Di kamar berukuran sempit, Elbara terus menatap putranya yang tertidur pulas di kasur tipis. Elbara gemas dengan Raymond. Dia mencium pipi Raymond.
Elbara berdecak. "Anak gue gemes banget. Kayaknya gue harus punya lagi modelan kayak gini." Elbara mencubit pipi Raymond dengan gemas.
Elbara bangkit dari duduknya. Cowok itu sedikit melangkah mendekati lemari pakaian. Elbara meraih amplop cokelat yang dia simpan di atas lemari. Secara perlahan, cowok itu merosotkan bahunya. Elbara bersandar di lemari dengan lutut yang ditekuk.
Elbara mengembuskan napasnya berat. "Gimana kalau gue enggak bisa lunasin semua hutang papa? Gue enggak mungkin minta bantuan sahabat gue, uang delapan miliyar itu banyak banget," gumam Elbara.
Tangan kekarnya bergerak mengeluarkan surat yang berada di dalam amplop warna cokelat tersebut. Elbara terdiam, menatap tanda-tangan papanya yang sangat jelas tertera di atas materai. Elbara kenal betul dengan tanda-tangan papanya. Bulir bening dari mata miliknya berhasil lolos membasahi wajah tampannya, lalu jatuh membasahi kertas yang ada di genggamannya. Elbara mendongak, menatap langit-langit kamar. "Kapan hidup gue bisa membaik lagi? Apa gue bisa tinggal lagi di rumah mewah atau sampai mati gue akan tetap hidup miskin kayak sekarang?" Elbara tertawa. Tawa yang menyakitkan lantaran dibarengi air mata yang menetes.
***
Mata sipit Elbara menangkap objek seorang cewek yang berdiri sekitar satu meter dari hadapannya. Elbara menghampiri istrinya yang membelakangi dirinya. Cewek cantik itu tengah membuatkan susu untuk suaminya. Elbara tidak bisa tidur dengan nyenyak apabila tidak minum susu di tumbler gambar sapi kesayangannya."Sayang," panggil Elbara begitu lembut. Cowok itu melingkarkan tangannya di pinggang Kayla. "Aku mau susu, Sayang," rengek Elbara dengan hidung yang dia gesekkan di ceruk leher istrinya. "Mau susu!"
"Ini lagi dibikinin, Sayang," balas Kayla sembari menuangkan air hangat ke tumbler berisi susu bubuk.
Kayla menutup tutup Tumbler. Cewek cantik itu membalikkan badannya menjadi menghadap Elbara. Kayla terdiam kala bibir suaminya berhasil menyentuh permukaan pipi Kayla cukup lama. Elbara bukan hanya mencium pipi istrinya, melainkan cowok itu menggigit pipi istrinya dengan gemas. Elbara meringis kala perutnya dicubit istrinya. Namun, Elbara tetaplah Elbara. Cowok itu tetap menggigit pipi istrinya sampai merah.
"Sayang! Sakit pipi aku!" decak Kayla.
"Daritadi belum nyium," bisik Elbara. "Sakit, Sayang? Nanti Elbara cium biar sakitnya hilang, mau?" godanya.
Elbara membasahi bibirnya. Dia menatap bibir istrinya yang berhasil membuatnya candu. Cowok itu meletakkan satu tangannya di pundak istrinya. Dia mulai mendekatkan wajahnya dengan wajah istrinya. Secara perlahan, Elbara mulai membuka mulut. Cowok itu ingin menyatukan bibirnya dengan bibir Kayla. Namun, Kayla malah memasukkan tumbler ke mulut suaminya.
"Minum susu dulu, Bayi jelek!"
"Temenin di kamar minum susunya. Aku ngantuk, pengen dipeluk kamu," ucap Elbara sembari memegang tumbler gambar sapi kesayangannya. Setelah berbicara, Elbara mengenyut susu dari tumbler gambar sapi.
"Kalau ngantuk, ya tinggal tidur, Sayang. Bukan minta dipeluk," sindir Kayla sembari bersedekap dada.
Elbara melepaskan tumbler dari mulutnya. "GAK PEDULI! POKOKNYA GUE MAU MINUM SUSU SAMBIL DIPELUK SAMA LO, KAYLA, SAYANG!" pekik Elbara.
Kayla menutup telinganya yang terasa panas. "Diem! Telinga aku bisa copot denger kamu teriak kayak gitu! Kayak tikus kejepit tau, gak?" Kayla berkacak pinggang.
***
Jam delapan malam, Haikal datang ke rumah Devano. Cowok yang mengenakan kaus hitam polos berlengan pendek yang dibalut jaket kulit warna hitam dan dipadukan dengan celana jeans hitam dengan bagian lutut yang robek. Kini berdiri di depan pintu. Haikal menekan bel rumah Devano. Sebelum akhirnya, Vinsilla datang membukakan pintu untuk Haikal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELBARAKAYLA [ENDING]
RomanceYang sudah membaca cerita ini, tolong jangan spoiler alur cerita dan endingnya! "𝐋𝐨 𝐧𝐲𝐮𝐫𝐮𝐡 𝐠𝐮𝐞 𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐧𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥𝐢𝐧 𝐢𝐬𝐭𝐫𝐢 𝐠𝐮𝐞? 𝐋𝐨 𝐠𝐢𝐥𝐚 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐠𝐢𝐦𝐚𝐧𝐚?" Sejak kecil, Elbara sudah ditinggal mamanya. Mamanya lebih...