1. Raymond

58.6K 2.1K 26
                                    

Anak kecil yang menggunakan kaos warna merah menghampiri seorang cowok yang tengah mengisap rokok di luar. Pandangan Elbara sangat kosong. Bahkan, Elbara tidak menyadari ada Raymond di depannya.

"Pa, Lay na jajan!"

Raymond cemberut lantaran papanya sama sekali tidak menggubrisnya. Dengan semangat empat lima, Raymond melambaikan tangannya di depan muka papanya. Berharap kalau Elbara bakal memberikan respons dan ternyata usaha Raymond berhasil.

"Eh, anak Papa udah bangun?" ucap Elbara. "Anak Papa mau apa? Udah cuci muka?" tanya Elbara ke Raymond.

Raymond mengangguk. "Lay udah wangi. Adi, Lay udah dimandiin cama mama." Raymond tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rapi.

"Sekalang Laymond na jajan!"

Cowok itu pun berjalan memasuki kamarnya untuk membawa uang. Sebenarnya uang itu untuk dia membeli obat batuk. Namun, bagi Elbara kebahagiaan anak jauh lebih penting. Lagian, Raymond juga tidak setiap hari meminta uang jajan.

"Nih, buat anak Papa yang paling ganteng." Elbara memberikan satu lembar uang sepuluh ribu.

"Laymond cayang cama Papa." Raymond memeluk erat tubuh papanya yang berdiri di dekat pintu.

***
Elbara menggendong putranya ke warung yang ada di depan. Jaraknya sekitar dua puluh meter dari rumah kontrakan yang ditempati Elbara dan keluarganya. Selama di perjalanan, banyak orang-orang yang terus menyapa Elbara dan Raymond.

"Papa! Lay na ecim atu."

"Beliin gak, ya?" canda Elbara. Elbara tertawa kala buah hatinya itu memukul pundaknya. "Aduh! Jangan dipukul kayak gitu dong, Ray. Nanti Papa beliin es krim."

Raymond bertepuk tangan kecil. Raymond semakin senang kala dia dan papanya sudah tiba di warung. Elbara menurunkan Raymond dari gendongannya, lalu membiarkan Raymond untuk duduk di kursi panjang.

"Tunggu sebentar! Papa mau beli es krim dulu."

Raymond mengangguk. "Lay na ua, Pa." Raymond mengangkat tiga jari ke hadapan papanya.

Elbara tersenyum. "Siap! Papa bakal beliin dua es krim rasa cokelat untuk anak Papa yang ganteng." Tangan kekarnya bergerak mencubit gemas pipi Raymond.

****
Elbara dan Kayla menginjakkan kaki di rumah yang ukurannya sangat jauh dari rumah yang mereka tempati. Jika rumah yang mereka tempati catnya sudah mengelupas dan hawanya terasa panas. Maka berbeda dengan rumah Vinsilla dan Devano yang sangat mewah. Elbara dan Kayla datang ke rumah Devano dan Vinsilla untuk menjemput Raymond. Tadi, Raymond saat di perjalanan pulang dari warung bertemu dengan Devano. Raymond rewel ingin ikut dengan sahabat papanya lantaran Raymond ingin bermain dengan Arshaka.

"Mas sama Mbaknya temennya Tuan sama Nyonya, ya?"

Elbara mengangguk. "Iya, Mbok. Mereka ada?"

"Kalau gak ada. Ngapain mereka nyuruh kita ke sini, sayang. Kamu ini kenapa sih?" ucap Kayla gemas.

"Cuma basa-basi sama Mbok aja."

Wanita paruh baya itu tersenyum dengan ramah. Dia mempersilakan Elbara dan Kayla untuk masuk. Kedatangan Elbara dan Kayla disambut dengan sangat heboh oleh anak mereka sendiri———Raymond.

"PAPA! MAMA!" teriak Raymond membuat Bella——— adiknya Raymond terbangun dari tidurnya. Bayi menggemaskan itu menangis sekencang-kencangnya.

"Papa, Lay udah dibeliin ainan!" adu Raymond.

"Udah bilang makasih sama Om Devano?" tanya Kayla sembari melirik Devano.

Raymond menggeleng. "Elum, Ma." Raymond nyengir. Anak itu berlari menghampiri Devano. "Om, maacih udah beliin ainan," ucap Raymond.

ELBARAKAYLA [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang