melihat Aksa yang bersandar di pundak Melody. Wanita paruh baya itu penasaran apa yang terjadi sama Aksa karena seharusnya saat ini Aksa masih berada di kantor.

"Kalian kok ada di rumah? Sa, kenapa kamu malah pulang? Ada masalah di kantor? Bilang sama Mamah dan papah biar kita bisa bantu." Rania berkata setelah dirinya mendudukan tubuhnya di sofa.

Saat hendak menjelaskan apa yang terjadi. Aksa memilih mengubah posisinya menjadi berdiri lantaran dirinya mendengar bel rumahnya berbunyi. Cowok itu melangkah menuju pintu depan dengan diikuti Melody.

"Sebenarnya ada apa?" tanya Elbara ketika pintu terbuka lebar. "Lo pada mau ngomongin apa? Mau bilang kalau Shella hamil terus itu anak gue? Gitu, Sa?"

Aksa menggeleng. "Shella hamil, tapi itu bukan anak lo. Gue sama Melody sudah tahu semuanya. Yang terjadi saat resepsi pernikahan Haikal itu rencana Shella dan om Ryan. Gue minta maaf sama lo, Elbara. Gue benar-benar emosi waktu itu." Aksa tertawa kecil.

ELBARAKAYLA [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang